Pak AR Menjawab

Pak AR Menjawab

Judul               : Soal-Jawab yang Ringan-Ringan

Penulis             : AR Fakhruddin

Penerbit           : Suara Muhammadiyah

Cetakan           : II, 2012

ISBN               : 978-979-3708-93-5

 

Buku ini memuat kumpulan jawaban KH AR Fakhruddin (Ketua PP Muhammadiyah 1968-1990) atas berbagai pertanyaan dari pendengar Radio Republik Indonesia (RRI). Pandangan keagamaan Pak AR sangat diterima oleh banyak kalangan dari beragam latar belakang. Bahkan, pendengar ceramah Pak AR tidak hanya muslin, tetapi juga beberapa nonmuslim yang tertarik dengan uraian tentang Islam yang memancarkan rahmat bagi semesta.

Pak AR sangat mengerti hadis Nabi yang menyatakan,“Kami, para Nabi, diperintahkan untuk berkata kepada manusia menurut kemampuan akal pikiran mereka”. Terdapat juga perkataan Ali bin Abi Thalib, “Berbicaralah kepada masyarakat dengan apa yang mereka mengerti”. Kata pepatah, “likulli maqam, maqal”. Bahwa di setiap tempat, terdapat bahasan dan pembicaraan tersendiri. Ceramah Pak AR tidak pernah mendakik-dakik, tetapi juga tidak klise, penuh makna dan hikmah. Disesuaikan dengan objek dakwahnya.

Dalam buku ini, misalnya tentang salat tarawih, Pak AR mempersilahkan untuk menjalankan salat tarawih 11 rakaat seperti dikerjakan oleh Nabi atau menjalankan 23 rakaat seperti hasil ijtihad. Jika ada jamaah yang memilih 11 rakaat tetapi bermakmum kepada yang 23 rakaat atau sebaliknya, Pak AR mempersilahkan untuk saling menghormati, dengan meniatkan bahwa semua ibadah dilakukan dengan ikhlas dan hanya mencari keridhaan Allah. “Kita tidak perlu berdebat, tidak perlu berpecah dan bermusuhan; jangan sampai memutus tali persaudaraan kita sesama umat Islam hanya karena berbeda bilangan rakaat. Kita tidak perlu saling mengejek, saling menjelek-jelekkan satu sama lain. Yang lebih perlu adalah hubungan silaturrahmi dan persaudaraan kita tetap berlangsung dengan baik, dengan ikhlas” (hlm 109).

Buku ini berisi jawaban-jawaban Pak AR atas beragam pertanyaan umat. Pak AR memberi jawaban dengan penuh kearifan. Tidak menghakimi dan tidak menyalah-nyalahkan. Sebagai pengayom umat, Pak AR cermat dalam memilih kata, cukup lugas dalam menjelaskan, cukup bijak dalam mencari analogi yang mudah diterima oleh masyarakat awam. Dakwahnya mengajak dan menebar rahmat, tanpa pernah melaknat. Tuturannya yang mencerahkan membuat TVRI Yogyakarta rutin menyiarkan ceramah beliau. Program acara Mimbar Agama Islam yang diasuh Pak AR di TVRI Yogyakarta sampai menempati peringkat tertinggi sebagai acara yang paling diminati. Program tersebut ditayangkan rutin seminggu sekali sejak tahun 1975 sampai 1985.

Secara sosial budaya, kehidupan keagamaan dekade 1970-an dan 1980-an berbeda dengan fenomena keagamaan hari ini yang telah banyak difasilitasi oleh media dan internet. Saat itu, tidak banyak tokoh yang punya otoritas untuk menyampaikan pengajian bagi masyarakat umum, dan Pak AR menjadi suluh bagi banyak kalangan yang rindu pada spiritualitas Islam. Hari ini, kajian keagamaan tersebar luas di Youtube dan berbagai platfom media. Internet telah menyediakan banyak pilihan ragam dan corak paham Islam seperti halnya di supermarket, yang bisa dicomot dan dipilih mana suka. Di era baru ini, tampaknya Muhammadiyah belum bisa melahirkan sosok yang sekaliber Pak AR.

Keluasan dan kearifan Pak AR dalam menggumuli berbagai permasalahan manusia berangkat dari latar belakangnya yang mampu berteman dengan hampir semua kalangan, mulai dari tukang becak, pedagang pasar, para intelektual, budayawan, tokoh agama, para menteri, hingga presiden. Ia dengan akhlaknya yang mulia menjadi sahabat bagi semua. Pada saat wafatnya di hari Jumat, 17 Maret 1995, Amien Rais mengatakan bahwa Pak AR pulang dengan meninggalkan tiga warisan: kesederhanaan, kejujuran, dan keikhlasan. Begitulah, Pak AR dikenal sebagai monumen dakwah yang dilandasi uswah hasanah. (Muhammad Ridha Basri)

Exit mobile version