Oleh: Dr (Cand) Tria Patrianti, M.I.Kom (*)
Banyak masyarakat yang salah kaprah mengenai konsep pariwisata halal. Katanya itu hanya upaya menghalalkan semua aspek wisata di daerah itu.
Padahal sebenarnya wisata halal itu merujuk pada layanan tambahan amenitas, atraksi, dan aksesibilitas yang ditujukan dan diberikan untuk memenuhi pengalaman, kebutuhan, dan keinginan wisatawan muslim. Misalnya, penyediaan makanan halal, fasilitas pendukung untuk beribadah: mushola dan tempat wudhu, hingga pelayanan ramah muslim lainnya.
Pemerintah Indonesia perlu menggencarkan berbagai upaya mengkomunikasikan hal itu kepada masyarakat umum. Karena faktanya pariwisata halal itu adalah pasar yang sangat menjanjikan. Global Islamic Economy Report yang menyebutkan, perputaran uang dari wisata halal dunia diprediksi mencapai angka 274 miliar dolar pada 2023 mendatang. Itu artinya kita harus bekerja keras agar bisa menangkap peluang emas tersebut.
Beruntung Indonesia memiliki seorang putra bangsa yang tak kenal lelah memperjuangkan kemajuan pariwisata halal Indonesia bertahun-tahun lamanya. Beliau adalah Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E.
Sosok yang dianggap sebagai Bapak Pariwisata Halal Indonesia ini baru saja menerima pemberian gelar Guru Besar Kehormatan dari Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage, Uzbekistan.
Upacara penganugerahan gelar bagi mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI periode 2011-2014 tersebut dilakukan pada Rabu, 1 Desember 2021 di Tashkent, ibukota negara Uzbekistan, diserahkan langsung oleh Prof. J.Hoffmann, Wakil Rektor Bidang Akademik Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage.
Penghargaan akademik tertinggi ini diberikan pada Sapta Nirwandar, yang saat ini menjabat Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center, sebagai penghormatan atas kontribusi besarnya dalam industri pariwisata halal global yang juga menjadi perhatian khusus dari pihak Universitas.
Saat berbincang di penghujung masa karantina sepulang dari Uzbekistan, Sapta Nirwandar mengungkapkan ada tiga hal yang menjadi pendorong dirinya menerima gelar kehormatan tersebut.
Pertama, Beliau dibesarkan oleh orang tua yang keduanya berprofesi sebagai guru. “Ketika saya mendapat gelar Doktor dari Sorbonne University, Paris, dulu almarhumah Ibu mendorong saya untuk terus menuntut ilmu hingga mendapat gelar Profesor,” kenang mantan Ketua Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran ini.
Kedua, kegemarannya menggeluti dunia pendidikan. Sejak mendapatkan gelar Doktor di Perancis, Sapta Nirwandar aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mulai dari STEKPI, UGM, Unpad, Universitas Sahid, hingga Universitas Indonesia. Beliau tak pernah berhenti berbagi ilmu dan pengalamannya di berbagai bidang keilmuan.
Ketiga, pengalamannya memperjuangan terciptanya pariwisata halal di Indonesia mendapat sorotan Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage yang kebetulan memiliki beberapa kerjasama akademik dengan Universitas Sahid, tempat Beliau mengajar.
“Saya merasa terhormat atas pemberian gelar Guru Besar Kehormatan ini karena pemberiannya didasarkan pada apa yang telah saya bangun dan perjuangkan selama ini,” ungkap Sapta, yang sudah berkiprah membangun industri pariwisata halal di Indonesia sejak menjabat Sekretaris Departemen Pariwisata tahun 2001 lalu.
Setelah resmi menyandang gelar Profesor, Sapta Nirwandar mengungkapkan komitmennya untuk lebih gencar lagi menyampaikan pesan-pesan peradaban, terutama tentang industri pariwisata halal Indonesia yang diyakininya akan memberikan dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa bagi negara kita.
“Ini masalah komunikasi publik yang hendak kita capai. Mungkin saat ini saya stand alone atau single fighter memperjuangkannya, tapi saya tidak akan pernah berhenti. Bagi saya ini ibadah. Masih banyak orang yang tidak mengerti konsep pariwisata halal itu sendiri. Bahkan di saat Presiden kita sudah mencanangkan pariwisata halal sebagai prioritas masih banyak pelaksana kebijakan yang tidak memahami bagaimana cara mewujudkan. Kerja kita masih panjang,” papar Sapta, panjang lebar.
Sebelum menerima gelar Guru Besar, pada Senin 29 November 2021 Sapta Nirwandar diminta mengisi perkuliahan di Tashkent University of Economics yang menjadi bagian dari rangkaian acara The Tashkent University of Economics Celebrated 90th Anniversary.
Dalam kesempatan tersebut pencetus program kampanye Wisata Syariah ini memaparkan “Halal Lifestyle Global Trend and Bussiness Opportunity” yang membahas sepuluh sektor Halal Lifestyle yaitu, Halal Food, Islamic Finance, Halal Cosmetic, Modest Fashion, Halal Pharmaceutical, Medical Care, Media Recreation, Islamic Creative Ekonomy and art culture, Education dan Halal Tourism. Beliau menegaskan bahwa kesepuluh sektor tersebut harus digarap secara pararel karena memiliki potensi pasar yang sangat besar dalam mendorong kontribusi industri halal pada perekonomian global.
*Dosen dan Peneiti Komunikasi Publik, Prodi Ilkom FISIP UMJ