Oleh : Akhmad Faozan
Bulan Syawal sebagai bulan maaf-maafan. Budaya baik ini hanya ada di negeri kita. Tepat sekali bila dijadikan sebagai momentum menguatkan rasa saling menyadari akan kekurangan dan kekhilafan. Perasaan seperti ini perlu kita merawatnya, jangan sampai setelah maaf-memaafkan, kembali lagi bermusuhan.
Dimanapun tempat,
interaksi dengan sesama manusia kadang berhadapan dengan kemarahan dan rasa kesal. Termasuk dengan keluarga, orang tua kita, termasuk pada pasangan kita.
Kadang kita pun muncul sifat amarah, dengan teman karib kerabat, hanya karena salah paham. Itu barangkali sangatlah lumrah, manusiawi. Sebab kita sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari perasaan khilaf dan salah.
Namun, umat muslim diminta untuk menjauhkan diri dari sikap yang menjadikan lemahnya persaudaraan, persatuan dan keutuhan. Salah satunya adalah membiarkan dirinya merawat kejengkelan, dongkol bahkan rasa dendam dalam hatinya.
Sikap berseteru dan bermusuhan, termasuk dalam satu lingkup lembaga, atau kedinasan, berkelompok menyendiri, blok kanan – kiri dengan saudara teman kerja sejawatnya. Kadang tidak hanya mendiamkan tetapi sudah membiarkan temannya terkucil.
Padahal sangat jelas perhatian Rasulullah, agar sesama muslim jangan mendiamkan, mengucilkan saudaranya lebih dari tiga hari meskipun dalam keadaan marah, jengkel atau kesal. Dalam sebuah hadis disebutkan sebagai berikut:
عنْ أبي أَيُّوبَ رَضِيَ الله تَعَالَى عَنْهُ، أنَّ رسولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قالَ: لَا يَحِلُّ لمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ، يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ (مُتَّفَقٌ عليهِ)
Dari Abu Ayyub radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasūlullāh saw berkata, “Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (mendiamkan) saudaranya lebih dari 3 malam (yaitu 3 hari). Mereka berdua bertemu, tapi yang satu berpaling dan yang lainnya juga berpaling. Dan yang terbaik diantara mereka berdua yaitu yang memulai dengan memberi salam.” (HR. Bukhāri dan Imām Muslim)
Jelas dalam ayatNya, Allah selalu memerintahkan pada kebaikan dan persaudaraan. Dalam Al Qur’an, Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurāt: 10)
Jika kita tengok hadits-hadits Rasulullah saw, kita akan menemukan banyak sekali yang menganjur-kan seorang mukmin untuk menunaikan kewajibannya terhadap saudaranya. Di antara adalah dengan persaudaraan tersebut.
Larangan saling marah dan hasad, juga disebutkan dalam hadis berikut:
وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا
“Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci.” (HR. Bukhāri dan Muslim)
Masih banyak lagi larangan-larangan dari nasehat indah Nabi Muhammad Saw yang tujuannya agar kita sesama muslim saling menjaga persatuan. Bahkan dalam Al-Qurān Allāh berfirman,
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ
“Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan di antara kalian dan janganlah saling mengghībah diantara kalian.” (QS. Al-Hujurāt: 12)
Dan juga,
لا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ
“Janganlah sebuah kaum menghina kaum yang lain.” (QS. Al-Hujurāt: 11)
Demikian juga dalam ayat yang lain,
…وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ..
… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. QS. Ali-Imran: 134
Dalam hadis lain disebutkan bahwa saling mencintai dan menyayangi sesama muslim menjadi sebab seseorang masuk surga. Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman kecuali sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu perkara yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Maka tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)
Namun sebagai manusia, kadang ada saja persoalan yang membuat kita marah. Barangkali kita sedang lelah, capek dan penat, lalu ada yang menyalahkan kita, tak ayal kita ikut marah besar kepadanya. Memang ini manusiawi. Hanya, syariah telah memberikan rambu-rambu, bahkan sikap manusia ini, tetap tidak baik dan tidak boleh dipelihara. Jika memang marah, tak boleh melebihi sampai tiga hari.
Inilah indahnya Islam. Agama kasih sayang yang selalu cinta damai dan menginginkan persatuan umat. Jika umat bersatu, maka berbagai persoalan umat dapat diselesaikan dengan lebih mudah. Jika umat muslim bercerai berai, meski jumlahnya banyak tetapi sangat mudah diadu domba.
Semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu berpegang teguh kepada kitab suci Alquran dan sunnah Rasulullah saw, menerima setulus hati sesama muslim menjadi bagian dari saudara kita dan Allah mengikatnya sampai terwujud ukhuwah yang sebenarnya. Amin.
Penulis Ketua PCM Mayong