Muslim Sadar Ekologi

Muslim Sadar Ekologi

Oleh : Safwannur

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرْهُ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِي اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهدُ أَنْ لاَ إَلَهَ إِلاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَلآَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

قَالَ تَعَالَى: وَٱلْأَرْضَ مَدَدْنَٰهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ (ق: ٧)

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌إنْ ‌قَامَتِ ‌السَّاعةُ ‌وَفِي ‌يَدِ ‌أَحَدِكُمْ ‌فَسِيلةٌ ‌فَإنِ ‌اسْتَطاعَ ‌أنْ ‌لَا ‌تَقُومَ ‌حَتَّى ‌يَغرِسَهَا ‌فَلْيَغْرِسْهَا (رواه أحمد)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Keindahan alam yang kita diami ini adalah ayat kauniyah Allah sebagai bukti eksistensi dan kebesaran-Nya yang terhampar di jagat raya. Coba kita perhatikan, rimba raya yang hijau berkemilau dengan beragam pepohonan rindang yang berbaris di dalamnya.  Sekelompok fauna tertentu menjadikan hutan belantara luas sebagai habibat untuk melangsungkan kehidupan dan berkembang biak. Allah anugerahkan jenggala itu sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi mereka.

Mari kita renungkan juga gunung-gunung tinggi yang tertancap kuat di punggung bumi. Hawanya yang dingin, ditambah dengan tanah yang subur sangat cocok untuk bercocok tanam. Sungai memanjang dan berkelok yang airnya mengalir secara terus-menerus dari hulu ke hilir sebagai sumber air bagi kehidupan manusia. Demikian juga lautan biru yang panjang membentang dengan bermacam ragam isi di dalamnya seperti, ikan, terumbu karang, mutiara dan sebagainya. Allah berfirman:

وَٱلْأَرْضَ مَدَدْنَٰهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ

“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,”
(Q.S. Qaf: 7)

Subhanallah, itulah kreasi Allah yang diperuntukkan bagi umat manusia sebagai khalifahnya di muka bumi. Hanya manusia yang diberi otoritas untuk mengelola fasilitas jagad raya ini sebagai bentuk pemanfaatan nikmat akal yang Allah anugerahkan kepadanya. Dengan demikian, manusia berkewajiban untuk menjaga dan merawat alam ini dari berbagai kerusakan yang mendatangkan kerugian bagi diri dan lingkungannya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pertanyaannya sekarang, sudahkan manusia yang derajatnya lebih tinggi dari pada makhluk lain itu menjalankan tugasnya untuk memakmurkan bumi? Sudah kah dia menjaga alam dengan sebaik-baiknya? Apakah dia punya kepedulian terhadap lingkungannya? Fenomena kerusakan alam yang kita saksikan saat ini menandakan sikap paradoks penghuni bumi yang berakal (baca: manusia) terhadap alam yang ditinggalinya.

Nafsu egoisme sebagian manusia serakah berlabel “oknum” mendorongnya mengeksploitasi alam secara semena-mena. Gunung sebagai pasak bumi dikeruk habis untuk kepentingan bisnis. Hutan yang merupakan paru-paru dunia dibabat dengan tindakan pembalakan liar (illegal logging) atau dibakar dengan dalih untuk membuka lahan baru. Butuh waktu puluhan tahun untuk mengembalikan lagi kondisi hutan yang telah gundul seperti sedia kala melalui reboisasi. Sungai dicemari dengan sampah yang menyebabkan meluapnya air di musim hujan. Ikan di laut ditangkap dengan cara-cara yang merusak (destructive fishing) seperti, penggunaan bahan peledak (bom ikan) yang berakibat pada rusaknya kelestarian ekosistem perairan.

Perilaku-perilaku tersebut dapat mengganggu keseimbangan alam. Para pelakunya tak peduli nasib saudara-saudaranya yang nelangsa, menjadi korban bencana akibat ulah tangan jahilnya. Terjadinya tanah longsor di daerah lereng pegunungan akibat hutan yang gundul, sehingga tanah tidak stabil. Banjir bandang dengan aliran dahsyat yang terkadang datang tiba-tiba bisa menghancurkan bangunan-bangunan dan bahkan menelan korban jiwa. Masyarakat kehilangan mata pencaharian akibat tempat usahanya porak-poranda dan sawah ladangnya hancur berantakan. Fauna liar seperti, gajah dan harimau yang habitatnya rusak akibat penebangan hutan turun ke pemukiman masyarakat, merusak tanaman serta mengancam keselamatan jiwa.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Alam raya ini bukan milik personal yang bisa dimonopoli oleh sekelompok orang tertentu saja, melainkan anugerah Allah untuk semua manusia. Setiap individu memiliki hak yang sama untuk menikmati keindahan alam pemberian sang pencipta. Oleh sebab itu, kaum muslimin berkewajiban untuk memelihara alam ini dengan sebaik-baiknya. Hal itu sebagai bukti ketaatannya terhadap ajaran Islam yang memerintahkan umatnya untuk peka terhadap lingkungan.

Setiap warga negara, tanpa terkecuali memiliki kewajiban untuk melestarikan lingkungan. Jika lingkungannya terjaga dan tertata dengan baik, maka keberlangsungan hidup umat manusia sekarang dan di masa yang akan datang semakin terjamin.  Pemerintah selaku pemangku kebijakan telah mengupayakan pelestarian lingkungan hidup melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan serta Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kita sebagai warga negara seyogyanya patuh dan mengikuti kebijakan pemerintah tersebut demi kebaikan bersama.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Orang yang merusak lingkungan adalah pribadi yang tidak punya rasa tanggung jawab sosial. Itu berarti ia telah mengkingkari ajaran Islam yang luhur. Al-Qur’an menyinyalir tindakan perusakan lingkungan sebagai indikator kemunafikan pada diri seseorang. Allah berfirman:

وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْفَسَادَ

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.)Q.S. Al-Baqarah: 205)

Kita lihat bagaimana perhatian Rasulullah terhadap keasrian lingkungan. Beliau menekankan kepada umatnya agar menanam pepohonan di lingkungan sekitar. Pohon yang ditanam akan sangat bermanfaat, meskipun mungkin si penanam tidak menikmati hasilnya, tapi itu jadi warisan berharga bagi anak keturunnya di masa yang akan datang. Rasulullah Saw bersabda:

عن أنس بن مالك رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ‌إنْ ‌قَامَت ‌السَّاعةُ ‌وَفِي ‌يَد ‌أَحَدِكُم ‌فَسِيلةٌ ‌فَإنْ ‌استَطاعَ ‌أنْ ‌لَا ‌تَقُومَ ‌حَتى ‌يَغرِسَهَا ‌فَليَغِرسْهَا (رواه أحمد)

Dari Anas bin Malik r.a dari Nabi Saw bersabda: “Jika kiamat tiba dan di tangan kalian ada bibit kurma, maka jika sebelum kiamat bisa menanamnya, maka tanamlah.” (H.R. Ahmad)

Muslim sejati harus sadar ekologi, sebab kehidupannya bersatu dengan alam. Dia tidak boleh masa bodoh dengan kondisi alam sekitarnya. Alam luas menjadi sumber rezeki baginya sebagai karunia Allah. Oleh sebab itu, harus ada timbal balik dalam merawat alam dari kepunahan, agar tetap lestari dan bisa dirasakan manfaatnya oleh generasi yang hidup di kemudian hari. Kesadaran ekologi harus dibangun dari keluarga sebagai lingkup kecil masyarakat, selanjutnya dikampanyekan kepada khalayak luas.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، أَمَّا بَعْدُ؛

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ،  إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.


Penulis Pengasuh Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut

Exit mobile version