Cabang Rasa Pusat, Tabligh Akbar PCM Laren Dihadiri Ketum Muhammadiyah

Cabang Rasa Pusat, Tabligh Akbar PCM Laren Dihadiri Ketum Muhammadiyah

LAREN, Suara Muhammadiyah – Perjalanan dari Gresik menuju Lamongan menjadi perjalanan yang sangat luar biasa bagi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pasalnya selain jarak dan medan yang cukup terjal, antusias serta semangat warga Persyarikatan di Laren-Lamongan juga tak kalah luar biasa dalam Bermuhammadiyah.

Setelah dua jam menempuh perjalanan darat dari Gresik, akhirnya Haedar Nashir beserta rombongan sampai di Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pilang dan disambut dengan sangat meriah oleh warga Muhammadiyah setempat.

Dalam sambutannya, Ketua PDM Kabupaten Lamongan mengaku sangat berbahagia karena Ketua Umum PP Muhammadiyah berkenan hadir di kampung di pelosok Lamongan. “PDM Lamongan dan seluruh warga persyarikatan di Lamongan merasa sangat bahagia karena Ketua Umum PP Muhammadiyah berkenan hadir,” ujarnya.

Haedar Nashir menyampaikan orasinya pada Tabligh Akbar di Laren Lamongan (12/7).

Shadiqin mengungkapkan, meski Kabupaten Lamongan masuk 10 besar dalam rantai kemiskinan. Namun warga Muhammadiyah di Lamongan mengelola dan menghidupi Muhammadiyah dengan gembira dan menggembirakan. “Karena warga Muhammadiyah di Lamongan, khususnya di Laren ini berdakwah dengan gembira dan menggembirakan, maka Allah berjanji akan memudahkan hidup mereka. Dan akibat dari dakwah dari warga Persyarikatan yang menggembirakan inilah Muhammadiyah di Lamongan dapat menjalin hubungan yang baik dengan berbagai pihak,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua PWM Jawa Timur Saad Ibrahim memulai sambutannya dengan menyebut Ahmad Amin, seorang penulis dari Mesir yang mengungkapkan apa yang saat ini sedang terjadi kepada pemangku kepentingan rakyat di Indonesia. Sesungguhnya mereka yang mewakili kepentingan rakyat tidak memiliki nilai esensial kecuali jika memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap rakyatnya.
“Mereka yang berjuang untuk kelompoknya sendiri tanpa memihak kepada rakyat di bawah tidak memiliki nilai esensial. Oleh karenanya Muhammadiyah hadir untuk Indonesia. Muhammadiyah untuk semuanya,” tegasnya.

Ia pun mengutip perkataan Jamaluddin Al Afghani, dalam kondisi dunia perpolitikan seperti ini, mencerahkan akal dan menyejukkan hati adalah hal utama yang perlu dilakukan oleh para pejabat sebelum ia mengurus negara dan pemerintahan. “Andai kata presiden ke depan berasal dari Muhammadiyah, tentunya akan berbasis kepada pemikiran yang jauh serta nurani yang dalam,” ujar Saad.

Haedar Nashir mengaku sangat bangga dan bahagia bisa datang ke Laren. Ia mengisahkan keramahan dan semangat warga Laren Lamongan dalam Bermuhammadiyah dan berbangsa yang sangat luar biasa. “Saya tidak membayangkan sebelumnya bisa masuk Laren. Dan saya tidak membayangkan bahwa Muhammadiyah bisa masuk di pelosok terdalam. Nyatanya Muhammadiyah di Laren sangat luar biasa,” ungkapnya dalam Tabligh Akbar dengan tema Menyongsong Muktamar ke-48 di Solo.

Haedar menambahkan, kita patut bersyukur karena dianugerahi Tanah Air Indonesia yang kaya akan mozaik-mozaik keislaman dan kebinekaan. Bagi kaum muslim Indonesia ini menjadi anugerah yang tidak berhingga karena mayoritas masyarakatnya memeluk Islam tanpa penaklukkan. Anugerah yang kedua, bangsa Indonesia melalu perjalanan yang panjang dapat menuai kemerdekaan. Sehingga perlu kiranya bagi warga persyarikatan mau untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan bagi Tanah Air tercinta.

“Kita juga patut bersyukur bahwa Muhammadiyah dan seluruh kelompok dapat menjadi kesatuan yang berusaha mempertahankan kemerdekaan,” ujarnya

Menurutnya, kiprah Muhammadiyah dalam mencerahkan semesta bukanlah sesuatu yang kebetulan. Semua didapat melalui proses panjang yang dilalui oleh KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan. Satu-satu capaian yang sangat menggembirakan bahwa Muhammadiyah menjadi organisasi Islam modern pertama yang memiliki universitas di luar negeri. “Umat terbaik dan golongan terbaik adalah yang memberikan manfaat bagi masyarakat serta semesta,” tegasnya.

Haedar mengatakan bahwa Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah menjadi gerakan Islam yang mencerahkan. Menurutnya ciri-ciri warga persyarikatan yang mencerahkan adalah memiliki aqidah yang kuat. Beribadah sepenuh hati kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Karena aqidah yang kuat melahirkan ihsan dalam kemanusiaan. Itulah padangan keislaman bagi Muhammadiyah.
Kedua, Muhammadiyah perlu terus melahirkan gerakan keilmuan. Salah satunya adalah dengan berdirinya Majalah Suara Muhammadiyah dan Suara Aisyiyah. Ketiga, Muhammadiyah perlu terus mempelopori berdirinya amal usaha yang berkemajuan.

“Dari QS. Al-Ma’un KH. Ahmad Dahlan mampu melahirkan berbagai macam amal usaha untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mulai dari sebelum merdeka hingga pasca kemerdekaan, Muhammadiyah telah berkiprah nyata,” ujarnya.

Menurut Haedar yang harus terus dilakukan oleh segenap warga persyarikatan adalah perbaikan, peningkatan, dan pembaruan di berbagai bidang kehidupan. Artinya baik Mahammadiyah atau kelompok umat Islam yang lainnya harus pandai menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi begitu cepat. Seiring dengan tantangan tersebut perlu juga menanamkan iman dan akhlak yang kuat kepada generasi muda. Membudayakan membaca sejak dini.

“Melalui membaca dan berilmu menjamin kita kepada kemajuan. Maka umat Islam harus berislam dan berilmu dengan sungguh-sungguh,” pesannya.

Terkait dengan momentum Muktamar yang akan segera berlangsung, Haedar mengingkatkan kepada seluruh warga persyarikatan untuk tetap menjaga martabat persyarikatan. Membangun dan menjalin persaudaraan dengan siapa saja. Mencari titik temu di antara sekian banyak perbedaan. Menjaga dan merawat keutuhan dalam keberagaman. Dan yang terakhir mengembangkan etos kerja yang berkemajuan. Memiliki jiwa dan ruh yang meluap-luap dalam beramal dan berkarya. (diko)

Exit mobile version