MALANG, Suara Muhammadiyah – Dalam mengembangkan pendidikan, bukan hanya peserta didik saja yang perlu ditingkatkan, namun pendidik juga harus meningkatkan kapasitas keilmuannya. Hal tersebut juga dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Pengukuhan Tiga Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Rabu (16/2) lalu. Adapun mereka yaitu Prof. Dr. Dwi Poedjiastutie, M.A., P.hD. (Bidang Pendidikan Bahasa Inggris), Prof. Dr. Baiduri, M.Si. (Bidang Pendidikan Matematika) dan Prof. Dr. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd. (Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Sebelum dikukuhkan, ketiganya juga berkesempatan untuk menyampaikan orasi ilmiah berkaitan dengan bidang keilmuan yang dikuasai.
Pada kesempatan itu, dilangsungkan juga launching Center of Excellence (CoE) terbaru Kelas Anggrek yang dikembangkan oleh Prodi Pendidikan Biologi. Dilanjutkan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kampus Putih UMM dengan Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) sebagai komitmen menjalankan kelas profesional yang dibangun. Menariknya, usai penandatanganan, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. juga dihadiahi anggrek hybrid varian baru yakni Anggrek Dendrobium dengan nama Fauzan UMM Biom.
Disampaikan Dekan FKIP UMM Dr. Trisakti Handayani, MM., kelas ini memang memiliki tujuan untuk mempercepat kelulusan mahasiswa. Begitupun dengan pengembangan kemampuan serta wirausaha sehingga para lulusan dapat mendapatkan pekerjaan yang layak. Salah satu upayanya yakni menggaet beragam industri dan dunia kerja (Iduka) sehingga ada banyak impelemntasi program yang bisa dilangsungkan.
Terkait pengukuhan guru besar, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. mengatakan bahwa hadirnya tiga guru besar ini semakin menguatkan tekad Kampus Putih untuk melakukan perubahan. Utamanya terkait orientasi pembelajaran yang futuristik dan peran UMM sebagai problem solver di tengah masyarakat.
Menurutnya, orientasi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik, baik siswa maupun mahasiswa harus berujung pada hal yang bermanfaat serta bisa diimplementasikan. Pembelajaran juga harus bertanggungjawab akan masalah-masalah yang dialami warga secara luas. Sehingga, bisa lebih peka dan dapat terus ditingkatkan serta disesuaikan dengan tuntutan kemajuan zaman.
Sementara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Bebudayaan (Menko PMK) Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. menilai bahwa guru besar layaknya tentara yang meraih pangkat jenderal. Merangkak dan bersusah parah dari bawah untuk meraih cita-cita berada di puncak. Orasi-orasi yang disampaikan oleh ketiganya juga dirasa Muhadjir bisa memberikan suasana dan perspektif baru di bidangnya masing-masing.
“Saya ingin berpesan kepada para guru besar, baik yang lama maupun yang baru dikukuhkan untuk bisa terus menanamkan hal-hal bermakna untuk kampus putih. Di samping itu juga terus berupaya menjadi teladan yang baik seperti yang dilakukan oleh pendahulu-pendahulu. Hingga namanya masih dikenal dan diingat oleh seluruh sivitas akademika UMM sampai sekarang,” imbuhnya.
Hal tak jauh berbeda juga dituturkan oleh Kepala LLDIKTI Wilayah VII Prof. Dr. Ir. Soeprapto, DEA. Menurutnya, capaian ketiganya merupakan karunia yang luar biasa dari Tuhan YME. Kini, mereka dituntut untuk bisa menyebarkan kepakarannya hingga bisa mengalirkan manfaat yang begitu deras. “Bapak dan ibu adalah manusia langka nan istimewa. Namun semua akan sia-sia jika bapak ibu tidak menebarkan kebaikan dan keilmuan yang dipunya untuk manusia-manusia lainnya,” tegas Soeprapto.
Terakhir, Anggota PP Majelis Diktilitbang Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan berharap ketiganya bisa memberikan basis teori sebagai jangkar pendidikan Muhammadiyah. Perlu adanya elaborasi mumpuni sehingga dapat menciptakan filsafat pendidikan Muhammadiyah yang baik. Dengan jangkar yang sudah dibangun tersebut, kita tidak akan bisa dengan mudah diombang-ambingkan olrh dunia luar.
“K.H. Ahmad Dahlan pernah berpesan bahwa manusia itu harus memiliki dua sifat yakni menjadi murid yang selalu belajar hal baru. Dan yang kedua yakni menjadi guru yang selalu membuka pikiran atas zaman yang baru sehingga tidak gampang terbawa arus zaman,” pungkasnya. (diko)