Mengenang Dua Tahun Kepergian Inventor Kalender Hijriah Global Tunggal

bagian pertama dari tiga tulisan

Mengenang Dua Tahun Kepergian Inventor Kalender Hijriah Global Tunggal

Mengenang Dua Tahun Kepergian Inventor Kalender Hijriah Global Tunggal

Oleh: Prof Dr Syamsul Anwar

Hari ini, 02 Desember 2021, tepat dua tahun kepergian sang penemu rumusan kalender global Islam tunggal. Ia adalah Jamaluddin Abdur Raziq (dalam ejaan Perancis ditulis: Jamal Eddine Abderrazik). Lahir di Maroko, Jamaluddin adalah seorang insinyur dalam bidang pos dan telekomunikasi. Ia juga mantan Direktur Institut Pos dan Telekomunikasi Nasional (Maroko). Ia pernah pula memimpin Direktorat Studi dan Penelitian di bawah “Etissalat Al Maghrib”.

Jamal mempunyai beberapa hobi antara lain menulis, musik, dan terutama sekali ilmu falak. Ia terlahir dalam keluarga falakiah. Pamannya Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Abderrazik al-Andalusi adalah seorang falaki besar Maroko yang berpengaruh. Ia menulis buku ilmu falak terkenal al-‘Ażb az-Zulal fi Mabāḥiṡ Ru’yat al-Hilāl, 2 jilid, terbit di Casablanca, tahun 1422/2002, oleh Penerbit al-Madaris. Lahir di Marakesh 18 Ramadan 1324 H / 5 November 1905 M, al-Andalusi, sang paman, belajar cabang-cabang ilmu pengetahuan Islam serta matematika dan ilmu falak. Ia wafat dalam usia 105 tahun pada hari Sabtu, 12 Februari 2011. Al-Andalusi adalah seorang pendukung berat rukyat. Ketika Konferensi Internasional Penyatuan Awal Bulan, yang diadakan di Istanbul 26 Zulhijah 1398 H / 27 November 1978 M, memutuskan bahwa hisab dapat digunakan untuk menentukan awal bulan kamariah, al-Andalusi mengecam pedas hasil konferensi itu dan menulis sebuah komentar keras seusai konferensi, meskipun ia adalah salah seorang peserta di dalamnya. Ia memandang keputusan-keputusan Istanbul 1978 itu tidak layak dipegangi karena keluar dari jalan yang benar [Daʻwat al-Ḥaqq, Vol. 4, Th. Ke-22 (1399/1979), h. 79-80].

Mewarisi tradisi ilmu falak dalam keluarganya, Jamaluddin mendalami ilmu ini dan mengabdikannya wasilah untuk membangun satu sistem tata waktu Islam yang akurat. Tetapi perlu dicatat bahwa Jamaluddin mengambil posisi yang berseberangan dengan sang paman. Apabila yang terakhir ini mengecam penggunaan hisab, Jamaluddin menyatakan bahwa penolakan terhadap penggunaan hisab berarti pembubaran semua upaya untuk membangun sistem kalender Islam. Ia menjadi salah seorang aktivis terkemuka dari Asosiasi Astronomi Maroko (Association Marocaine d’Astronomie / AMAS) dengan jabatan terakhir sebagai Wakil Presiden Asosiasi bersangkutan.

Prof. Driss Ben Sari, presiden asosiasi itu, menyatakan dalam kata pengantarnya tahun 2004 terhadap salah satu karya Jamaluddin bahwa “L’auteur s’est intéressé à cette question au sein de l’AMAS depuis plus de dix ans” [Pengarang (Jamaluddin) telah menggarap masalah ini (kalender Islam global tunggal) melalui Asosiasi Astronomi Maroko (AMAS) sejak lebih dari sepuluh tahun].

Jamaluddin menunjukkan kehadirannya yang kuat dalam kajian-kajian falakiah terkait perkalenderan Islam. Ia hampir tidak pernah absen dari berbagai pertemuan dan seminar internasional terkait masalah astronomi dan almanak Islam. Tahun 2007, ia menghadiri Simposium Internasional Kalender Islam Internasional Terpadu yang diselenggarakan oleh Majleis Tarjih dan Tajid sebagai pemakalah.

Tahun 2016 beliau terlibat aktif dalam Seminar Internasional Penyatuan Kalender Hijriah di Istanbul. Beliau menjadi salah satu anggota Komite Akademik seminar tersebut yang bertugas merumuskan dan mempersiapkan konsep kalender yang dibahas dalam seminar itu. Di sini pertemuan terakhir penulis dengan beliau secara langsung. Penulis menyempatkan mengunjunginya di kamarnya di Hotel Hilton Istanbul untuk mengantarkan naskah disertasi Sdr. Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar (dosen UMSU) guna diupayakan penerbitannya di Maroko melalui jasa Jamaluddin. Disertasi ini merupakan suntingan terhadap manuskrip karya al-Marrakusyi, seorang ahli astronomi Maroko abad ke-7 H.

Jamaluddin (berkacamata di baris depan) sedang menikmati santap siang di sela Seminar Internasional Penyatuan Kalender Hijriah di Istanbul, Turki, Ahad, 29 Mei 2016.

Di antara kedua seminar di atas terjadi serentetan seminar/pertemuan internasional untuk mengkaji masalah penanggalan Islam di mana Jamaluddin selalu hadir dan tampil. Di antara yang penting adalah Temu Pakar II untuk Perumusan Kalender Islam tahun 2008 di mana beliau adalah organisatornya di bawah arahan ICESCO. Temu Pakar II ini berhasil merumuskan sistem kalender Islam terpadu dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia yang diambil dari konsep Jamaluddin sendiri.  Sebagai tindak lanjut dari keputusan Temu Pakar II ini dibentuk Tim POKJA dengan tugas melakukan uji konsistensi kalender tersebut untuk periode satu abad ke depan. Jamaluddin merekrut sejumlah pakar astronomi dan syariah (termasuk penulis ikut direkrut) untuk tujuan pengujian dimaksud. (bersambung)

Prof Dr Syamsul Anwar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah  

 

Exit mobile version