MALANG, Suara Muhammadiyah – Kaum milenial memiliki beragam tantangan yang harus dihadapi. Maka perlu adanya bekal nilai-nilai Pancasila dan literasi. Hal tersebut disampaikan oleh Dahnil Anzar Simanjuntak dalam webinar kebangsaan yang diinisiasi oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang. Staf Khusus Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia (RI) tersebut menjelaskan terkait tema “Meneguhkan Pancasila Bagi Generasi Milenial” pada selasa (7/12) yang disiarkan melalui platform Zoom dan Youtube.
Dahnil menuturkan bahwa generasi milenial harus bersiap diri menghadapi tantangan. Sehingga perlu dilakukan adanya pengujian ulang terkait pemahaman nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila. Selain itu, ia melihat bahwa tingkat literasi generasi milenial Indonesia sangat rendah. Menurut survey Program for International Assesment (PISA), Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara yang disurvey. Minimnya literasi berefek pada rendahnya kualitas diskusi publik yang ada saat ini.
“Lemahnya literasi milenial juga dapat memberikan efek baru, yaitu keterputusan sejarah bangsa dan sulit menerapkan bela negara. Ini adalah tantangan yang harus dilalui di masa sekarang dan yang akan datang,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menilai rendahnya literasi menimbulkan ancaman tersendiri. Di antaranya ketidak pedulian terhadap kondisi bangsa dan terjebak dengan pemikiran yang sesat. Selain itu, kurangnya bacaan geo politik dan wawasan menyebabkan absennya sikap kritis. “Ketiadaan sikap kritis ini akan menjadi ancaman yang berbahaya. Misalnya saja ketika ada kritik membangun, langsung dicap sebagai pihak yang tidak nasionalis,” tegasnya.
Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah tersebut juga memaparkan bahwa generasi milenial adalah mereka yang lahir pada rentang tahun 1980 hingga 2000. Di mana terbagi menjadi beberapa generasi, antara lain kelahiran pada tahun 1980-1995 yang masuk pada generasi Y atau milennial. Sedangkan kelahiran tahun 1995-2000 masuk dalam generasi Z.
Di akhir acara, ia tak lupa memberikan solusi yaitu dengan mengembalikan tradisi dialektika yang kuat serta meningkatkan litersi yang tinggi. Apalagi melihat pembentukan ideologi bangsa yang pada nyatanya harus melalui proses dialektika dan diskusi panjang para bapak bangsa. “Tentu dengan kembalinya bidaya dialog dan literasi mampu membangun kekuatan besar di masa depan. Sehingga, para milenial bisa menghadapi tantangan dengan bekal nilai-niali Pancasila,” ujarnya mengakhiri. (diko)