Jihad Kedaulatan Pangan Melalui Sekolah Tani

Jihad Kedaulatan Pangan Melalui Sekolah Tani

MAGELANG, Suara Muhammadiyah—Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah mengadakan Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah di Magelang Jawa Tengah (14/1/2022). Kegiatan ini dalam rangka mendorong petani Indonesia memiliki kemandirian dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Hal ini sebagai upaya jihad kedaulatan pangan yang digaungkan oleh MPM.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, M Nurul Yamien mengajak petani untuk mau meningkatkan pengetahuan melalui sistem sekolah singkat. Sekolah yang dimaksud di sini berbeda dengan sekolah formal, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petani.

Sekolah tani ini, kata Nurul Yamien, selaras dengan perintah menuntut ilmu bagi setiap muslim. Oleh karena itu, keikutsertaan petani di sekolah tani ini mendapatkan dua manfaat sekaligus, yaitu (1) memperoleh ilmu tentang dunia pertanian, dan (2) mendapat keberkahan karena menjalankan ajaran agama.

Melalui sekolah ini, Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah berkomitmen untuk mendampingi dan meningkatkan kualitas para petani. “Sekolah tani merupakan bagian dari ekosistem pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat petani,” kata Yamien di acara pembukaan Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah di Magelang.

Acara yang diselenggarakan berkat kerjasama antara MPM PP Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Magelang, dan MTCCC Unimma ini bertujuan untuk membentuk dan membina ekosistem pemberdayaan masyarakat petani, yang meliputi beberapa aspek.

Pertama, aspek on farm, atau pada aspek budidaya produk pertanian. Sekolah tani ini bukan hanya dalam rangka meningkatkan pengetahuan atau teori-teori pertanian, tetapi sekaligus meningkatkan keterampilan dalam bertani secara praktis.

“Bukan hanya pada persoalan bagaimana menanam, memelihara kalau itu di perikanan dan peternakan. Tetapi memahami secara keseluruhan bahwa yang dilakukannya, termasuk yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari satu langkah besar untuk bersama meningkatkan petani dan pertanian Indonesia,” ujar Yamien.

Yamien mengajak para petani di Indonesia untuk senantiasa memiliki semangat belajar. Ia menegaskan bahwa belajar tidak terbatas usia dan tempat. Para petani diharapkan mau terus belajar serta memanfaatkan temuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bertani.

Kedua, aspek kelembagaan. Penguatan kelembagaan petani bisa dilakukan secara sinergi dengan berbagai pihak. Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) bisa memanfaatkan jaringan Muhammadiyah, termasuk jaringan Amal Usaha Muhammadiyah untuk menguatkan kelembagaan petani. “Dalam kelembagaan petani ini, mari kita juga untuk memikirkan lembaga ekonominya,” tuturnya.

Ketiga, aspek pasar atau out farm. Petani tidak boleh asal tanam jenis tanaman budidaya, tetapi perlu juga mempertimbangkan aspek out farm atau kebutuhan dan situasi pasar. (ribas/aan)

 

Exit mobile version