TEGAL, Suara Muhammadiyah – Pekan perkenalan di Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kab. Tegal (PPAD) adalah momentum penting untuk para santri, guru, pengasuh bahkan sampai para pimpinan Pondok untuk kembali “Tajdid an-Niyyat” (memperbaharui niat) dalam berdinamika d PPAD. Tahun ini 2022 PPAD melangkah di usia menuju 13 tahun, usia yang dibilang masih muda namun apabila ditelisik lebih dalam ternyata perkembangannya sangat pesat dan pada rel yang baik. Semua itu adalah atas berkat rahmat Allah dan para pejuang PPAD yang merintis dari nol.
Direktur PPAD pada momentum ini, menyampaikan wejangan dalam sesi kuliah babak II dengan tema “Kuliah Sejarah PPAD” yang dihadiri oleh seluruh jajaran pengasuh, guru, pimpinan dan tentunya para santri PPAD. Dalam penuturannya, al-Ustadz Inamullah selaku Direktur menuturkan, “Pondok ini didirikan oleh Pimpinan Daerah Kab.Tegal atas mandat pimpinan pusat Muhammadiyah dalam muktamar, yang dimana di setiap daerah untuk mendirikan pondok pesantren Muhammadiyah sebagai basis utama pengkaderan ulama’ dan tentunya persyarikatan,” tutur direktur.
Dalam sejarahnya, pendirian PPAD ini terdapat 3 opsi lokasi, yaitu di Jatinegara, Slawi dan Balapulang tepatnya di desa Harjawinangun. Setelah menimbang dan menentukan dipilihlah lokasi tempat PPAD berdiri yaitu di desa Harjawinangun.
Salah satu urgensi utama pendirian pondok ini adalah untuk mencetak para Mubaligh serta Mubalighoh Muhammadiyah yang dibutuhkan secara khusus di Kab. Tegal. PPAD setelah berdiri mencanangkan empat kriteria kader yang menjadi orientasi pendidikan, pertama, kader persyarikatan Muhammadiyah. Kedua, kader Ulama. Ketiga, kader Umat dan keempat, kader Bangsa. Keempat orientasi ini menjadi ruh yang menjiwai disetiap pola pendidikan totalitas kehidupan yang integral-mutakamil di PPAD.
Tepatnya di tahun 2010, bulan Juli tanggal 10 PPAD berdiri dengan memulai menerima santri sebanyak 24 santri tingkat MTs (ketika itu MA belum berdiri). Sampai detik ini PPAD telah melesatkan anak panahnya sebanyak 7 angkatan dari mulai 2016 angkatan pertama dan terakhir 2022 tepatnya 3 bulan lalu. Ustad Inamullah berpesan, “Yang diharapkan pondok ini ketika meluluskan para santrinya adalah agar para santri terus berjuang untuk Muhammadiyah dan masyarakat, bercita-cita menjadi orang besar dan menjadi pemimpin umat. Jangan menjadi orang-orang yang hidup tanpa perjuangan untuk umat melainkan berjuang hanya kepentingan pribadinya saja,” tegas Ustadz Inamullah.
Sebagai bingkai penutup, untuk memahami esensi sejarah PPAD secara utuh Direktur PPAD menyampaikan dalam wejangannya, beliau berkata “bukan sekadar tanggal 10 Juli tahun 2010 untuk dihafal sebagai waktu berdirinya PPAD, namun ada hal yang lebih penting dari itu yaitu nilai-nilai perjuangan PPAD” tutur Direktur, dan itulah yang harus dipahami sebagai esensi utama dari Sejarah PPAD. (Alvin Qodri Lazuardy)