Masa Depan Dakwah Muhammadiyah di Dunia Digital

Dakwah

Fadh Pahdefie menyampaikan paparan terkait memperkuat dakwah siber Muhammadiyah dalam agenda Seminar Pra-Muktamar dengan tema "Media, Masyarakat Digital, dan Dakwah Muhammadiyah" pada Kamis, 10 Maret 2022.

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebenarnya berdakwah di media sosial memiliki peluang yang sangat besar seiring dengan tingkat pengguna sosmed yang semakin meningkat, serta jangkauan ruang dan waktu yang juga kian luas. Di mana Youtube, whatsapp, instagram, FB, dan twitter masih menjadi lima besar media sosial paling populer di Indonesia. Meski begitu, karakter dari masing-masing media sosial sangatlah berbeda dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.

Abddullah Sammy, Penanggungjawab Sosial Media Republika mengungkapkan bahwa setidaknya ada dua tantangan dakwah Muhammadiyah di dunia digital, yaitu tantangan di eksternal dan internal. Tantangan di sisi eksternal yaitu yang berhubungan dengan masyarakat sebagai penikmat konten media. Sedangkan dari sisi internal terkait dengan konsistensi serta kreatifitas pengguna sosial media. Namun ia melihat, yang menjadi tantangan terbesar bagi Muhammadiyah dalam beradaptasi di media sosial adalah kurang menunjukkan siapa dirinya alias kurang narsis.

“Dengan segudang amal usahanya yang besar dan tersebar hampir di setiap daerah, mulai dari sekolah, universitas, dan rumah sakit, seharusnya ini menjadi potensi Muhammadiyah untuk menunjukkan siapa dirinya melalui platform media sosial,” ujarnya.

Makroen Sanjaya, Jurnalis TVMu mengungkapkan bahwa Muhammadiyah belum sepenuhnya memanfaatkan platform media sosial  secara maksimal, sehingga dakwah Muhammadiyah di media sosial cenderung masih jauh tertinggal dari yang lain.

Ia pun mempertanyakan, kenapa media sosial Muhammadiyah belum bisa bersaing dengan yang lain. Pertama, karena dalam menyediakan informasi, khususnya dalam hal dakwah, Muhammadiyah relatif lambat dan kurang adaptif terhadap perubahan media yang terjadi begitu cepat dalam tiga dekade terakhir. “Karena lambatnya Muhammadiyah dalam beradaptasi ini membuat beberapa jamaah Muhammadiyah mencari informasi alternatif dari platform media yang lain,” ujarnya dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dengan tema Media, Masyarakat Digital, dan Dakwah Muhammadiyah yang berlangsung di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (10/3).

Hikmawan Saefullah juga menyampaikan alasannya terkait kenapa Media Muhammadiyah yang berhaluan moderat masih kalah popular dibandingkan dengan media-media Islam yang berhaluan konservatif. Menurutnya alasan yang paling mendasar adalah hadirnya kelas sosial baru (kelas prekariat) yang jumlahnya jutaan dan tersebar di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Munculnya kelas sosial baru ini disebabkan adanya masalah insekuritas atau ketidakpastian secara sosial dan ekonomi, serta terbatasnya akses kepada pekerjaan dan income yang cukup, pendidikan, dan jaminan kesehatan. Dengan kata lain kelompok ini bisa disebut sebagai generasi yang frustasi karena mobilitas sosial mereka yang terhambat. Sehingga mereka memilih media atau portal yang bisa menjawab segala kegelisahan mereka, yang kebanyakan jawabannya ada di dalam kanal-kanal media konservatif.

Dalam melihat permasalahan ini, Hikmawan mendorong Muhammadiyah untuk segera beradaptasi secara radikal sesuai karakteristik media yang terus berkembang dengan cepat. Selain itu juga dibutuhkan sebuah strategi yang terarah, sistematis, dan fleksibel untuk menciptakan ruang publik Islam yang mampu memfasilitasi seluruh aspirasi dan kepentingan masyarakat. Dan yang terakhir, strategi tersebut juga harus dibarengi dengan respon riil Muhammadiyah terhadap isu-isu ekonomi politik yang terus berkembang di Indonesia dan berdampak kepada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Di sesi terakhir Fadh Pahdefie, CEO Inilah.com berpesan agar Muhammadiyah tidak lagi mengkonfersi yang ada di dunia nyata ke dunia digital. Tapi memang harus hidup dan beradaptasi secara radikal di dunia baru ini (dunia digital). “Marilah renungi bersama, bahwa inilah tajdid yang harus dilakukan Muhammadiyah,” tegasnya.

“Tanpa konsep yang matang, kita hanya akan menciptakan web baru, media sosial baru, dan lain-lain. Masa depan tidak terjadi setengah-setengah, tapi datang dengan perubahan yang sempurna. Saatnya bagi kita untuk melakukan perubahan secara lebih subtansial, dan jangan lupa untuk terus berbenah,” pesan Kader Muda Muhammadiyah itu. (diko)

 

Exit mobile version