Panggung Gembira PPAD: Simbol Kemandirian Santri

Panggung Gembira PPAD: Simbol Kemandirian Santri

Foto Dekorasi Panggung Gembira Siswa Akhir Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab. Tegal (15/1).

TEGAL, Suara Muhammadiyah – Pendidikan Integral-Mutakamil adalah salah satu ciri khas utama dalam dinamika pesantren,  yang dimana didalamnya memadukan pendidikan afeksi, kognisi dan psikomotorik, dengan sarana saling terintegrasi pendidikan asrama, masjid, madrasah dan lapangan yang terbingkai dengan nilai-nilai keislaman, keilmuan dan kemasyarakatan, pendidikan ini terpadu dengan harmonis.

Demi mewujudkan semua anasir pendidikan di atas, pondok pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan (PPAD) mencoba berbagai formulasi pendidikan yang ada. Salah satunya adalah menggelar agenda tahunan “Pagelaran Seni Akbar Panggung Gembira” yang diarsiteki oleh siswa akhir kelas 6 dengan para penampilnya siswa kelas 1-5, serta didampingi oleh para guru. Pada tahun ini, panggung gembira dilaksanakan pada Sabtu malam 15 Januari 2022.

Karena rentetan acara ini, seluruh santri-guru di PPAD terdimanisir dengan sistematis. Bagaimana tidak, persiapan untuk acara ini sudah dilaksanakan 4 bulan yang lalu, dengan semangat kemandirian dari mulai konsep acara, pemilihan kostum-tata rias, tata panggung serta jalannya acara semuanya di tangan para santri.

Sebelum penampilan, seluruh santri dari mulai panitia hingga peseta penampilan diadakan gladi berkali-kali dan dinilai oleh para juri. Juri di sini, adalah para guru yang membimbing setiap acara. Selama latihan, mereka dilihat, dikoreksi, dinasehati serta dinilai di setiap latihannya, untuk selalu dimonitoring peningkatannya seta demi menjaga profesionalitas ketika tampil. Lagi-lagi, semuanya dikerjakan mandiri tanpa intervensi siapapun, namun tetap dalam koridor prinsip serta nila-nilai Islami.

Karena acara ini, seluruh santri berusaha mengeluarkan segala potensi dirinya dalam berbagai hal, yang sebelumnya pasif menjadi lebih aktif, yang sebelumnya kurang percaya diri lebih percaya diri dalam tampil dan yang lebih penting, yang sebelumya mempunyai ide terpendam dalam acara ini mereka leluasa untuk mengeksplorasinya. Sehingga, semua potensi afeksi, kognisi dan psikomotor tersentuh terintegrasi dengan pendidikan di asrama, masjid, madrasah dan lapangan. Dari sini, terciptalah suatu pendidikan yang bersifat Integral-Mutakamil yang memberikan simbol tentang arti sebuah kemandirian, karena Panggung Gembira bukan hanya pagalaran seni saja namun lebih dalam lagi, ia adalah sebuah simbol kemandirian santri. (Alvin Qodri Lazuady, Reporter PPAD)

 

Exit mobile version