Empat Tahap Mempelajari Keterampilan Baru dengan Cepat

Empat Tahap Mempelajari Keterampilan Baru dengan Cepat

Rektor Wysze Szkoly Bankowe (WSP) Poznan Polandia Prof. Dr. Ryszard Sowinski yang didapuk memberikan motivasi kepada wisudawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

POLANDIA, Suara Muhammadiyah – Konsep empat tahap kompetensi yang ditelurkan oleh Martin Broadwell masih sangat relevan untuk diimplementasikan hingga saat ini. Konsep ini dianggap bisa membantu manusia untuk belajar dan menentukan keputusan belajar yang tepat. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Wysze Szkoly Bankowe (WSP) Poznan Polandia Prof. Dr. Ryszard Sowinski yang didapuk memberikan motivasi kepada wisudawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Adapun agenda tersebut terlaksana pada Kamis (27/1) dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Ryszard mengatakan bahwa wisuda bukanlah sebuah akhir bagi wisudawan, namun menjadi langkah awal untuk belajar kemampuan baru di dunia luar. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan karir dan menciptakan kehidupan yang lebih baik. Maka dalam kesempatan itu ia menyampaikan konsep empat tahap mempelajari keterampilan baru dengan lebih cepat.

Lebih lanjut, konsep yang sudah dikemukakan oleh Martin Broadwell sejak 1969 ini masih digunakan oleh banyak pihak untuk lebih memahami proses dalam mempelajari keterampilan. Tahap pertama ialah tidak menyadari ketidak mampuan diri (unconscious incompetence). Ryszard menceritakan bagaimana awal ia mencoba mengendarai mobil. Saat itu ia mengira itu mudah, namun nyatanya ia menabrak sebuah tembok dan akhirnya bersembunyi di hutan selama 2-3 jam karena takut dimarahi orang tuanya.

“Inilah tahap di mana kita tidak mengetahuan ketidak mampuan kita. Sayangnya, banyak orang yang harus menabrak tembok dulu, baru ia menyadari hal tersebut. Maka kita perlu memeriksa secara berkala kemampuan yang dimiliki dengan cara yang sudah teruji. Kita bisa menyewa pelatih, mentor, atau penasehat untuk memberikan feedback. Bisa juga dengan menggunakan berbagai aplikasi yang sudah tersedia,” ungkapnya.

Kemudian ia bercerita bahwa sampai lulus kuliah ia hanya bisa naik skuter, sepeda, dan kereta. Ia masih belum bisa mengendarai mobil. Di tahap ini saya menyadari ketidakmampuan (conscious incompetence) saya dalam menyetir mobil. Pada tahap ini akan muncul beragam pertanyaan seperti metode apa yang cocok untuk belajar, apakah keterampilan ini bagus untuk kehidupan saya dan lain sebagainya.

Hingga pada akhirnya Ryszard menyusul istrinya untuk mengikuti kursus mobil. Di situasi itulah ia mengalami ketakutan, ragu-ragu dan perasaan frustasi saat awal-awal belajar mengemudi. Inilah yang disebut dengan tahap conscious competence yakni menyadari akan kemampuan diri sendiri. Posisi di mana kita akan melakukan hal dengan tidak sempurna serta seringkali konyol.

“Pada tahap ini, biarkan anda melakukan kesalahan. Dari kesalahan itulah kita akan belajar. Selain itu daripada membandingkan diri sendiri dengan orang lain, cobalah mengukur kemampuan dan melihat kemajuan yang sudah anda lakukan di setiap kesempatan,” ujarnya.

Terakhir, Ryszard menyebutkan tahap yang keempat yakni kemampuan yang tidak disadari (unconscious competence). Tahap ini biasanya sudah dimiliki oleh mereka yang telah mahir dan memiliki banyak pengalaman. Bahkan tanpa sadar mereka sudah melakukan hal-hal yang banyak orang mengira bahwa itu mustahil. Ryszard ingin agar para wisudawan bisa memahami empat tahap ini sehingga bisa menentukan metode apa yang tepat, keputusan yang baik serta keterampilan apa saja yang harus dipelajari. (diko)

Exit mobile version