UMM Miliki Guru Besar Baru Bidang Komunikasi Media

UMM Miliki Guru Besar Baru Bidang Komunikasi Media

MALANG, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali miliki guru besar baru. Ia adalah Prof. Dr. Muslimin Machmud M.Si. yang resmi dikukuhkan pada Rabu (9/3) lalu di hadapan ratusan tamu dan undangan. Adapun Muslimin merupakan guru besar pertama bidang komunikasi media tradisional di Indonesia.

Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menilai bahwa pengukuhan guru besar ini adalah pagelaran yang prestisius. Ia berharap, dikukuhkannya profesor baru di bidang komunikasi ini mampu menambah dan memperkuat energi UMM dalam meningkatkan daya saing internasional. Bahkan terbaru, Kampus Putih juga berhasil menduduki ranking enam kampus swasta terbaik se-ASEAN.

Fauzan mengungkapkan bahwa Muslimin merupakan pribadi yang bersahaja, pekerja keras dan penuh dengan tanggung jawab serta seorang problem solver yang andal. Adapun orasi ilmiah yang disampaikan Muslimin dirasa menarik. Menurut Fauzan, budaya komunikasi masyarakat di zaman sekarang memang cenderung langsung dan instan. Hanya segelintir yang menggunakan sindiran dan perlambangan seperti pantun maupun puisi.

“Puisi dan pantun sekarang hanya dipakai seni atau sastra belaka. Padahal dulu menjadi media unutk memberi nasehat ke sesama. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Profesor Muslimin. Semoga bisa menginspirasi dan menebar manfaat berbagi,” ungkapnya.

Senada dengan Fauzan, Ketua Badan Pembina Harian UMM sekaligus Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. juga mengucapkan selamat kepada Muslimin atas capaiannya meraih puncak jenjang tertinggi bidang akademik. Menurutnya, menjadi guru besar haruslah dijadikan sebagai impian bagi semua dosen. Sebagaimana seorang perwira yang bercita-cita ingin menjadi jenderal.

“Saya juga bangga karena di bawah kepemimpinan Pak Fauzan, UMM mampu melahirkan profesor-profesor baru dengan begitu deras. Tidak hanya dari segi jumlah tapi juga bagus dari segi usia yang tergolong cukup muda,” ungkapnya.

Terkait hasil penelitian Muslimin, Muhadjir menilai bahwa kajian tersebut adalah sesuatu yang unik karena tidak banyak yang memperhatikannya. Menurutnya, media warisan akan terus mengilhami ruh perkembangan media massa di masa kapanpun. Kajian itu juga dirasa akan lebih bagus jika dibarengi dengan kajian antropologi.

Sementara itu, dalam pidatonya, Muslimin menjelaskan mengenai pemberdayaan media warisan di tengah gempuran media modern. Menurutnya, selain manfaat dan kemudahan, media modern juga memunculkan akibat buruk bagi masyarakat. Maka, peranan teknik komunikasi warisan dirasa masih diperlukan untuk menjaga keseimbangan sosial.

Ia melanjutkan, ada beberapa fungsi dari media warisan yang bisa diperoleh. Mulai dari fungsi hiburan seperti materi lawakan dan gerak laku pemain, fungsi pendidikan dan dakwah, promosi serta penyebarluasan informasi. Begitupun dengan fungsinya dalam upaya sosialisasi dan propaganda politik, kontrol sosial hingga pelestarian nilai budaya.

“Berdasarkan kajian yang saya teliti ini, media warisan terfokus pada tiga hal utama yakni hubungan antara manusia dengan manusia. Kemudian hubungan manusia dengan alam serta hubungannya dengan Tuhan Sang Pencipta. Ketiganya juga memiliki pola masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainunya,” tuturnya.

Maka menurut muslimin, media warisan yang merupakan produk budaya masyarakat perlu diberdayakan. Apalagi mengingat media tersebut telah menjadi bagian dari kearifan masyarakat sekaligus menjadi karya budaya dan aset suatu bangsa. “Dengan demikian, maka keberadan media warisan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai salah satu sarana komunikasi yang efektif. Terutama dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.

Pada kesempatan itu pula, hadir Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur. Prof. Dr. Ir. Soeprapto, DEA. yang memberi selamat. Begitupun dengan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Nur Cholis Huda yang memotivasi para dosen muda untuk mengikuti jejak Muslimin menjadi seorang guru besar. (diko)

Exit mobile version