SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Slemen menyelenggarakan Wisuda Akbar Baca dan Tahfdz Al-Qur’an (BTAQ) SMP Muhammadiyah se Kabupaten Sleman. Acara ini disiarkan langsung dari akun youtube dan media sosial SMP Muuhammadiyah Pakem. Agenda tersebut diikuti sebanyak 14 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah se Kabupaten Sleman pada Rabu, 22 Desember 2021 mulai pukul 07.30 WIB.
Sudarto, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sleman menyampaikan bahwa kegiatan tersebut sebagai bentuk komitmen mewujudkan gerakan intensifikasi tahsin Al-Qur’an bagi guru dakn tenaga kependidikan baik sekolah, madrasah, maupun pesantren Muhammadiyah. “Agenda ini dipersembahkan oleh PDM Kabupaten Sleman, diprakarsai oleh Majelis Dikdasmen Sleman, dikomandoi oleh BK SMP Muhammadiyah Sleman dan digerakkan oleh seluruh guru dan karyawan SMP Muhammadiyah di Sleman,” ujarnya.
Menurutnya, setiap guru dan siswa Muhammadiyah harus bisa membaca Al-Qur’an dengan benar, fasih serta lancar. Kopetensi ini terus dilakukan secara terus menerus melalui upaya dan kegiatan yang terstruktur serta tersistematis. Di mana pelaksanaan kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh Majelis Dikdasmen Kabupaten Sleman.
“Ada pun data wisudawan BTAQ yang diwisuda sebanyak 1643 siswa tunta dalam membaca iqra’, 229 siswa hafidz Al-Qur’an dan guru sebanyak 22 orang. Sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 1894 orang,” ujarnya.
Untung Cahyono, Anggota Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah mengatakan, ketika kita tidak dapat menunjukkan kefasihan dalam membaca Al-Qur’an itu adalah sebuah persoalan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar makruf dan nahi mungkar menuntut para anggotanya bisa membaca Al-Qur’an secara fasih dan memahaminya secara kontekstual. Menurutnya, kompetensi keislaman menjadi sangat penting untuk menjawab tantangan zaman. Selain kompetensi keislaman, ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa Muhammadiyah di antaranya kompetensi akademik dan intelektual, kompetensi kepemimpinan dan keorganisasian, serta yang terakhir kompetensi kepelopran dan kemanusiaan.
“Rasaknya konsep ini cukup ideal untuk mencetak generasi yang unggul, dan ini tidaklah mudah,” ungkapnya. (diko)