YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam mendukung berjalannya Kampus Mengajar yang merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), pada Rabu, (23/02/2022) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia melepas 16.757 mahasiswa peserta program Kampus Mengajar angkatan 3 tahun 2022.
Para mahasiswa yang berasal dari 500 perguruan tinggi ini akan ditugaskan ke 3.000 sekolah dasar (SD) dan 900 sekolah menengah pertama (SMP) di seluruh Indonesia untuk membantu pembelajaran di SD dan SMP yang terdampak pandemi terutama melalui peningkatan literasi dan numerasi, adaptasi teknologi, serta meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berbeda dengan angkatan sebelumnya, tahun ini para peserta mahasiswa dapat memilih tempat mengajar secara lintas wilayah, sehingga tidak selalu berada di wilayahnya masing-masing. Hal ini diharapkan memperkuat rasa kebinekaan di dalam diri mahasiswa.
Exca Dwi Oktavia Holik, merupakan salah satu mahasiswa dari Program Studi Sastra Indonesia (Prodi Sasindo) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang terpilih ikut serta berkontribusi dalam program Kampus Mengajar Angkatan 3 yang berlangsung pada 28 Februari hingga 29 Juni 2022 bertempat di SMP Annihayah Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Melalui program ini, mahasiswa diberi kebebasan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selama maksimum tiga semester belajar di luar program studi dan kampusnya. Program ini tentunya memberikan manfaat bagi sekolah maupun mahasiswa. Bagi sekolah program ini bermanfaat untuk mengingkatkan efektivitas proses pembelajaran di sekolah. Sedangkan, manfaat bagi mahasiswa yaitu untuk mengasah jiwa kepemimpinan, soft skills, karakter, dan mempunyai pengalaman mengajar. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan pengakuan SKS dari kegiatan pembelajaran sebesar 20 SKS, yang nantinya dapat dikonversikan ke beberapa mata kuliah, termasuk Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Secara pribadi, dengan mengikuti Program ini Insyaallah bisa mempercepat kelulusan saya, karena di UAD program ini bisa dikonversi ke KKN, sehingga saya tidak perlu mengikuti KKN dan tinggal fokus menulis skripsi, ” Ujar Exca.
SMP Annihayah merupakan sekolah yang memiliki background Pondok Pesantren. SMP ini tidak menerima siswa di luar Pondok Pesantren, sehingga siswa yang bersekolah di SMP Annihayah mendapatkan kegiatan di sekolah sekaligus di pondok pesatren, hal inilah yang menyebabkan semangat belajar siswa saat berada di kelas menurun.
“Iya, seperti inilah keadaan SMP Annihayah. Berbeda dengan siswa yang berada di sekolah umum. Menghadapi siswa SMP Annihayah dibutuhkan tenaga super, karena kegiatan mereka tidak hanya di sekolah saja,” Jelas Ajang selaku Kepala Sekolah SMP Annihayah.
Dalam Program ini, mahasiswa berinisiatif membuat program kerja yang bertujuan untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa karena masalah utama yang ditemukan oleh mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 3 di SMP ANNIHAYAH yaitu kurangnya semangat belajar dan sempitnya pengetahuan akan dunia pendidikan. Salah satu Program Kerja Unggulan yang Exca terapkan bersama dengan rekannya adalah Bimbel Inspirasi. Tujuan diterapkannya program ini yaitu untuk membuat siswa gemar belajar, menyadarkan mereka tentang pentingnya pendidikan, serta menggali minat dan bakat mereka.
Bimbel Inspirasi, mengajak siswa untuk bermain sambil belajar. Kegiatan yang dilakukan dalam program kerja ini diantaranya yaitu mengajak siswa bermain sambil belajar dengan mengunakan platform “Kahoots”, menyusun kalimat rumpang, berhitung cepat, bercerita sambil menyelasaikan masalah, menyampaikan perasaan melalui puisi, menonton film Rudy Habibie sebagai tokoh inspirasi, dan meminta mereka untuk menuliskan cita-cita di sticky note setelah menonton film.
Datang dengan latar belakang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Exca juga memberikan solusi kepada siswa atas keresahan atau kebosanan yang mereka rasakan dengan menjadikan keresahan itu menjadi subuah karya dan mengenalkan beberapa tokoh sastrawan seperti W.S Rendra, Joko Pinurbo, Chairil Anwar, dan Sapardi Djoko Damono. Menurutnya dengan mengenalkan beberapa tokoh sastrawan tersebut bisa menjadi tokoh inspirasi siswa, terutama pada siswa yang gemar menulis.
“Awalnya, saat menyuruh mereka untuk membuat puisi, mereka menjawab tidak bisa. Kemudian, setelah saya mengenalkan beberapa tokoh sastrawan dan mengajarkan mereka untuk meluapkan keresahan mereka melalui puisi seperti tokoh-tokoh yang telah saya kenalkan. Ternyata, Banyak dari puisi mereka yang membuat saya tersentuh,” terang Exca.
Ajang menyampaikan bahwa melalui program-program dari rekan-rekan mahasiswa Kampus Merdeka sedikit banyak membuahkan hasil. Dimana siswa SMP Annihayah tampak antusias ketika di dalam kelas. “Alhamdulillah, Saya bersyukur mendapat orang-orang hebat seperti Mbak Exca dan Mas Adim, yang bersedia membantu kami walaupun ditempatkan di SMP Annihayah, yang berada jauh dari daerah tempat tinggalnya,” ujarnya. (guf/edo)