TEGAL, Suara Muhammadiyah – Kamis, 20 Januari 2022, Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab. Tegal melaksanakan kesekian kalinya rentetan program pengkaderan untuk para santrinya, dari mulai bersifat keilmuan, keislaman, kemasyarakatan dan kemuhammadiyahan. Kali ini, PPAD melaksanakan Tarbiyah Amaliyah perdana sebagai percontohan untuk lainnya. Agenda ini dilaksanakan oleh Bagian Akademik al-Ustadz Ryan Khairurrijal, S.Pd.I, kemudian bertugas menjadi ketua panitia adalah al-Ustadz Dhi’fa Aulia Rahman, S.E salah satu pengasuh PPAD.
Yang berdiri sebagai Mudarris al-Mitsaliy dalam Tarbiyah Amaliyah perdana ini adalah Abdi Abul Auni Ikhwan siswa akhir PPAD Glorious Generation 2022. Tujuan pelaksanaan amaliyah percontohan ini adalah sebagai gambaran para siswa-siswi lainnya bagaimana berdiri sebagai Mudarris dalam Tarbiyah Amaliyah secara langsung. Lebih dari itu, kegiatan ini sebagai langkah PPAD untuk mendidik para santrinya untuk menjadi guru-guru berkualitas kelak ketika lulus, melalui peran sebagai guru mereka dapat melaksanakan 4 wasiat pondok kepada santrinya, yaitu menjadi kader persyarikatan, kader ulama, kader umat dan kader bangsa.
Ítikad PPAD dalam membina kader bukannlah isapan jempol belaka, melalui berbagai sarana (Masjid, asrama, madrasah, lapangan) menyasar sisi-sisi para santrinya dari sisi kognisi, afeksi dan psikomotor. Tarbiyah Amaliyah ini adalah salah satu upaya untuk mewujudkan itu semua, melatih, mengevaluasi dan mencetak kader-kader yang mumpuni dalam dunia Pendidikan. Harapannya, ketika lulus nanti para santri dapat memainkan perannya di masyarakat sebagai Mu’allim al-Haqiqi yaitu yang tidak malu membina masyarakatnya melaui musholla-musholla kecil, TPA, atau pengajian-pengajian secara umum. Dan secara khusus, para santri PPAD ketika lulus nanti mampu menghidupi persyarikatan Muhammadiyah di ranah ranting, cabang, daerah, wilayah bahkan pusat di masa depan kelak, melalui perannya sebagai seorang Mu’allim.
Sebagai penutup, mensitir sebuah pernyataan ‘’Kalau tidak ada guru di dunia ini, maka tidak ada profesi apapun”. Seperti halnya, ketika Jepang jatuh terkena Bom Atom, yang dihitung pertama kali adalah berapa jumlah gurunya. Dan lebih dalam, apa yang dilakukan Rasulullah ketika menyebarkan Islam?, yaitu mengekspansi para guru-guru mumpuni yang mampu mengajari Ilmu ke pelosok Madinah dan Jazirah Arab. Karena upaya-upaya inilah, suatu tempat akan berubah peradabannya yaitu dengan mencetak, memperdayakan serta menjaga Guru. Tidak berlebihan, Syauqi Beik mengatakan, “Hampir-hampir seorang Guru Menjadi Rasul”. (Alvin Qodri Lazuardy, Reporter PPAD)