YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bangsa Indonesia tengah diliputi oleh mega mendung yang menyimbolkan duka dan kesedihan. Jumat pagi, 25 Mei 2022 pukul 10:15 WIB, Guru Bangsa melintasi zaman, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 1998-2005, sekaligus Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah Buya Ahmad Syafii Maarif telah berpulang ke Rahmatullah di hari nan adiluhung. Kepergiannya sontak membuat terperanjat banyak warga bangsa, utamanya keluarga besar Persyarikatan Muhammadiyah.
Jenazah Buya Syafii-panggilan tenarnya-disalatkan di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Kemudian dimakamkan di Husnul Khatimah di Dusun Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, DIY. Jenazah diberangkatkan dari Masjid Gedhe Kauman pada waktu bakda Asar. Seluruh takziah berbondong-bondong mengantarkan kepergian guru bangsa itu sampai ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Beberapa pejabat dan tokoh bangsa yang turut hadir langsung ke masjid tersebut antara lain Presiden Republik Indonesia, Ir H Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara, Prof Dr Pratikno, MsocSc, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, SH, SU., MIP, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jenderal Polisi Drs Listyo Sigit Prabowo, MSi, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jawa Tengah, H Ganjar Pranowo, SH., MIP, Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2005-2010 dan 2010-2015, Prof Prof Dr KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA., PhD, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr Hj Siti Noor Djannah Djohantini, MM., MSi, dan pelbagai tokoh bangsa dan tamu undangan lainnya.
Ketika memberikan sambutan saat detik-detik pelepasan jenazah Buya Syafii, Prof Haedar mencitrakan kenangannya tatkala bersua dengan Buya sebelum berpulang ke Rahmatullah. Prof Haedar menerangkan bahwa 30 menit sebelum beliau (buya Syafii) wafat, Prof Haedar sempat menemui Guru Bangsa itu di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, DIY. “Saya kebetulan setengah jam tiba dan sempat menemui beliau 30 menit sebelum menghembuskan napas terakhir menghadap Alla SWT. Menjadi saksi bahwa beliau dipanggil Allah dengan segala kesiapan yang luar biasa,” terangnya.
Menurut kesaksiannya, Buya Syafii membuat dirinya terperanjat dengan mengatakan untuk memesan sebuah makam di makam Muhammadiyah, yakni Husnul Khatimah di Dusun Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo. Dirinya juga teringat pada 14 Mei almarhum masuk RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan keluhan sesak napas dengan tim dokter yang lengkap dan berkoordinasi dengan tim dokter kepresidenan.
‘Karena itu kami selain menyampaikan rasa kehilangan dan duka juga menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya pada bapak presiden republik indonesia, bapak gubernur, dan seluruh jamaah yang begitu mencitai beliau dengan segala dukungan, takziah, doa bahkan tadi jamaah yang mensalatkan beliau bergelombang tanpa henti,” katanya.
Atas semuanya kami hanya menyampaikan jazakumullah khairan katsiran mewakili keluarga dan Muhammadiyah menyampaikan bahwa Buya Syafii merupakan insan biasa. Karena itu Prof Haedar memohonkan terbukanya pintu maaf jika terdapat benih-benih kelemahan, kekurangan, kekhilafan dan kesalahan.
Senada dengan sambutan Presiden Joko Widodo, Prof Haedar mengatakan jua bahwa Buya Syafii merupakan tokoh dan sosok yang sederhana dan bersedia menerima segala kritik apapun.
“Beliau selalu berpesan kepada kami agar selalu menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat yang selalu diulang-ulang. Dan tentu pemikiran (ucapannya) jejak langkahnya telah kita saksikan bersama. mudah-mudahan apa yang semasa hidup beliau lakukan semuanya menjadi amal jariah, ilmunya menjadi bermanfaat, dan seluruh jejak pengabdiannya menjadi uswah hasanah bagi anak-anak di negeri tercinta” tukasnya. (Cris)