Oleh : Dimas Muhammad
Tahun 2019 pertengahan nampaknya menjadi titik awal dari kegiatan filantropi Muhammadiyah di Sudan. Gagasan mendirikan sebuah lembaga yang Concern di bidang sosial dan pendidikan membuahkan hasil. Tepatnya di bulan Juli 2019 surat keputusan Lazismu Pusat tentang pengangkatan kantor layanan yang berdomisili di Sudan keluar. PCIM Sudan yang kala itu dinahkodai Muflihun Abdul Majid langsung bergerak cepat dengan mengangkat Ilham Tamimi sebagai nahkoda pertama Lazismu Sudan.
Periode Juli hingga Desember 2019 bisa dikatakan periode stagnan. Ditahap awal memang pembahasannya berkutat bagaimana mencari amil. Periode ini bisa dikatakan periode sulit untuk menghidupkan nafas filantropi Muhammadiyah, kurangnya sumber daya manusia menjadi penyebab utama.
Di akhir Desember 2019 atas inisiatif Ilham dan juga persetujuan Muflihun akhirnya terjadilah Reshufle kepengurusan di dalam tubuh Lazismu Sudan. Di dalam kepengurusan yang baru ini banyak didominasi oleh mahasiswa yang baru datang ke negeri Sudan. Usaha recruitmen amil tuntas di bulan Desember akhir, dan akhirnya SK Lazismu Pusat tentang Reshufle kepengursan keluar pada tanggal 22 Januari 2020.
Di tahun 2020-lah banyak sekali agenda yang dilakukan oleh Lazismu Sudan, yang berkutat pada bidang pendidikan, kemanusiaan, kesehatan, sosial dan dakwah. Program unggulannya meliputi : 1. Beasiswa Pilar Oemat, 2. Kado Ramadan, 3. CareMu, 4. Qurban. Keempat program inilah yang mengawali cikal bakal program-program kreatif dan juga cara-cara kreatif teman-teman amil dalam menghimpun dana, mengelola serta menyalurkan dana ke arah yang tepat.
Amanah dan Tantangan
Dalam banyak sekali pertemuan amanah yang di utarakan Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah Sudan kepada Lazismu Sudan ialah, Lazismu harus menjadi wadah infak baik bagi kader ataupun non kader dan juga menjadi wadah untuk menopang kegiatan Muhammadiyah. Amanah tersebut jelas bukan hal yang mudah. Butuh cara-cara kreatif untuk menjawab amanah tersebut.
Disamping amanah yang sudah disampaikan di atas, Lazismu Sudan juga dituntut untuk menjawab tantangan sosial dengan sebuah program nyata. Contoh saja banyak teman-teman mahasiswa yang terkena sakit, butuh biaya perawatan yang tidak sedikit, juga ada beberpa teman-teman yang sudah tidak diberikan “insentif” dari orang terdekatnya, atau jikalau dihadapkan dengan kejadian penjambretan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Tantangan ini bukan hanya dalam segi finansial, tetapi dari segi sumber daya manusianya juga perlu di kuatkan dengan softskill, serta segi pengamanan pribadi yang juga perlu di tingkatkan.
Dalam menjawab tantangan tersebut Lazismu Sudan mengawali dengan menguatkan keakraban antar anggota amil, tidak ada sekat yang jauh antara ketua dan anggota, bahkan ketika rapatpun sering sekali melempar guyonan antar amil. Keakraban ini yang menjadi salah satu kunci kekuatan Lazismu Sudan, dari keakraban tersebut muncul ide brilian yakni Tabungan Qurban, Jasa titip gratis bagi Aisyiah yang tinggal di Asrama (saat lockdown asrama), ProMu (sistem integrasi tim media persyarikatan). Selanjutnya ialah keinginan amil untuk terus mengasah kemampuan diri di bidang masing-masing, contoh kasusnya ialah sering kali tim keuangan Lazismu Sudan mengadakan pelatihan keuangan. Pada awal Lazismu Sudan berdiri sistem keuangannya menggunakan tulis tangan, sangat aneh jikalau dilihat dari zaman yang sudah modern, lambat laun sistem keuangannyapun semakin baik, walaupun masih perlu diperbaiki kembali. Dari sisi funraising pada awal beridiri Lazismu Sudan masih terus menerus menjadi gerbong keretanya Lazismu Pusat, maksudnya apa-apa selalu minta ke pusat, lambat laun ada banyak donatur yang mempercayakan donasi atau infaknya ke Lazismu Sudan.
Dari bebrbagai macam program atau aksi nyata yang telah ditorehkan Lazismu sudan sangat jelas masih sangat dini jikalau dikatakan ”sukses” dalam menjawab tantangan sosial yang kompleks. Ada banyak bidang yang masih belum tersentuh oleh Lazismu Sudan. Dalam bidang advokasi, masih jarang terlihat kolaborasi antara Lazismu Sudan dan KBRI Sudan. Kerjasama antara dua instansi ini hanya terlihat dalam program Zakat Fitrah Ramadan, padahal semestinya kedua instansi tersbut bisa mengadakan kolaborasi dibanyak bidang. Dari segi kolaborasi antar lembaga filantropi pun, lazismu sudan perlu digalakkan kembali, membuka ke arah yang lebih luas lagi.
Karitatif dan Pemberdayaan
Selama 3 tahun keaktifan Lazismu Sudan di dunia filantropi, mayoritas penggunaan alokasi dananya di gunakan untuk kegiatan yang sifatnya jangka pendek seperti pemberian donasi, beasiswa, buka bersama bareng masyarakat Sudan, Jum’at Berkah, Qurban.
Harapannya dari apa yang sudah dilakukan oleh Lazismu Sudan kemarin menjadi bahan evaluasi besar bagi pengurus Lazismu serta menjadi Insight bagi teman-teman non Lazismu, gunan memperhatikan apa yang ingin di salurkan dari dana ummat ini. Sekarang mungkin sudah saatnya lembaga filantropi atau pimpinan PCIM Sudan bersama Pimpinan Ortom dan Lembaga di bawahnya yang ada di Sudan melakukan sistem pemberdayaan. Misal dalam pendidikan, Markas Dakwah Muhammadiyah bisa menjadi tempat yang cocok bagi wadah Aktivitas Pemberdayaan. Dengan dana pendidikan yang dimiliki Lazismu , serta ‘Aisyiah, dan Muhammadiyah Sudan, bisa mengadakan kegiatan kajian kontemporer yang berkelanjutan. Dari kajian tersebut bisa ditelaah bersama dan akhirnya bisa menghasilkan karya ilmiah murni hasil dari telaah keritis Kader Muhammadiyah Sudan.
Harapan tersebut bisa menjadi kenyatan jikalau memang ada aksi nyata dari seluruh elemen persyarikatan tanpa terkecuali. Dengan kemampuan yang dimiliki seluruh kader, kegiatan filantropi akan terus hidup tubuh persyarikatan sehingga setiap tantangan dan masalah yang dihadapi akan selalu tumbuh solusi yang menyertainya.
Penulis Staf Keuangan Lazismu Sudan