MALANG, Suara Muhammadiyah – Baru-baru ini Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi kembali menyebar di Indonesia. Fenomena itu membuat Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, M.S., tergugah untuk menjelaskannya kepada masyarakat. Menurutnya, PMK merupakan penyakit akut dan sangat menular pada sapi, kerbau, babi, kambing, domba dan hewan berkuku genap lainnya.
Penyakit ini menyebabkan lepuh dan erosi pada selaput lendir mulut sehingga sapi tidak mau makan, akibatnya sapi kekurangan gizi dan terjadi penurunan bobot badan dan produksi susu. Selain itu PMK bisa menyebabkan terjadinya lepuh dan erosi pada jaringan diantara kuku sehingga ternak malas berdiri. Selain itu PMK bisa juga menyerang kelenjar susu.
Lili, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa ada beberapa faktor PMK ini muncul dan menyebar kembali di Indonesia. Pertama, kurangnya pengawasan dalam impor hewan ternak dari negara yang belum bebas PMK. Selain itu, kondisi kandang yang kurang bersih dan terawat serta kurangnya pengawasan transportasi ternak sapi antar wilayah juga menyebabkan percepatan menyebarnya penyakit ini.
Adapun sejak tahun 1990, Indonesia sudah bebas PMK. Penyakit ini kembali muncul pada tahun ini 2022. Adapun PMK ini bisa menular kepada sesama hewan ternak melalui kontak langsung antar hewan melalui droplet, leleran air liur, sisa pakan dari ternak sakit dan bahkan lewat udara. Sementara itu, penularan tidak langsung bisa melalui pakaian dan kendaraan pegawai peternakan serta peralatan kandang.
“Hewan-hewan sakit merupakan sumber penularan.Tetapi sisi positifnya, virus ini tidak dapat menular pada manusia,” tambahnya.
Ia kembali menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menyembuhkan PMK. Diawali dengan pemberian vitamin untuk menjaga kekebalan tubuh sapi. Juga menjaga sanitasi di peternakan. Selain itu perlu adanya penyemprotan desinfektan di kandang dan isolasi sapi yang sakit. Begitupun dengan vaksinasi, mengingat PMK ini adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Upaya vaksinasi menyeluruh dan merata menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan di seluruh Indonesia.
“Sapi yang terinfeksi PMK akan merasa kesakitan ketika makan, oleh karenanya pemberian anti radang dan penghilang rasa sakit bisa diberikan agar sapi dapat makan. Selain itu pemberian antibakteri seperti sulfadimidine juga bisa menjadi pilihan. Nah, hal yang tidak kalah penting adalah sapi yang sakit harus diisolasi agar tidak menular ke ternak lainnya. Kemudian harus ekstra diperhatikan agar cepat sembuh dari PMK,” ujarnya.
Dosen asli Subang, Jawa Barat ini berharap pemerintah Indonesia bisa segera melakukan vaksinasi kepada hewan ternak sehat sebelum Idul Adha. Begitupun dengan upaya pelarangan pemindahan hewan terdak agar penyebaran virus bisa ditekan dan dikendalikan.
Ia juga mengimbau agar tempat penjualan ternak kurban bisa lebih dirapikan. Jarak antar ternak bsia lebih dijauhkan untuk menekan angka penularan. Selain itu juga pengawasan hewan ternak di aspek kesehatan.
“Usaha-usaha ini seyogyanya memang harus diawasi oleh Dinas peternakan setempat. Tidak hanya dilakukan seadanya, tapi harus dilaksanakan secara serius agar penyakit ini bisa kembali pergi dari Indonesia. Semoga vaksinasi dapat diselesaikan idul adha sehingga hewan kurban benar-benar sehat sebelum idul adha tiba,” pungkasnya. (diko)