SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kehadiran peserta Jambore Media Afiliasi Muhammadiyah di Auditorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) disambut beragam pertunjukan dari IMM UMS pada Sabtu malam, 23 Juli 2022. Mulai dari penampilan seni budaya tari daerah hingga pertunjukan musik yang menghibur. Hal ini menjadi cerminan kecil bahwa Muhammadiyah masih sangat menghargai seni dan budaya dalam dakwahnya.
Dalam sambutannya, Ahmad Ma’ruf, Koordinator Media Panitia Muktamar ke-48 mengatakan bahwa kehadiran teman-teman media afiliasi Muhammadiyah setidaknya memiliki tiga peran strategis dalam mensukseskan Muktamar ke-48 di Surakarta. Pertama, sebagai produsen berita Muhammadiyah di daerah, khususnya yang terkait dengan semarak Muktamar ke-48. Kedua, mensyiarkan pemberitaan Muktamar. Dan yang terakhir memberikan motivasi dan edukasi kepada masyarakat secara luas.
KH. Tafsir, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah mengaku sedih jika melihat seni dan budaya di ranah kader Muhammadiyah yang masih tertinggal jauh bila dibanding dengan santri NU. Mungkin apa-apa yang berbau budaya di Muhammadiyah masih dicap bid’ah.
Setelah menikmati beberapa pertunjukan seni dan budaya dari Mahasiswa UMS, pria yang sering disapa pak kyai itu mengatakan, “Mulai malam ini saya harapkan saudara tidak hanya menampilkan seni dan budaya di acara seremonial saja, tapi juga harus menampilkannya di ruang-ruang publik,” ujarnya.
Tidak hanya berjihad di ranah konstitusi, tapi juga berjihad di ranah budaya. Tafsir menggambarkan seluruh pegiat budaya di Muhammadiyah adalah duta Muhammadiyah dan anak panah yang menyebarkan dan mensyiarkan dakwah berkemajuan Muhammadiyah melalui budaya.
Mengutip kalimat balighu anni walauaayah, sampaikan walau hanya satu ayat. “Seluruh kita adalah baliho Muhammadiyah, menyampaikan kabar bahagia kepada semesta,” tuturnya.
Ia memotivasi agar kader muda Muhammadiyah tidak lepas dari usaha membangun aktivitas budaya yang ada di tengah masyarakat. “Jangan takut berkreasi dalam budaya karena itu bagian dari jihad Muhammadiyah, seperti yang KH. Ahmad Dahlan lakukan saat berdakwah menggunakan biola dihadapan murid-muridnya. Salah pahalanya satu, dan jika benar pahalanya dua,” tegasnya.
Selama ini kita hanya kurang berani dalam berdakwah lewat budaya. Motto dakwah di Muhammadiyah seperti mempermudah yang sulit juga kurang dilakukan oleh warga dan pimpinan persyarikatan. Menurutnya, untuk memutus persoalan tersebut warga Muhammadiyah perlu memperbanyak kreatifitas dalam hal budaya, yang secara langsung juga dapat memperkaya pemahaman orang yang menikmatinya.
KH. Tafsir menambahkan bahwa semakin kultural, maka akan semakin banyak pengikutnya. Dan semakin puritan, maka akan semakin sedikit pengikutnya. Walaupun Muhammadiyah berada dalam posisi puritan, namun Muhammadiyah tetap memberikan apresiasi yang besar terhadap budaya dan kesenian lokal.
“Para jurnalis adalah jihadis yang memiliki peran sangat strategis di era ini, maka sudah saatnya mereka kita dukung dengan memberikan fasilitas yang menunjang jalan jihad mereka,” tutupnya. (diko)