Dari Momentum Berkeliling Dunia hingga Pengembangan Wisata Halal di Indonesia
Oleh: Habib Chirzin
Di tengah terus meningkatkan demand terhadap wisata halal, baru-baru ini Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 23, tahun 2021, menurunkan laporan utama yang sangat menarik. Di dalam laporan utamanya yang bertajuk “Menuju Fikih Wisata” itu, SM menyebutkan bahwa menurut laporan “Mastercard Crescentating Global Travel Market Index 2019” memprediksi pada tahun 2026 akan ada 230 juta wisatawan Muslim di dunia. Permintaan terhadap Halal Tourism and Hospitality terus meningkat di dunia pariwisata.
Sangat menggembirakan menyaksikan perkembangan wisata halal di Indonesia. Pada tahun 2015 misalnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat bahwa Lombok (NTB), memperoleh penghargaan “The World Best Halal Tourism Destination” di dalam acara “The World Halal Travel Awards” yang diselenggarakan di Abu Dhabi. Selain Lombok, empat daerah lain juga dianggap potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata halal, seperti Aceh, Kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Jakarta.
Melihat perkembangan wisata halal di Indonesia, nampaknya kita perlu untuk terus meningkatkan kualitas dan daya saing terhadap negara-negara lain di Asia. Terutama, Malaysia dan Thailand hingga Korea dan Jepang.
Saya pernah diundang untuk menjadi salah seorang pembahas dalam sebuah “Round table on Halal Tourism and Hospitality” di Universit Sains Malaysia (USM), Penang. Dalam agenda tersebut menghadirkan para pakar seperti Prof. Dr. Shaya’a Othman, Prof. Noraini Othman, Prof. Dr. Rahmah Abdurrahman, Prof. Dato Wira Dr. Jamil Osman dll. Perlu tindak lanjut bersama dalam pengembangan kajian dan pendidikan wisata halal mulai dari pengembangan kurikulum, penulisan buku text, penelitian bersama, verifikasi produk halal dan lain-lain.
Beruntung saya juga pernah diundang bicara di Mountain House, di atas danau Geveva, Coux, Switzerland, yang dikenal sebagai “Peace Palace” karena pernah dipakai perundingan-perundingan perdamaian pasca PD II. Sekarang Mountain House menjadi Swiss Hotel Management School (SHMS), Coux dengan semboyan Switzerland is the mother of Tourism Education. Tempatnya sangat indah di atas bukit, dengan pemandangan Danau Geneva yang sangat luas. Dari Montreux naik kereta bergerigi, karena jalannya menanjak naik.
Majalah Suara Muhammadiyah sudah menggaungkan pentingnya pengembangan halal tourism, dan perlunya dikaji dan dikembangkan fikih pariwisata.
Saya menilai “Halal Tourism and Hospitality” perlu terus ditingkatkan. Karena permintaan konsumen yang terus meningkat, dari wisata budaya, wisata seminar, wisata kesehatan, sampai Umrah dengan side program-program kunjungannya yang edukatif, entertaining dan memperluas wawasan. Mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata kuliner, agro wisata, wisata industri, wisata religius, wisata kesehatan, wisata training, wisata seminar, ke wisata damai (peace tourism).
Seiring dengan hal itu, sebenarnya ketertarikan saya kepada dunia pariwisata dan hospitality baru mulai sekitar bulan Pebruari tahun 1976. Terutama ketika saya diajak oleh panitia konferensi “Consultation on Land and Development” di Colombo, untuk berwisata ke “Hikkadua Coral Garden“. Dalam perjalanan dari Colombo ke Tanamalwilla, untuk mengunjungi lembaga pendidikan dan pengembangan masyarakat “Sarvodaya” (Langka Jatika Sarvodaya Sangamaya). Dilanjutkan dengan kunjungan ke “Peredenia Botanical Garden” di kawasan wisata yang terkenal, Kandi, Sri Langka.
Singgah di Muslim Ladies College di Bambalapitiya, Colombo. Kembalinya singgah di Masjid Negara, Museum Nasional, dan Bukit Nanas, tempat makan angin di Kuala Lumpur saat itu. Kemudian ke Masjid Sultan di Singapore, Pusat Muhammadiyah di Lorong Melayu dan Lorong Taiseng. Pada bulan Juli 1977, berkunjung ke Causeway Bay, Hong Kong dan menyeberang ke Macao dengan kapal Jet Foil. Seusai meeting, sempat berkunjung ke perbatasan China. Singgah di Wat Pakreo, di sebelah istana kerajaan Thailand yang menjadi tujuan wisata utama di Bangkok. Melihat floating market di sungai Chao Praya, Bangkok yang terkenal. Mengunjungi Sunday Market, di Sanam Luang, sebuah alun-alun di depan istana.
Kemudian pada bulan Juli dan Agustus 1978, saya mendapat kesempatan berkeliling ke 7 (tujuh) negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan, yang diselenggarakan oleh the Asian Cultural Forum on Development (ACFOD) dan FAO yang berpusat di Bangkok. Berkunjung ke Rizal Park, Manila Bay, di Manila dan Bukit Siera Madre di Quezon, Philippines. Berziarah ke makam Shah Jalal di Silhet, tidak jauh dari Dhakka, Bangladesh. Berkunjung ke Kathmandhu, kota kuna Bakhtapur dan perbatasan Himalaya, Tibet dan China dengan pemandangannya yang sangat indah di Nepal.
Pada bulan Juli 1979, saya diundang ke Paris dan Rio de Janeiro, Brazil untuk konferensi ISD (International Study Days). Sempat mengunjungi menara Eiffel, Arch de Triumph dan Champ Elysee. Di Rio de Janeiro kami menikmati pantai Copacobana yang panjang dan sungai Amazone serta pantai Reciffe, Alexandria, Aracaju dan Nova Iguacu. Kembalinya menikmati keindahan kota Madrid, Spanyol dan Brussel di Belgium. Karena di Rio de Janeiro, Joao Pessoa, terpilih menjadi anggota ISD Secretariat di Paris, maka pada tahun 1980 saya diundang lagi ke Paris, untuk annual meeting ISD. Diajak mengunjungi Taman bunga yang sangat terkenal, Kuekenhoff, tidak jauh dari Leiden, dan Madurodam, miniatur Belanda, serta museum pelukis Van Gogh, di Belanda.
Dari Amsterdam kemudian ke Masjidil Haram, Makkah, untuk Umroh di awal Ramadhan 1979. Jamaah Umrah masih sepi, sehingga bisa mencium Hajar Aswad, setiap putaran. Perjalanan Sa’i antara bukit Shofa dan Marwapun sangat leluasa. Karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat bermalam di Makkah. Dan juga tidak sempat berkunjung ke Madinah. Karena harus kembali ke Kampus UGM untuk membayar dan mendaftar ulang kuliah di UGM. Sayang sebenarnya, tidak menginap di dua tanah suci, Makkah dan Madinah.
Di Tahun 1980 saya menikmati keindahan pantai Kota Kina Balu dan juga perkebunan Kelapa Sawit di Tawau, Sabah, dalam rangka mempersiapkan training di Bangkok, di mana saya sebagai steering committee. 1981 mengunjungi Fort Santiago di Manila yang sering untuk latihan dan pementasan teater oleh PETA (The Philippines Educational Theater Association) pada pertemuan pendirian SEARICE, (South East Asia Regional Education Associaton). Kami pernah mengundang Emha Ainun Najib, Adhi Kurdi, Muhammad Farid dari Samin, ke PETA ini. Tahun 1984 menikmati tempat wisata di Tagaytay dan ke Los Banos, dekat kampus The University of The Philippines, Los Banos (UPLB). 1986 diundang memberikan training oleh The National Planed Parenthood of the Philippines, di Zamboanga, Philippines Selatan. Sempat mengunjungi perkampungan Bangsa Moro dan menyaksikan indahnya Teluk Zamboanga, dengan nelayan suku Bajau.
Pada bulan November 1987, saya berkunjung ke kantor pusat PBB, New York; beberapa museum di Capital Hill, Washington DC, The Library of Congress dll destinasi wisata yang menarik. Diajak menonton drama di teater, tempat ditembaknya President Abraham Lincoln. Dan berkunjung ke kantor pusat AFS (American Friends Service) dan ICE (International Council of Education) di New York. Sempat berbicara dalam sebuah diskusi di Cornell University, yang dipandu oleh George J Aditjondro.
1988 menikmatil wisata pemandian air panas di Minamata, dan mengunjungi para “survivor” dari Minamata Deseas di rumah sakit khusus, Minamata, dalam acara Council meeting The Asian Cultural Forum on Development (ACFOD). Pada saat itu saya bersama Kailash Satyarthi dari India dll terpilih sehagai ACFOD Coorditing Team (ACT). Kawan saya Kailash ini pada 2014 menerima penghargaan Nobel Peace Prize untuk penyelamatan anak-anak, bersama Malala Yousafzai dari Afghanistan. Sempat berkunjung ke universitas pertanian di Saga, dekat lokasi pembuatan film seri Oshin, yang ditayangkan di TVRI pada th 1980-an. Dilanjutkan menghadiri Asian Cultural Festival. Ke East West Center dan pantai Waikiki di Hawaii.
Tahun 1989, mengunjungi Tembok Berlin yang sedang runtuh dan menyeberang ke Berlin Timur serta ke Max Planck Institute di Humbolt Universitat dan menonton opera di Berlin Timur. Juli – Agustus 1990, magang di pertanian organic di Massachusett, ke Sanfrancisco Golden Bridge dan kampus UC Berkeley. Juga kampus-kampus Columbia, New York University, Chicago University. Dan mengunjungi Pesantren High Lander Center, Tenessee. 1991 mengunjungi taman perlindungan Kangguru, Koala di sela konferensi di Australian National University (ANU), Canberra.
September 1992, diundang ke istana Pangeran Liechtenstein, ke taman Mozart dan Strausse di tepi sungai Donau (Danube). Saya diajak oleh Pangeran Liechtenstein menyaksikan “Expo Eco-Technology” yang setiap tahun digelar kota Vienna, sebagai kota hijau. Sempat diajak mengunjungi kamar kerja “Sigmund Frued” di Wiener Universitat. Dilanjutkan dengan kunjungan ke Roma dan Vatican, selain ke kantor FAO juga ke berbagai peninggalan sejarah di Roma. 1994 Menonton konser di Colombus Circle New York dan berkunjung ke World Trade Centre, di Baltimore. Sempat juga ke patung Lady Liberty dan juga ke museum-museum dan Capital Hill, Washington DC.
Tahun 1996 kami berdua menikmati wisata di Tagaygay dengan gunung berapinya yang berada di danau. Dan tentu berjalan-jalan ke Rizal Park, seusai annual meeting SEARICE, yang mengakhiri masa jabatan saya sebagai President SEARICE. Digantikan oleh kawan dari Sabah, kemudian Bangkok. Tahun 1997 dijamu makan siang di restaurant berputar di menara Kuwait, pada konferensi “the Role of Waqf in Strengthening Civil Society“. 1998 Stranded 3 hari di Malta, setelah kunjungan ke Bengazi dan Baidla di Libya. 1999 Berkunjung ke kampus Oxford University dan Big Ben, London. Pada tahun 2000 kami berdua berkunjung ke Capitol Hill dan White House di Washington DC, naik ke puncak Empire State Building di the 5th Avenue New York dan Markas Besar PBB diundang menghadiri “World Peace Summit of the Religious and Spiritual Leaders in the United Nations”. Kunjungan berdua ke Tokyo dan Hong Kong yang nyaman dan bersih.
Pada awal tahun 2001, saya berkesempatan berkunjung ke Pyramida di Giza, ziarah ke makam Imam Syafii, dan menikmati makan malam di tepi sungai Nile, Mesir; setelah sebelumnya mengunjungi peninggalan Collessium Roma (al Darraj al Romani) di Amman, Jordan.
Pada tanggal 6 September 2001 berjalan-jalan di WTC (World Trade Center), New York bersama tiga sahabat alumni PM Gontor. Berjalan kaki dari Battery Park, tempat penyeberangan ferry ke patung Liberty. Sempat berfoto di depan gedung WTC. Pada tgl 8 September 2001 berkunjung ke “Universal Studio” di Los Angeles, California, menyaksikan museum industri perfilman Amerika dengan teknologi tinggi. Menyaksikan atraksi adegan film cowboy, life, di lingkungan kehidupan cowboy.
Berjalan-jalan di pantai Santa Barbara dan ke Masjid Omar Ibn al Khattab, di dekat kampus UCSC. Tanggal 10 September 2001 dari masjid Rabithah al Alam al Islami, kami ke airport Los Angeles untuk menuju Narita, Tokyo. Tgl 12 September 2001, waktu makan pagi di Tokyo, mendapat informasi dari sahabat rombongan kami (kami berempat), bahwa foto kami di depan gedung WTC NY, gedung WTC hancur karena kecelakaan pesawat terbang, pada tgl 11 September 2001, ketika kami dalam penerbangan dari Los Angeles ke Narita. Kami bersyukur pada tanggal 10 September sudah keluar dari California.
Tahun 2002 kami berdua diundang ke Seoul, menerima penghargaan “The Ambassador of Peace” dari IIFWP dan kunjungan ke Cheong Pyong tempat bermain ski dan berlibur di musim dingin. April 2003 dijamu makan malam di Champ Elyssee, seusai konperensi di kantor pusat UNESCO, Paris. Juga tidak kurang menariknya pemandangan di pinggiran sungai Donau dari sisi kota Budhapest, Hongaria, September 2004. Menyaksikan pertandingan Tennis di Doha, Qathar, saat pertemuan tahunan Regional Komisi HAM Asia Pacific. 2005 touring di sekitar sungai Brisbane dengan pemandangan yang indah, di sela-sela konferensi di Queensland University. Konferensi untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat aborigin, dengan menghadirkan masyarakat indegenous dari Afrika dan Indian dari Kanada.
Tahun 2005 berlanjut ke wisata sejarah di Luang Prabang dan menikmati suasana Saturday market. 2006 Menikmati kuliner di sepanjang sungai Mekong dan masjid Jami’ yang besar di Pnompenh, Kamboja. 2008 Menikmati keindahan pedesaan di Angiang, Ho Chi Min city, dan wayang air (water puppet), Vietnam.
Pada musim panas 2007 diundang kembali menjadi pembicara International IofC (Initiatives of Change: Peace in the World Devide) di Peace Palace. Menikmati pamandangan indah sepanjang danau Geneva dan naik ke Bukit Montroux dengan pemandangan indah dari Peace Palace, Mountain House; yang juga dipergunakan sebagai Swiss Hotel Management School (SHMS). Dengan semboyan “Switzerland is the mother of Tourism Education”.
Tahun 2007 berziarah ke Blue Mosque dan Hagia Sophian (Aya Sofia) dan Istana Topkapi, Istanbul. Menyeberangi selat Bosporus sambil makan siang di atas cruisse yang membelah benua Asia dan Eropa. Turkey adalah salah satu negara destinasi wisata halal yang banyak diminati oleh wisatawan. 2010 menikmati keindahan Old Town George Town dan Pantai Pulau Penang. Dengan suguhan Mie Penang. Wisata seminar, wisata sejarah, budaya dan kuliner yang memperkaya khazanah ilmu dan kebudayaan.
Perkembangan pendidikan Pariwisata dan Hospitality
Salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah yang telah merintis pendidikan pariwisata dan hospitality adalah UMM (Universitas Muhammadiyah Malang). Bahkan UMM telah cukup lama mendirikan hotel yang dapat disewa oleh wisatawan umum. Disusul oleh PTM yang lain dan SMK Muhammadiyah di berbagai daerah. Suatu rintisan pendidikan kepariwisataan dan hospitality yang mesti terus dikembangkan.
Pertama kali saya berkenalan dengan dunia pendidikan perhotelan dan hospitality adalah pada tahun 1994, ketika mengunjungi Community College, jurusan Hotel Management dan Food and Baverage di New York dan Baltimore, di dekat Washington DC. Saya bersama Mahyudin Al Mudra, pendiri Balai Melayu, Yogyakarta, yang juga menyediakan fasilitas penginapan bintang empat.
Pada musim panas tahun 1994 itu saya diundang menjadi pembicara pada sebuah konferensi oleh Global Education Associates (GEA) di Fordham University, New York. Kesempatan saya manfaatkan untuk berkunjung ke community college, bahkan ke kantor pusat IIIT di Herndon, Virginia, di pinggiran Washington DC. Dijamu makan siang di kantor IIIT (The International Institute of Islamic Thougt) oleh Dr. Iqbal Unus, Dr. Yaqub Mirza, Dr. Muhyiddin Athiya dan Shahran Kasim, mahasiswa Temple University, Philadelphia. Saat Round Table tentang Halal Tourism di USM (Universiti Sains Malaysia), Penang, saya berkesempatan berkunjung ke Faculty of Halal Tourism and Hospitality, di Insaniah University College di Kedah, yang dikembangkan sejak Prof. Dato Wira Dr. Jamil Osman menjadi rektor di universitas tersebut.
Baru-baru ini IIIT bekerja sama dengan UCSC (Universal Crescent Standard Center) menyelenggarakan ‘The 3rd International Islamic Tourism Standard Conference (3-IITSC). Global Trend in Islamic Toursm Post Covid-19.
Senin, 20 Desember 2021. Salah satu topiknya “Global Needs for Tourism Education” yang disampaikan dengan sangat menarik oleh Prof. Dato Wira Dr. Jamil Osman, advisor IIIT East and South East Asia. Dengan Keynote Speech oleh Prof. Dr. Omar Hassan Kasule, Sekretaris Jenderal IIIT dan visiting Professor di King Fahd Medical City Center, Riyadh, dan Prof. Dr. Shayaa Othman, pendiri UCSC.
Pendidikan dan kajian halal tourism and hospitality ini mesti terus dikembangkan di Indonesia lebih lanjut. Majalah Suara Muhammadiyah telah dengan simpatik, menarik perhatian kita semua kepada dunia wisata. Bahkan menyeru untuk secara sungguh-sungguh mengkaji dan mengembangkan fikih wisata dan memajukan dunia wisata dan hospitality halal.
Teringat syair Imam Syafii, wafat 204 H “Fi Madhi al Safari”. Safir tajid ‘iwadla ‘an man tufariquhu. Fanshab fainna ladzidza al ‘aisyi fi al nashabi.