YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Di tengah perkembangan teknologi yang cenderung kejar-mengejar, tidak sedikit media termasuk majalah kelabakan dalam menyesuaikan diri pada perkembangan teknologi. Beberapa media bahkan sampai harus gulung tikar akibat tidak dapat berdamai dengan teknologi. Mengantisipasi masalah tersebut, Pondok Pesantren Modern Zam-zam (PPMZ) menyambangi Majalah Suara Muhammadiyah untuk saling bertukar gagasan mengenai pengelolaan media pada Sabtu (19/3).
Dalam sesi diskusi yang berlangsung di Ruang Aula lantai 4, Gedung Grha Suara Muhammadiyah itu, Rombongan pengurus Pondok Pesantren Modern Zam-zam (PPMZ) yang juga merupakan pengurus majalah Zam-zam Akbar menanyakan berbagai hal mengenai pengelolaan majalah. Mulai dari penentuan tema, pembagian kerja, alur kerja, produksi, hingga masalah pembiayaan.
Pada kesempatan itu, Redaktur Eksekutif Majalah Suara Muhammadiyah, Isngadi M Atmadja menerangkan bahwa dalam penentuan tema, Majalah Suara Muhammadiyah melaksanakan rapat rutin seminggu sekali. Dalam rapat tersebut, dibahas mengenai tema, siapa saja narasumber yang terlibat, seperti apa bentuk tulisan, serta apa saja yang perlu diuraikan secara mendalam.
“Kalau untuk tema rutinnya, itu memang kita setiap minggu, kita rapat menentukan tema besar. Sehingga kita bisa menentukan judul yang ada di halaman cover. Jadi judul yang ada di halaman cover kita anggap sebagai sajian utama.” Papar Isngadi.
Hasil rapat yang telah ditentukan, kemudian diserahkan kepada Pemimpin Redaksi yang juga saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Kalau dulu yang mimpin rapat itu langsung pak Haedar Nashir sebelum jadi ketua umum. Tetapi setelah pak Haedar jadi ketua umum, beliau cukup sibuk jadi tidak sempat memimpin rapat pelaksanaan. Jadi terpaksa rapat pelaksanaan kita jalankan, tetapi beliau tetap memantau hasil rapatnya.” Lengkap Isngadi
Tulisan yang dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah lanjut Insgadi dapat berasal dari dalam dan dari luar. Dari dalam misalnya pada Rubrik Tanya Jawab Agama yang diisi oleh Majelis Tarjih. Sementara dari luar misalnya pada rubrik Wawasan, Humaniora, Dinamika, dan lainnya. Sehingga siapa saja dapat mengirim tulisan. Tulisan-tulisan yang masuk kemudian diseleksi oleh penjaga rubrik.
Naskah yang sudah dikumpulkan, selanjutnya disusun oleh tim Layout. Setelah disusun, dilakukan koreksi ulang oleh tim pemeriksa aksara. Terakhir naskah yang sudah melalui proses kurasi, kemudian diterbitkan oleh percetakan.
Mengenai tema yang diangkat oleh Majalah Zam-zam Akbar, Isngadi menyarankan untuk menekankan pada penonjolan tentang isu pesantren.
“Mungkin yang perlu ditonjolkan adalah Karena memang Zam-zam merupakan produk dari pesantren, saya kira memang perlu memperbanyak tentang isu kepesantrenan ala Zam-zam.” Usul Isngadi.
Jauhar Koordinator rombongan Pondok Pesantren Modern Zam-zam Muhammadiyah Cilongok Kabupaten Banyumas turut memaparkan, bahwa Majalah Zam-zam Akbar besutan dari pondok pesantren tersebut terbit dalam setiap satu semester sekali. Majalah Zam-zam Akbar juga menjadi salah satu media yang menyampaikan kepada masyarakat tentang pondok pesantren.
“Kita ingin menrubah mindset dari pada masyarakat bahwa pondok pesantren itu hanya berorientasi pada tahfiz, pembelajaran kitab kuning dan lain sebagainya. Kita ingin memberitahu kepada masyarakat Zam-zam tidak seperti itu. Zam-zam itu juga mengembangkan sains” Pungkas Jauhar dari Majalah Akbar Zam-zam. (Dandi/gsh).