YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Di dunia usaha berbasis digital, menginjeksi inovasi dan imajinasi menjadi sangat penting bagi para wirausahawan. Berdasarkan data, di tahun 2024 rasio kewirausahaan nasional kita masih berkisar pada angka 3,95 persen. Melihat hal itu Sandiaga Uno mengajak para wirausahawan di Muhammadiyah untuk menciptakan entrepreneur by design, yaitu dengan merancang sebuah program guna menunjang peningkatan rasio kewirausahaan nasional. Bukan kewirausahaan yang timbul berdasar random work, namun hadir dari blueprint dan master plan.
Pertumbuhan wirausahawan baru di Indonesia masih berada di angka 4 persen. Hal ini masih sangat kecil jika dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa. Maka Indonesia perlu meningkatkan rasio kewirausahaan nasional sebagaimana Thailand atau Amerika Serikat yang peningkatannya berada di angka 7 sampai 12 persen.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut juga menyampaikan bahwa pondok pesantren memiliki peluang yang cukup besar dalam mengembangkan dunia kewirausahaan nasional. “Dengan jumlah pondok pesantren di atas 28 ribu dan jumlah santri sebesar 4,3 juta. Pada tahun 2021 saja, sebanyak 91 persen pondok pesantren telah memiliki unit usaha. Tentu ini kabar yang menggembirakan. Saat ini yang perlu kita dorong adalah kualitas sumber daya manusianya,” ujarnya.
Di sektor ekonomi kreatif, Sandi mengungkapkan bahwa sumbangsih kepada negara dari sektor ini mencapai 1.230 triliun. Dan menempatkan Indonesia pada posisi ketiga dalam kontribusi ekonomi kreatif tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.
“Capaian ini perlu dijaga dan dirawat supaya kita dapat terus bertumbuh. Karena ekonomi berbasis ekstraktif sudah tergantikan dengan ekonomi kreatif yang memiliki konsep pertambahan nilai. Agar sesuai dengan arah pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah, maka kita harus bisa meningkatkan PDB sebesar satu persen melalui digitalisasi,” ujarnya dalam Workshop Manajemen Cabang dan Ranting Unggulan dengan tema “Pembinaan Jamaah Berbasis Teknologi di Era Disrupsi” yang diselenggarakan oleh LPCR PP Muhammadiyah (22/2).
Tak lupa juga Sandi menambahkan bahwa UMKM memiliki peran yang sangat penting. Menurut data terdapat 64 juta UMKM di seluruh Indonesia, jika 50 persen saja sudah terdigitalisasi, maka banyak lapangan kerja akan tercipta. 2,5 juta lapangan kerja baru bisa tercipta jika kita melatih 600 ribu talenta digital baru. Hal ini memerlukan kerja bersama dengan berbagai elemen, khususnya Muhammadiyah agar orientasi dalam pemulihan perekonomian Indonesia dapat segera terealisasikan.
“Kami hadir sebagai bagian dari pemerintah untuk mendistribusi program-program ini secara adil dan merata. Dan kita perlu kontribusi dan kolaborasi bersama Muhammadiyah agar ketegasan dan kecepatan eksekusi implementasi program ini dapat segera diwujudkan,” ujarnya. (diko)