CARUBAN, Suara Muhammadiyah – Komplek perguruan Muhammadiyah Caruban sukses diresmikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. pada Kamis (14/7) lalu. Perguruan yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Caruban dan SMP Muhammadiyah 2 itu juga menjadi bagian dari 10.381 lembaga pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah.
MIM Caruban menjadi salah satu dari 2.604 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang dimiliki Muhammadiyah. MI ini juga terus mengembangkan dan berinovasi terkait kurikulum bekerja sama dengan berbagai pihak, khususnya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sementara SMPM 2 merupakan satu di antara 1.772 SMP/MTs yang ada di lingkungan Muhammadiyah.
Adapun pembangunan MIM yang berdiri di jalan Sutoyo, Caruban itu merupakan inisiasi dari Kampus Putih UMM. Sementara tanah seluas 6000-an meter tersebut adalah wakaf dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP.
Haedar, sapaan akrab Haedar Nashir menjelaskan bahwa Muhammadiyah sudah merintis madrasah diniyah Islamiyah sejak 1 Desember 1911 yang menjadi cikal bakal pendidikan Islam modern. Menariknya, gagasan madrasah saat itu sangatlah berbeda dengan yang lain. Yakni dengan memadukan ilmu agama dan ilmu umum. Pun dengan sistem klasikal yang saat itu mirip seperti budaya barat.
Haedar menceritakan bahwa dalam perjalanan madrasah tersebut, Ahmad Dahlan seringkali dicemooh, diolok-olok bahkan dilabeli sebagai orang yang kafir. Hal tersebut karena metode yang digunakan mengadopsi apa yang dilakukan barat. Meski dicemooh, ia menyikapinya dengan arif dan bijak. “Hingga akhirnya beliau mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Kemudian disusul dengan pendirian organisasi perempuan pertama di Indonesia Aisyiyah dan sederet organisasi otonom lain,” tegas Haedar.
Lebih lanjut, satu abad setelah pendirian tersebut, dapat dilihat bahwa sistem Pendidikan Islam modern di Indonesia berangkat dari gagasan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan. Bahkan kini Muhammadiyah juga memiliki lembaga Pendidikan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk wilayah yang minoritas Muslim. Sebut saja Universitas Muhammadiyah (UM) Kupang, UM Sorong, UM Jayapura dan lain sebagainya.
“Maka, sudah menjadi tugas kita untuk mengembangkan dunia Pendidikan agar mampu melahirkan generasi berkemajuan. Muhammadiyah harus mampu membangun ukhuwah dengan berbagai kelompok dan sesama anak bangsa. Baik itu yang seagama maupun berbeda agama. Karena tanpa persatuan, kita tak akan bisa membangun bangsa yang lebih baik,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Muhadjir menilai bahwa Muhammadiyah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Madiun secara kesleuruhan. Ia juga mengatakan bahwa pendirian bangunan baru MIM Caruban ini bukanlah akhir. Ke depan, akan ada Poliklinik Pratama yang secara bertahap dibangun menjadi sebuah rumah sakit.
“Tentu harus ada sinergi dengan rumah sakit daerah. Dengan begitu, kita bisa menyediakan layanan yang belum ada di RSUD seperti misalnya alat untuk memasang ring jantung. Alat-alatnya bisa dilakukan kerjasama dengan UMM yang sudah sejak lama memiliki Rumah Sakit,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah ada untuk semua. Siapapun boleh masuk di sekolah Muhammadiyah tanpa memandang status, agama dan perbedaan lain. Tidak ada yang bersifat eksklusif, semua disediakan secara inklusif. Ia juga mempersilahkan siapapun yang ingin mengembangkan potensinya di lembaga-lembaga Muhammadiyah.
“Jadi sebenarnya pembangunan MIM ini adalah hasil upaya bahu membahu dan keroyokan dari banyak pihak. Maka, saya juga ingin agar Madiun dan Caruban dibangun dengan kerjasama banyak pihak sehingga bisa menjadi daerah yang berkemajuan,” ungkap putra kebanggan Madiun tersebut.
Sementara itu, Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro berterimakasih karena Muhammadiyah berkenan membangun lembaga Pendidikan di Caruban. Menurutnya, jika semua aspek dilaksanakan dengan maksimal, ia yakin Madiun khususnya Caruban bisa berkembang dengan pesat. “Salah satu buktinya adalah pabrik bola di Caruban yang akan memproduksi bola untuk gelaran Piala Dunia di Qatar nanti,” ungkapnya.
Maka dari itu, ia mengatakan bahwa pendidikan menjadi aspek penting dalam pembangunan tersebut. Ia menekankan bahwa kegembiraan dan nasib anak-anak ke depan akan sangat bergantung pada pendidikannya saat ini. “Ini tantangan bagi kita untuk mendidik dan melatih mereka sehingga bisa memiliki karakter yang baik dan memiliki kekhasan kabupaten Madiun,” ucapnya mengakhiri.
Dalam kesempatan itu, turut hadir Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd., Wakil Bupati Madiun, Forkompimda Kabupaten Madiun, ketua pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, hingga ketua pimpinan daerah Muhammadiyah Madiun. Di akhir acara, para tamu juga sempat melangsungkan penanaman sejuta pohon di sekitar MIM Caruban yang merupakan bagian dari program Kementerian Koordinator PMK Republik Indonesia. (diko)