KUPANG. Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan berlangsung pada 18-20 November 2022 di Surakarta mengusung tema ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’. Dalam rangkaian seminar pramuktamar di Universitas Muhammadiyan Kupang, 25 Mei 2022, Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni menjabarkan beberapa pemikiran yang melandasi lahirnya tema tersebut.
“Memajukan Indonesia memerlukan kerja keras dalam berbagai bidang. Indonesia juga negara yang kita junjung tinggi, yang kita majukan, sehingga idealisme yang kita wujudkan adalah menjadikan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” tuturnya dalam seminar bertajuk ‘Kerjasama antariman dan Intregrasi Sosial’.
Tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat islami itu, menurutnya, sejalan dengan tujuan bernegara dalam konstitusi Indonesia, yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang berdaulat, adil, dan makmur. Dalam bahasa Al-Qur’an disebut sebagai baldatun thayyibatun warabbun ghafur.
“Jika disebut ‘masyarakat Islam yang sebenar-benarnya’ sama sekali bukan berarti ingin mewujudkan seluruh bumi ini menjadi muslim, itu bukan tujuan dari Persyarikatan Muhammadiyah. Atau bukan juga berkeinginan untuk menjadikan seluruh bangsa Indonesia ini menjadi Muslim. Bukan juga ingin mendominasi kelompok-kelompok lain.” Tetapi ingin menggerakkan kemajuan Indonesia secara bersama-sama berdasarkan nilai-nilai Islam universal secara inklusif.
Toleransi bagi Muhammadiyah diwujudkan secara nyata, bukan hanya dengan retorika. Syafiq menyatakan bahwa jika ada yang bertanya ‘mana contoh kerja toleransi Muhammadiyah’, jawabannya antara lain terwujud dalam bentuk Universitas Muhammadiyah Kendari, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Sorong. Perguruan Tinggi tersebut diminati mahasiswa yang mayoritas tidak beragama Islam.
“Muhammadiyah juga ingin mencerahkan semesta karena tidak mungkin membangun negara yang maju tanpa dasar relasi yang baik dengan negara-negara yang lain,” kata Syafiq. Muhammadiyah ingin bekerjasama dengan negara-negara lain di dunia ini dengan berdasarkan prinsip wa taawanu ala al-birri wa al-taqwa.
Di dunia saat ini terjadi banyak sekali konflik, ketegangan, kesenjangan, dan krisis kemanusiaan, terjadi persaingan dan sikap ingin saling menghegemoni. Ada yang ingin menguasai seluruh negara. Ketamakan dan kerakusan yang merusak ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan dunia. Ujungnya adalah dominasi kepentingan ekonomi. “Mau tidak mau, Muhammadiyah harus hadir secara global. Harus mendakwahkan Islam yang dikembangkan oleh Muhammadiyah dengan ciri-ciri Islam wasathiyah,” ulasnya.
Islam wasathiyah atau Islam moderat yang dipahami Muhammadiyah adalah Islam yang mengajarkan moderasi dan keseimbangan antara orientasi duniawi dan ukhrawi. “Muhammadiyah ingin membangun ummatan wasathan, litakunu syuhada ala al-nas.” Muhammadiyah ingin hadir untuk mendorong dan menginisiasi perdamaian dunia. (Ribas)