KENDAL. Suara Muhammadiyah- Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, KH Tafsir memberikan kuliah kemuhammadiyahan, sejarah gerakan Muhammadiyah kepada mahasiswa Diploma Satu (D1). Perkuliahan berlangsung pada Ahad (8/5) di Universitas Muhammadiyah Kendal Batang (UMKABA)
Program D1 Kemuhammadiyahan merupakan salah satu program unggulan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Kendal. Dalam perkuliahan tersebut, Tafsir mengungkap tentang tiga faktor, pola fikir, langkah-langkah dan karakter pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan yang sampai sekarang masih mengilhami warga Muhammadiyah.
“Gerakan Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan bersifat pragmatis. Dia tidak suka berdebat, tetapi lebih mengedepankan action, less talk, more work, sedikit bicara banyak kerja,” kata Tafsir mengutip disertasi DR Alfian.
Dia melanjutkan, karakter pendiri Muhammadiyah adalah slowly but sure, lambat tapi pasti, maka semua AUM berdiri, berangkat dari nol. “AUM berdiri tidak secara instan, tidak langsung besar, tetapi semua dirintis dari bawah. Membangun pondasi yang kuat dulu, kemudian naik ke kelas berikutnya” ujarnya.
“Tidak ada yang instan di Muhammadiyah. Semua dibangun dari bawah” tegas Tafsir.
KH Ahmad Dahlan dalam menggerakkan Muhammadiyah, kata dia, melakukan work peacefully
perlawanan dengan penuh damai. Melawan orang lain dengan kreatif, tidak reaktif.
“Sehingga ketika melawan Kristenisasi, Dahlan tidak melawan secara spontan, tetapi dia datang ke gereja untuk mempelajari kelebihannya, kemudian melakukan copy paste secara kreatif, maka jadilah sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan Muhammadiyah. Maka jangan heran kalau Muhammadiyah sama dengan Katolik, amal usahanya sama, karena Kyai Dahlan datang ke gereja untuk belajar kreatif, ” ungkapnya lagi.
Tafsir menilai, sampai sekarang secara umum warga Muhammadiyah dalam mengembangkan organisasinya masih memakai dan mempertahankan karakteristik KH Ahmad Dahlan, walaupun kadang-kadang karena pengaruh transnasional, gerakan-gerakan frontal sedikit tergoda juga.
“Tetapi saya kira Muhammadiyah umumnya masih menggunakan irama sebagaimana yang ditampilkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan,” kilahnya.
“Warga Muhammadiyah dipaksa-paksa untuk seperti FPI yo ora iso, menyerang tempat hiburan juga nggak mau. Mungkin satu, dua orang Kokam pengin juga,” ujarnya disambut tawa pendengar.
Tafsir berharap kepada seluruh mahasiswa D1 Kemuhammadiyahan, meskipun dalam sejarah bukan berarti mengingat tahun demi tahun, tetapi mengilhami semangat bagaimana Muhammadiyah awal didirikan. Kemudian meneladani dan meneruskan, seperti usul dari Budi Utomo kepada Kyai Ahmad Dahlan agar membentuk organisasi.
“Kyai Ahmad Dahlan tidak mungkin berjuang sendirian, tetapi berjamaah. Dengan organisasi supaya ada yang melanjutkan ketika Kyai Dahlan wafat. Yang awal diidam-idamkan dan sampai sekarang tetap menjadi karakter kita sesuai harapan dari orang yang usul agar membentuk organisasi,” tutupnya.
Sedangkan Ketua MPK PDM Kendal, Abdul Wahid Dadong Wartomo mengatakan perkuliahan D1 Kmd sebagai media internalisasi nilai-nilai Al-islam dan Kemuhammadiyahan untuk para pimpinan persyarikatan dan pimpinan AUM.
“Para pimpinan persyarikatan dan pengelola AUM harus melakukan pendalaman, penghayatan terhadap nilai-nilai Al-islam dan Kemuhammadiyahan,” kata Dadong
Dia menyadari bahwa tingginya jumlah Amal Usaha Muhammadiyah memberikan kesempatan dalam mendakwahkan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan secara lebih luas. “Maka sebagai pimpinan AUM sudah sepatutnya menginternalisasikan nilai-nilai Al-islam dan Kemuhammadiyahan ke dalam pribadinya maupun jajarannya untuk keberlangsungan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,” tegasnya.
Diketahui D1 Kmd di Kendal saat ini memasuki angkatan ke 13 dengan jumlah 48 mahasiswa yang berlatar belakang pimpinan Ortom, pengelola AUM dan Majelis/Lembaga PDM Kendal. (fur)