MALANG, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah bukan hanya sebagai organisasi masyarakat semata, melainkan sebagai nilai dan pandangan hidup. Hal tersebut disampaikan Drs. H. Wakidi, Sekretaris Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada acara Baitul Arqam Karyawan dan Dosen. Adapun agenda tersebut dilaksanakan secara luring dengan protokol kesehatan ketat, bertempat di Theater Dome UMM, Selasa (12/3) lalu.
Wakidi yang didapuk menjadi pemateri menjelaskan bahwa Muhammadiyah haruslah dianggap sebagai nilai dan pandangan hidup. Hal itu tertuang dalam dua pokok pikiran yang bersifat ideologis dan strategis. Adapun secara ideologis menegaskan dasar ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadist, juga dasar yang bersifat pemikiran. Sedangkan pola pikir yang bersifat strategis memiliki bentuk khittah perjuangan yang bergerak secara dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.
“Kedua pola pikir itu harus menjadi salah satu dasar warga Muhammadiyah dalam memperluas dakwah dan menebar manfaatnya. Tidak hanya hubungannya dengan Allah SWT, tapi juga hubungannya dengan masyarakat. Mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kemunkaran serta mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” imbuhnya.
Wakidi menilai bahwa Muhammadiyah tidak boleh dipandangan hanya sebagai organisasi masyarakat semata. Namun harus dipahami sebagai nilai dan pandangan hidup bagi warganya. Dengan begitu, tujuan dan arah hidup masyarakat menjadi lebih terarah.
Pada kesempatan yang sama, Pradana Boy ZTF, S.Ag., MA., Ph.D. menuturkan bahwa hakikat Muhammadiyah terbagi menjadi tiga. Pertama, yaitu Muhammadiyah sebagai gerakan yang berfokus pada gerakan Islam, tajdid (pembaharuan), dakwah, dan sosial. Kemudian yang kedua yakni Muhammadiyah sebagai pemikiran yakni bagaimana organisasi yang didirikan oleh Ahmad Dahlan itu mampu menjadu muara ilmu. Baik itu ilmu keagamaan, sosial budaya, ekonomi dan lainnya.
“Kemudian yang ketiga yakni Muhammadiyah sebagai organisasi, yaitu bagaimana Muhammadiyah tesusun dan terstruktur dengan rapi. Berkomitmen untuk menggapai tujuan dan cita-cita bersama serta menebar manfaat dan kebaikan kepada umat,” tutur Boy.
Menurut Boy, panggilan akrabnya, secara gerakan Islam Muhammadiyah harus terus bergerak maju. Menyediakan pengajian-pengajian bisa diterima oleh masyarakat umum. Begitupun dengan gerakan tajdid yang harus memperbaharui model dakwah yang selama ini masih terkesan formal dan cenderung kaku. (diko)