Oleh: IRMAN KUSNADI*
Tidak dapat dipungkiri pesatnya perkembangan teknologi digital akhir-akhir ini menunjukkan bahwa dunia saat ini memasuki wajah baru yang sering disebut sebagai Era Digital. Lahirnya Internet, dan merebaknya jejaring sosial seperti WhatsApp, Facebook, Twiter, Instagram, Yuotube, Line dan sebagainya merupakan gambaran nyata telah lahir babak dunia baru. Di era sekarang inilah semua orang bebas mengakses tanpa batas ruang, waktu dan usia. Dalam hitungan detik seorang mampu mengirimkan berbagai informasi keseluruh dunia. .
Di era teknologi ini seakan memberikan solusi terhadap aneka ragam kemudahan, menawarkan kemanfaatan bagi manusia, namun di sisi lain juga menimbulkan kemudhorotan bagi manusia itu sendiri. Dengan hadirnya perangkat teknologi ini, ketergantungan terhadap orang lain semakin berkurang bahkan merasa tidak membutuhkan, yang semakin lama tanpa disadari akan membentuk karakter individualis. Sehingga tidak mengherankan, di jalan, di angkot, di tempat makan saat berkumpul dengan keluarga, mereka sibuk sendiri mamainkan gedge atau HP.
Dirangkum KompasTekno dari We Are Social, Selasa (23/2/2021), dari total 202,6 juta pengguna internet di Indonesia, 96,4 persen di antaranya menggunakan smartphone untuk mengakses internet. Sementara waktu yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses internet per hari rata-rata yaitu 8 jam 52 menit. Berdasarkan aplikasi yang paling banyak digunakan, secara berurutan posisi pertama adalah YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook, lalu Twitter
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak, Era digital sebenarnya menawarkan beragam peluang kemudahan, Namun besarnya ancaman yang akan terjadi pada diri mereka tidak dapat dipandang sebelah mata, apalagi kita sebagai umat yang beragama. Anak-anak sebagai cikal bakal generasi yang akan melanjutkan tongkat estafet kemajuan bangsa perlu mendapat perhatian yang serius. Karenanya penting bagi seorang pendidik (guru) memahami realitas tersebut, terlebih sebagai orang tua sebagai penaggungjawab number one tehadap perkembangan pendidikan mereka. Hal inilah yang perlu dikaji secara lebih mendalam untuk memahami peran keluarga terhadap pendidikan anak, sekaligus memahami permasalahan yang terjadi dan akan terjadi pada diri anak di saat perkembangan teknologi semakin tak lagi mampu dibatasi.
Lahirnya Generasi Digital Native
Istilah digital native diperkenalkan pertamakali oleh Marc Prensky yang tujuannya untuk menggambarkan generasi yang lahir dengan kondisi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Mereka hidup dan menghabiskan waktunya dengan menggunakan dan dikelilingi oleh komputer, videogame, pemutar musik digital, kamera video, ponsel, dan semua mainan dan alat lain dari era digital. Orang-orang yang masuk generasi ini beranggapan bahwa teknologi digital merupakan bagian yang integral dengan kehidupan mereka. Hal ini terasa disaat mereka tidak memiliki atau memperoleh akses terhadap internet. Bila dilihat dari sudut usia kelahiran, generasi digital adalah generasi yang lahir pada tahun 1993 atau pendapat lain yaitu 1994 sampai sekarang. Ada juga yang menggologkan bahwa mereka yang lahir tahun 1982 termasuk digital native.
Adapun ciri generasi digital, sebagaimana dijelaskan dalam buku Seri Pendidikan Orang Tua: Mendidik Anak di Era Digital yang diterbitkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain:
- Menunjukan eksistensi diri dengan beragam media digital, seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, Youtube.
- Menunjukan keterbukaan, blak-blakan, dan berpikir lebih agresif
- Kebebasan berekspresi, tidak ingin diatur dan dikekang. Internet bagi mereka menawarkan kebebasan tersebut.
- Berkaitan dengan proses belajar, generasi digital menggunakan mesinpencari seperti Google, Yahoo dan sebagainya untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Kemampuan belajar mereka lebih cepat karena berbagai informasi ada di ujung jari mereka.
Dengan mengetahui ciri karakteristik di atas setidaknya sebagai pendidik terlebih orang tua seyogyanya menjadikannya sebagai bahan kajian dan dan perhatian. Kajian dalam arti memahami keterkaitan terhadap dampak dari kedekatan anak dengan dunia digital. Sehingga para pendidik dan orang tua mampu melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap anak-anak di era digital ini. Yang pada akhirnya akan ditemukan cara yang tepat dalam megarahkan mereka sesuai dengan pendekatan pendidikan yang mengacu pada perkembangan zaman saat ini. Apabila upaya teersebut dapat dilakukan secara maksimal maka pendidikan dalam keluarga akan dapat melahirkan generasi yang sholeh, hebat dan siap mengadapai berbagai tantangan zaman.
Pengaruh dan Dampaknya TerhadapAnak-anak
Teknologi digital yang berkembang saat ini pada dasarnya sama seperti media atau alat pada umumnya, memiliki potensi kemanfaatan atau kemadharatan. Seperti halnya korek api atau pisau korek dan pisau akan bermanfaat bila ada di tangan yang tepat, namun menjadi sangat berbahaya jika berada ditangan yang salah semisal anak anak atau balita, karena mereka belum memahami fungsi yang benar terhadap kegunaan korek api dan pisau Begitu juga dengan teknologi, bila tidak digunakan secara benar, propodional dan dimanfaatkan dengan bijaksana, dapat menjadi sangat berbahaya.
Dari berbagai hasil sumber berita dan artikel yang telah ada ada minimal 5 manfaat utama dari teknologi digital bagi anak:
1) sebagai sumber informasi, media digital mampu mempercepat akses terhadap informasi yang dibutuhkan, seperti berita terkini, hobi, infor masi lokasi destinasi jika ingin berpergian, informasi berbagai peristiwa di daerah atau negara lain dsb.;
2) untuk belajar/tutorial, media digital dapat digunakan untuk mencari atau mendapatkan materi pelajaran, bertukar informasi terkait tugas atau materi, mengkaji lebih lanjut materi yang diajarkan di sekolah melalui browsing di internet dan dapat juga untuk mengikuti kelompok atau group belajar di media sosial;
3) Kemudahan dalam berkomunikasi baik dengan keluarga maupun teman walaupun berjarak jauh;
4) Sharing hal positif melalui media social, blog dsb.
5) memperluas jaringan social, melalui media social anak-anak dapat mendapatkan teman di dunia maya.
Namun demikian, disamping manfaat, terdapat pula beragam masalah dengan hadirnya dunia digital tersebut. Mulai dari kecanduan internet, pornografi, games, yang kesemuanya berujung pada rusaknya mental dan akhlak yang tidak sesui dengan norma.
Disadari atau tidak ketika berselancar di dunia maya, anak-anak maupun dewasa seringkali menemukan atau mendapatkan konten atau informasi yang tidak layak. Pornografi adalah salah satu konten yang sering muncul. Tidak sedikit orang tua yang khawatir terhadap sejumlah situs web yang memuat informasi seksual yang vulgar. Oleh karena itu, banyak keluarga merasa khawatir dengan kemudahan akses terhadap fasilitas internet yang memungkinkan anak dapat mengakses dengan mudah konten tak layak tersebut.
Karenanya itulah sangat penting untuk dilakukan ikhtiar melalui edukasi yang baik terhadap keluarga dan masyarakat masyarakat. Mayarakat perlu memahami tentang literasi teknologi yang memadai. Ini adalah upaya yang prioritas utama dalam rangka membangun budaya digital yang konstruktif sesuai zaman , bukan merusak, apalagi menghancurkan. Bila hal tersebut tercapai, maka peningkatan pengguna teknologi digital akan mengarah pada laju generasi yang baik dan bijaksana, berwawasan luas dan tetap memiliki akhlak yang mulia. Dengan demikian, bukan tidak mungkin bila hal tersebut dilakukan secara kontinyu dan konsisten, Indonesia ke depan akan menjadi Negara maju.
Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Dalam ajaran Islam, anak merupakan anugerah sekaligus sebagai amanah yang diberikan alloh kepada orang tua, maka kelak mereka akan dimintai pertanggungjawan atas anak yang telah dimilikinya. Abu Hafizh Suwaid mengutip perkataan Ibnu Qayyim yang mengatakan, “sebagian ulama berpendapat bahwa sesungguhnya Allah Swt. bertanya kepada orang tua tentang anaknya di hari kiamat sebelum bertanya kepada anak tentang orang tuannya. Jika orang tua memiliki hak atas anaknya , maka demikian pula sang anak memiliki hak atas orang tuannya.”
Dalam hal ini Nabi Muhmammad Saw. menegaskan, bahwa setiap orang akan ditanya tentang apa yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk perannya sebagai orang tua. Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpin. Seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang laki-laki pemimpin dalam keluarganya dan dia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinanya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinya….(H.R. Bukhari dan Muslim).
Terdapat juga hadits lain yang diriwayatakan Ibnu Hiban dan Nasai dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya, apakah dia menjaganya ataukan menyia-nyiakan? hingga Dia bertanya
kepada orang itu atas keluarganya.
Kedua hadist di atas dapat dipetik sebuah simpulan bahwa ada peran dan tugas yang dibenankan setiap orang terhadap keluarganya. Seorang ayah memiliki tugas dan kewajiban terhadap keluargannya. Begitupun seorang ibu, dia memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya. Orangtua dalam institusi keluarga, memiliki tanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya. Diantara kewajiban pokok orang tua terhadap anaknya adalah memberikan pengasuhan dan pendidikan yang baik. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim [66]: 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadamereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Pendidikan merupakan hak anak yang harus ditunaikan orang tua. Sehingga kewajiban orang tua bukan hanya sekedar memberikan makanan dan pakaian kepada anak-anaknya, namun memberikan pendidikan yang optimal kepada mereka juga merupakan hal yang pokok.Pendidikan yang baik dapat mengantarkan seorang anak menjadi pribadi yang baik. Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk memahami pertumbuhan dan perkembangan anak sekaligus pemahaman dan keterampilan yang memadai tentang bagaimana pendidikan yang tepat bagi anak mereka.
Untuk mewujutkan tujuan tersebut, yang harus disadari oleh orang tua bahwa anak terlahir dengan membawa beragam potensi baik (fitrah) yang perlu dikembangkan. Tugas orang tua adalah membantu anak untuk mengembangkan beragam potensi tersebut. Karenanya, orang tua harus berusaha keras agar
potensi tersebut dapat berkembang dengan baik dan optimal.
Pendidikan seksual juga merupakan salah satu tanggung jawab orang tua. Maka tiap ortang tua harus melakukan upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual kepada anak. Hal ini dimulai sejak imereka mengenal segala masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Harapannya, bila anak sudah beranjak tumbuh menjadi pemuda atau pemudi dan telah memahami berbagai permasalahn kehidupan, dia telah memiliki pemahaman berkaitan dengan apa yang diharamkan dan apa yang dihalalkan.
Dari sekilas uraian diatas ini menjadi semakin jelas bahwa tugas orang tua terhadap anak sangat besar. Dibutuhkan ilmu yang cukup memadai untuk menjalankan tugas tersebut. Disamping itu,tugas pendidikan juga sejatinya adalah tugas pendewasaan, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan bertahap. Karenanya dibutuhkan kesungguhan dan kesabaran seorang pendidik agar tercapai hasil yang optimal.
Upaya tersebut perlu dilakukan agar fitrah yang dimilikinya mampu mencapai titik optimal. Oleh karenanya, tidak dapat dipungkiri besarnya peran orang tua dalam mencetak generasi yang berkualtas melalui pendidikan yang baik, yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam.
Pendidikan Anak dalam Keluarga di Era Digital
Dalam kehidupan yang banyak mengandalkan digital ini, orang tua perlu menyadari bahwa anak-anak masa kini hidup dalam tantangan zaman yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan zaman para orang tua di masa lalu. Oleh karenanya, penting dilakukan penyesuaian terhadap pola dan pendekatan pendidikan yang digunakan karena setiap zaman memiliki problematika pendidikan yang berbeda. Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berpesan, “didiklah anak-anak kalian agar siap menghadapi zamannya, karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zaman kalian”
Paradigma pendidikan kontekstual dalam Islam bukan berarti melakukan proses perubahan secara total dalam segala aspek bahkan tujuan pendidikanya, namun lebih kepada pendekatan pendidikan yang digunakan oleh para pendidik. Oleh karenanya, kehadiran teknologi digital secara substantif tidak merubah muatan pendidikannya.
Pemahaman orang tua terhadap anak berkaitan dengan tumbuh kembangnya penting untuk menjadi dasar pijakan bagi orang tua dalam pendidikan anaknya. Seorang anak berkembang mengikuti masa-masa perkembangan tertentu dan memiliki pola perkembangan serta tempo dan iramanya tersendiri. Pada setiap fase perkembangan anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang harus terpenuhi. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan biologis, rasa aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri. Mereka memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya,baikperbedaan yangn disebabkan oleh faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, dan minat.
Dalam kaitannya dengan teknologi digital, orang tua dituntut untuk mengenali media digital dan memanfaatkanya untuk kepentingan pendidikan anak. Teknologi digital sebagaimana dijelaskan di awal memiliki nilai, baik nilai positif maupun negatif. Orang tua dituntut untuk memahami sisi manfaat dan madhorotnya. Pemahaman orang tua tentang nilai dari dunia digital menjadi hal pokok yang harus disadari. Hal ini penting agar orang tua tepat dalam menyikapi perkembangan dunia teknologi. Karena era digital sejatinya bukan lagi sebuah pilihan mau atau tidak mau, bukan juga masalah siap atau tidak siap namun merupakan konsekwensi31 yang tidak dapat dihindari dari derasnya laju perkembangan teknologi yang tidak terbendung. Oleh karenanya, tidak ada pilihan bagi para orang tua saat ini kecuali mampu menguasai dan
mengendalikan teknologi secara benar sesuai kebutuhan dan kemaslahatannya bagi pendidikan anak.
Tidak dapat dipungkiri memasuki era digital ini, para orang tua dihadapakan pada tantangan yang semakin berat dalam pendidikan anak. Karena teknologi informasi memiliki dua sisi yang berbeda, satu sisi menawarkan peluang bagi kemudahan pendidikan anak dengan hadirnya berbagai aplikasi pendidikan dan kemudahan akses terhadap informasi, namun disisi lain menunjukan sisi negatif yang dapat menghambat perkembangan bahkan merusak pribadi anak.
Sisi negatif dari teknologi informasi sejatinya bukan semata-mata pada perangkat teknologinya namun terletak pada konten yang terdapat di dalamnya. Hal ini karena teknologi dapat digunakan oleh siapapun dengan beragam kepentingan dan tujuan. Oleh karenanya, penting bagi orang tua untuk memahami realitas tersebut.
Di era perkembangan digital yang begitu pesat ini yang para orang tua dituntut untuk lebih memahami lingkungan dengan realitas dan kondisi yang berbeda dengan era zamannya. Hal ini terutama karena banyak masyarakat modern saat ini menjadikan teknologi tidak hanya sebagai media pendukung yang bersifat komplementer saja, namun lebih dari itu menjadikannya sebagai trend dan gaya hidup.
*Mahasiswa Magister Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang