Perjanjian Allah Dengan Bani Israil
Oleh: Ziyadul Muttaqin
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى :يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan pada kita sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang. Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya dan ummat Islam seluruhnya.
Dalam Al-Quran, Allah banyak sekali membahas kisah-kisah tentang Bani Israil. Bahkan sebagian besar juz 1 dalam surat Al-Baqarah membahas kisah-kisah tentang Bani Israil. Allah SwT memberikan banyak keistimewaan kepada mereka. Misalnya Allah mengutamakan mereka atas umat lain di masa itu, menyelamatkan mereka dari tenggelam di laut merah, menurunkan al-manna dan salwa dan lain sebagainya.
Namun ketika Allah SwT mengambil perjanjian kepada mereka dan meminta mereka untuk menepati perjanjian tersebut mereka justru berpaling dan ingkar. Allah menerangkan pelanggaran mereka agar menjadi pelajaran bagi sekalian manusia terkhusus kepada ummat Nabi Muhammad saw. Allah berfirman
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ [٢:٨٣]
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (QS. Al-Baqarah ayat 83)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ketika Allah mengambil janji kepada Bani Israil sebagian besar mereka justru ingkar. Hanya sebagian kecil dari mereka yang menepati janji kepada Allah. Perkara-perkara yang diingatkan Allah kepada Bani Israil dalam ayat ini juga diperintahkan kepada semua manusia umat Nabi Muhammad saw.
Pertama, ibadah kepada Allah semata tanpa sekutu bagi-Nya (لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ)
Ibadah kepada Allah semata merupakan bukti aqidah yang benar. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ini adalah hak yang paling tinggi dan paling agung, yaitu hak Allah SwT untuk disembah sendirian tanpa disekutukan dengan apapun. Kata Az-Zamakhsyari pengarang Tafsir al-Kasyaf menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ adalah perintah. Jadi kalimat ini berbentuk berita tetapi maknanya perintah, perintah yang disampaikan dengan cara demikian lebih kuat.
Kedua, Berbuat baik kepada kedua orang tua (وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا). Ini disebutkan setelah hak Allah sebab di antara hak-hak seluruh makhluk yang paling kuat dan paling utama adalah hak orang tua. “….Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Ketiga, Berbuat baik kepada kaum kerabat (وَذِي الْقُرْبَىٰ)
Allah SwT meng-athaf-kan Dzil qurba (kaum kerabat) kepada al-walidain (kedua orang tua) ini menunjukkan bahwa Allah SwT menyuruh berbuat baik kepada kaum kerabat dengan cara menyambung tali silaturrahim. Sebab berbuat baik kepada mereka dapat menguatkan ikatan di antara mereka. Sebuah umat tidak lain adalah kumpulan beberapa keluarga. Jadi baiknya ummat tergantung pada baiknya keluarga dan rusaknya ummat juga tergantung pada rusaknya keluarga pula.
Keempat, Berbuat baik kepada anak-anak yatim (وَالْيَتَامَىٰ)
Mereka adalah anak-anak kecil yang tidak punya ayah sebagai pencari rezeki bagi mereka. Al-Quran dan as-sunnah penuh dengan wasiat kepada mereka agar mengasihinya, menanggung nafkah kehidupannya dan menjaga hartanya. Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ
“Orang yang menangung anak yatim, baik dari kerabatnya atau orang lain, aku dan dia (kedudukannya) seperti dua jari ini di surga nanti.” dan perawi, yaitu Malik bin Anas berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya”.
[HR Muslim: 2983 dan Ahmad: II/ 375. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih].
Kelima, Berbuat baik kepada orang-orang miskin (وَالْمَسَاكِين)
Yaitu orang-orang yang tidak punya cukup harta untuk menafkahi diri mereka sendiri. Rasulullah saw memerintahkan berbuat baik dan membantu mereka sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah:
السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ – وَأَحْسِبُهُ قَالَ – وَكَالْقَائِمِ لَا يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ لَا يُفْطِرُ
“Orang yang mengurus janda dan miskin seperti mujahid di jalan Allah –dan aku rasa beliau juga mengatakan- dan seperti orang yang shalat malam tak jemu-jemu dan puasa yang tak pernah henti.” (HR. Muslim)
Keenam, Mengucapkan perkataan baik, bersikap santun dan menampilkan wajah yang
berseri. Ucapan yang baik punya efek yang ampuh untuk jiwa, yaitu terciptanya solidaritas etika atau akhlak di antara sesama manusia. Allah berfirman dalam ayat di atas وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا yang artinya ucapkanlah kata-kata yang baik kepada sesama manusia, bukan hanya kepada saudara-saudaramu saja. Ini menunjukkan bahwa perintah berbuat baik ini berlaku umum, mencakup seluruh manusia. Nabi saw pernah bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri”. (H.R. Muslim no 2626).
Ketujuh, Mendirikan shalat dan membayar zakat (وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ)
Shalat adalah tiang agama, jalan untuk mencapai ketakwaan, penghubung dengan Allah dan cara untuk menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar. Akan tetapi syaratnya adalah shalat itu harus dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh dengan kekhusukan kepada keagungan Allah. Oleh karenanya kalimatnya adalah “Aqiimusshalat” (tegakkanlah shalat) bukan “amilusshalat” (kerjakanlah shalat). Sedangkan pembayaran zakat merupakan hal yang vital untuk memperbaiki keadaan masyarakat.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ .اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ .رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا .رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن .وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Ziyadul Muttaqin, alumni PUTM Yogyakarta dan Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kab. Batang