Oleh Bahrus Surur-Iyunk
Islam adalah agama tauhid yang mengajarkan bahwa Allah-lah Tuhan semesta alam. Islam adalah agama wahyu dari Allah yang diturunkan kepada para nabi, sejak Nabi Adam hingga Rasulullah Muhammad SAW. Islam bukanlah agama ras yang diturunkan hanya kepada suku atau ras tertentu. Islam adalah rahmatan lil-‘alamin, agama lintas negara dan bahasa. Islam bukan agama Arab sebagaimana yang dituduhkan orang selama ini.
Islam tidak mengenal rasisme kesukuan. Sebab, siapapun yang mengakui kebenarannya dalam hatinya dan bersyahadat, maka dia telah menjadi seorang muslim. Ia bersaudara dengan muslim lainnya di seantero dunia. Bahkan, ia bersaudara dengan makhluk lain yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia masuk dalam entitas besar umat Islam di bumi yang diikat oleh keimanan yang sama. Al-muslimu akhul-muslim la yadzlimuhu wala yuslimuhu, seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, keduanya dilarang (diharamkan) untuk saling mendzlimi dan tidak boleh membiarkan saat saudara didzalimi.
Ikatan keimanan inilah yang menjadikan Islam sebagai agama besar dunia. Dengan ikatan keimanan itu pula, Islam bisa memimpin dunia selama 1335 tahun. Dan baru seratus tahun ini, sejak keruntuhan Turki Utsamani pada tahun 1924, Islam dikendalikan oleh orang-orang ghairu muslim.
Diawali dari kehadiran Rasulullah sebagai pemimpin negatra Madinah di semenanjaung Arabia selama 11 tahun. Rasulullah membangun dasar regenerasi terbaik yang dikenal dengan Khulafaur-rasyidin, mulai dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa kekhalifahan Umar ibn al-Khaththab, separuh dunia sudah dikuasai Islam, hingga akhirnya kekaisaran Romawi di Byzantium juga ditaklukkan.
Pada periode berikutnya kita mengenal kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus, Bani Abbasiyah di Baghdad, Bani Umayyah di Andalusia Spanyol, Bani Fatimiyah di Mesir, Bani Saljuk di semenanjung Asia Tengah India, dan terakhir dipegang oleh Kesultanan Turki Utsmani hingga pada tahun 1924. Baru setelah tahun inilah negara-negara muslim, terutama di Timur Tengah dan Asia Tengah mulai dijajah oleh negara-negara Eropa.
Pada saat Islam memimpin dunia itulah para pastur dan pendeta khawatir dengan anak muda mereka yang lebih bangga memakai dan menjalankan hidupnya dengan tradisi Islam. Anak muda Eropa saat itu juga bangga jika memakai nama-nama Arab dan apalagi bisa berbahasa Al-Quran, Bahasa Arab. Mereka menuntut ilmu ke Baghdad, Andalusia dan Istambul dengan memakai pakaian khas ala muslim. Saat kapal-kapal Islam melintasi kota berpenduduk Nasrani, mereka tidak membunyikan lonceng-lonceng gereja mereka, karena takut mengganggu kaum muslimin. Para ratu Eropa meniru gaya berpakaian wanita Muslimah dengan memakai cadar.
Dalam rentang waktu 1335 tahun itulah Islam memberikan kontribusi pada dunia. Mulai dari Ilmu pengetahuan, teknologi, mesin-mesin, filsafat, ilmu-ilmu social, humaniora dan sebagainya. Kemajuan yang pernah diraih oleh umat Islam inilah yang kemudian dilanjutkan dan dikembangkan lagi oleh ilmuwan-ilmuwan barat dan Amerika. Jadi, kecanggihan teknologi saat ini –bisa dikatakan– adalah warisan dari sejarah panjang kemajuan Islam. Siapa bilang lampu ditemukan oleh Thomas Alfa Edison?! Dulu para masa Bani Umayyah di Andalusia ada Al-Jazairi yang sudah menemukan lampu. Dalam teori penerbangan ada Abbas bin Ahnas yang dia sendiri yang melakukan percobaan penerbangan dengan mesin terbangnya.
Pertanyaannya pertama, apakah dalam rentang masa kemajuan yang begitu lama dan hebat itu Islam masih akan dikatakan tidak memiliki system bernegara, system ekonomi, system social, sisnten bermasyarakat dan lainnya? Tentu Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Kita sering dikelabui dengan teori yang seakan-akan mereka yang menciptakan. Kita sering lalai dan tidak mau menengok sejarah Islam, sehingga kita sering merasa kerdil dan rendah diri (inferior complex). Kita terlalu berkaca kepada dan gampang terpukau dengan peradaban Barat yang secular.
Pertanyaannya kedua, sebagaimana pertanyaan Syekh Amir Syakib Arsalan yang menjadikannya sebagai judul bukunya, limadza ta’akhara al-muslimun wa taqaddama ghairuhum? “Mengapa sekarang umat Islam mundur sementara umat yang lain maju?”
Salah satu jawaban singkat diajukan oleh Syekh Muhammad Abduh, karena al-Islamu mahjubun bil-muslimin, Islam tertutupi oleh umat Islam sendiri. Islam tidak dijalankan dengan semestinya. Mereka lebih senang menjalankan hidupnya berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai di luar Islam, baik local maupun (mungkin) Barat. Dengan demikian, kebenaran dan keunggulan Islam hilang tertutupi oleh perilaku umatnya sendiri. Padahal, Islam itu ya’lu wala yu’la alaihi. Islam adalah agama yang paling mulia, paling tinggi, dan tidak ada yang bisa mengalahkan ketinggian dan kemuliaannya.
Dalam QS. Ali Imran ayat 139 Allah mengingatkan,
وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Pertama, kembalilah kepada ajaran Islam, kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul dengan mempelajari dan menjalankannya dalam kehidupan. Kedua, didiklah diri kita dan anak cucu kita dengan kepercayaan diri dan kebanggan terhadap Islam. Ketiga, bercerminlah kepada tradisi Islam yang telah memiliki sejarah kemajuan peradaban yang panjang. Caranya, pelajari sejarah Islam agar kita tahu bahwa kita adalah kaum yang terhormat. Keempat, sebagaimana pesan Rasulullah, berhati-hatilah dengan penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati. Saat dunia dianggap segalanya, maka umat Islam akan mudah ditaklukkan dan dikelabui oleh musuh-musuhnya.
Para sahabat Rasulullah dibangun di atas fondasi iman yang kuat. Saat mereka berhijrah ke Madinah, mereka rela dan dengan ringan melepaskan harta benda mereka di Makkah. Membiarkan harta mereka, tanpa pernah khawatir dengan kekurangan kebutuhan hidup mereka di dunia. Mereka lebih bangga dengan iman mereka. Dengan iman itulah mereka bangkit membangun peradaban di masa depan. Semoga momentum Tahun baru Hijriyah 1444 bisa membangkitkan umat Islam dengan penuh percaya diri dengan keimanan dan kejayaan Islam di masa lampau untuk masa depan yang lebih baik. Amin. Wallahu a’lamu.
Penulis adalah guru SMA Muhamamdiyah I Sumenep, penulis buku-buku motivasi Islam.