Memaknai Ihsan Secara Mendalam

Memaknai Ihsan Secara Mendalam

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam berbagai definisi, makna ihsan terus mengalami perkembangan. Ada yang mendefinisikan ihsan sebagai sebuah kebajikan yang maknanya masih terdengar sangat umum. Seperti yang dijelaskan di dalam QS. An-Nahl ayat 90; Sesungguhnya Allah menyeru kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Hilman Latief, Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia mengungkapkan ada banyak sekali perintah Allah yang sangat berat terkandung di dalam QS. An-Nahl; 90, yaitu bersikap adil dan berlaku ihsan, serta memberikan kasih sayang kepada sesama. Selain perintah, Allah juga menyampaikan larangan yang tak kalah berat, menjauhi perilaku keji, munkar, dan permusuhan.

“Tugas kita sekarang bukan untuk memperdebatkan apa makna ihsan yang tepat. Namun bagaimana kita memaknainya secara totalitas dan dengan dedikasi yang tinggi untuk mengamalkannya,” ujarnya dalam pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada Rabu, 6 April 2022.

Menurutnya, ihsan merupakan unsur yang menyatu bersama dengan Islam dan iman. Ketiganya saling interdependensi (saling bergantung). Terangkai dalam percakapan antara Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril yang datang kepada Nabi menyerupai seorang laki-laki. Dihadapan Nabi, Jibril pun meminta penjelasan tentang apa itu Islam, iman, dan ihsan.

“Islam itu terkait dengan apa saja yang harus diamalkan. Sedangkan iman terkait dengan alasan mengapa perintah itu harus dilakukan. Dan ihsan adalah amalan itu sendiri, dengan kata lain ihsan adalah produk yang dihasilkan dari proses berislam dan beriman,” ujarnya.

Untuk mengamalkan ihsan dalam beragama, pria yang pernah menjabat sebagai Direktur LazisMu tersebut mendorong umat Islam untuk mencari makna yang lebih mendalam dan komprehensif di Al-Qur’an. Dan kemudian diekspresikan dengan penuh kesungguhan dan disiplin.

“Perlu upaya untuk kita mencari makna yang mendalam pada ayat-ayat Tuhan. Menterjemahkan ihsan bukan sekedar ibadah untuk memuaskan perasaan pribadi semata, tapi bagaimana ibadah tersebut dapat berdampak positif kepada lingkungan sekelilingnya,” tegasnya. (diko)

Exit mobile version