Selain Aman, Dirjen Haji dan Umrah Pastikan Penyelenggaraan Ibadah di Tanah Suci Lebih Mudah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Haji dan umrah di masa pandemi bukan semata-mata permasalahan waktu dan pelaksanaan. Jika haji dan umrah hanya dilihat dari kedua aspek tersebut tentu sangatlah sederhana. Namun bukan hanya itu. Deni Asy’ari mengatakan bahwa aspek-aspek dalam penyelenggaraan haji dan umrah sangatlah kompleks. Yang menjadi persoalan hari ini adalah terkait bagaimana pelayanan, pengelolaan serta penyelenggaran haji dan umrah yang aman di masa pandemi.

“Kondisi pandemi ini tentu akan sangat menentukan bagaimana kualitas pelaksanaan dan pelayanan haji dan umrah,” ujar Deni dalam agenda Talkshow Haji dan Umrah yang diinisiasi oleh Suara Muhammadiyah dan Dirjen Haji dan Umrah Kementerian Agama (20/12).

Selain itu, penanganan pandemi di setiap negara juga menjadi tolak ukur bagi pemerintah Arab Saudi dalam menentukan kebijakan serta kouta untuk jamaah haji, tak terkecuali jamaah haji Indonesia. Maka dari itu penyelenggaraan haji dan umrah tidak bisa jika hanya dibebankan kepada pemerintah, khususnya Kementerian Agama. Dibutuhkan kerja-kerja bersama antara biro-biro perjalanan haji dan umrah, para jamaah, serta seluruh lembaga terkait demi suksesknya penyelenggaraan haji dan umrah.

“Harapannya kedepan Indonesia dapat menyelenggarakan haji dan umrah sebagaimana negara-negara lain,” tutur Direktur Suara Muhammadiyah dalam sambutannya di Aula Gedung Grha Suara Muhammadiyah.

Hilman Latief, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama menjelaskan bahwa dalam hal penyelenggaraan haji dan umrah, kondisi di Indonesia agak berbeda jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia adalah negara yang pernah disuspend oleh pemerintah Arab Saudi dan suspend tersebut baru dibuka pada 1 Desekmber 2021 kemarin bersama lima negara lain di antaranya India, Pakistan, Mesir, Brazil dan Vietnam.

Konsekuensi dari dicabutnya suspend kepada Indonesia dan kelima negara lainnya, pemerintah Arab Saudi kembali memberi kesempatan kepada negara yang bersangkutan untuk memberangkatkan jamaah hajinya. Tidak berhenti sampai di situ, Hilman menegaskan bahwa hal pertama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah adalah bersikap jujur. Menurutnya, alasan paling fundamental disuspendnya Indonesia dan kelima negara lain adalah masalah kejujuran.

“Ketika diminta untuk mematuhi ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan haji dan umrah di masa pandemi, masyarakat kita masih banyak yang abai dan memalaikan hal ini. Banyak dari kita yang berlaku tidak jujur dengan memalsukan dokumen penting seperti sertifikat vaksin dan lain sebagainya. Pemerintah Indonesia bersahabat dengan pemerintah Arab Saudi. Pertemanan kita juga berjalan baik. Maka keamanan dan memberikan kenyamanan kepada orang lain juga harus kita perhatikan dengan lebih serius,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Lazismu Pusat tersebut.

Hilman mengaku bahwa situasi pandemi saat ini masih terus dipelajari demi terlaksananya haji dan umrah yang aman dan nyaman. Menurutnya, haji dan umrah pada tahun ini lebih kepada penerapan protokol kesehatan. Hingga saat ini Kementerian Agama terus mencari solusi bagaimana agar jamaah haji yang masuk ke Arab Saudi tidak pusing dengan persyaratan yang terlalu banyak. Hal-hal semacam ini tentu juga sangat memberatkan bagi jamaah haji lansia.

“Harapannya cukup dengan ID Card jamaah haji Indonesia dapat melaksanakan ibadah di Tanah Suci dengan mudah. Ketika discan barcode, seluruh identitas dan persyaratan langsung masuk ke dalam sistem. Teknis-teknis seperti inilah yang masih kita persiapkan dan akan diuji coba dalam waktu dekat,” ujarnya.

Melihat kondisi di lapangan, geliat jamaah untuk berangkat haji dan umrah sangatlah kuat dan besar, namun di sisi lain waktu tunggu untuk berangkat semakin lama. Selain menunjukkan kesiapannya secara fisik, jamaah haji juga dituntut untuk patuh, sabar dan jujur. Tanggungjawab yang tak kalah berat juga ditanggung oleh setiap pemandu jamaah haji dan umrah, terkait sejauh mana para pemandu menguasai sistem dan panduan haji pasca pendemi.

“Saya merasa senang terhadap SM yang sudah memiliki visi kuat kepada tour and travel. Hal ini selaras dengan visi Arab Saudi tahun 2030 yang sudah dan akan menekankan kepada penguatan tourism. Jadi, haji dan umrah besok sudah touris dengan jumlah yang semakin banyak dan sistem yang mudah. Bisa jadi jika agen travel dengan sistem yang tidak kuat akan kalah. Saya harap SM terus memperkuat sistem dan melakukan pembaharuan dalam pelayanan haji dan umrah,” pesan Hilman. (diko)

 

Exit mobile version