WONOSOBO, Suara Muhammadiyah-Di tengah perkembangan media digital yang sangat cepat, profesi jurnalis sekarang dapat disandang oleh siapapun, tanpa harus memiliki sederet pengalaman yang panjang atau karir yang cemerlang. Dengan beragamnya media yang tersedia, kini memungkinkan siapa saja untuk dapat berpartisipasi memberitakan kejadian-kejadian di sekitar mereka dengan mudah dan cepat. Sekarang ini, informasi mengenai kejadian apapun dan dimanapun bisa tersampaikan oleh siapapun dan kapanpun.
Namun, kekhawatiran justru muncul dengan seiring kaburnya sekat-sekat profesi jurnalis. Sebuah media bisa menjadi pisau berbilah dua jika informasi yang dimuat tidak disajikan dengan baik dan benar. Beberapa berita dapat memiliki makna ganda saat diintepretasikan oleh dua atau lebih orang yang berbeda. Oleh karena itu, seiring dengan berkembang dan bertambahnya media informasi yang ada sekarang, harus diimbangi juga dengan kemampuan dasar jurnalis agar dapat menyajikan informasi yang baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Hal inilah yang menjadi dasar pelatihan “Training Jurnalistik dan Talkshow Media Digital” yang diadakan oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Wonosobo (7/8/2022).
Acara yang dilaksanakan pada hari Ahad, 7 Agustus 2022 yang bertempat di aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Wonosobo ini memiliki tujuan agar nantinya kader-kader Muhammadiyah yang berkecimpung di bidang media dan informasi dapat menyajikan informasi yang jelas, actual dan faktual. Muhammad Ridha Basri (Ribas), Redaktur Suara Muhammadiyah selaku pembicara di pelatihan kali ini menjelaskan bahwa menulis adalah sesuatu yang bisa dipelajari. “Semakin sering menulis, akan semakin terasah kemampuan menulis. Agar bisa menulis dengan baik, maka harus banyak membaca. Penulis yang hebat adalah pembaca yang hebat pula,” ujarnya.
Ribas juga menjelaskan tentang teknik-teknik dasar dalam seni jurnalistik, dari mulai planning, hunting, writing, dan editing. Semua proses itu harus diperhatikan dengan seksama agar dapat menyusun sebuah berita yang bisa diambil manfaatnya. Selain itu, beberapa faktor lain seperti sensitivitas, ketajaman, dan keunikan sudut pandang seorang jurnalis dapat menentukan kualitas sebuah tulisan, namun tentu hal tersebut tidak dapat dilatih secara instan melainkan melalui latihan dan jam terbang yang tinggi.
Narasumber kedua, Rizki Putra Dewantara, menjelaskan bahwa sampai saat ini Suara Muhammadiyah konsisten untuk memuat berita-berita yang bisa mendakwahkan kebaikan kepada setiap pembacanya dengan fokus pada rubrik-rubrik yang memberikan manfaat dan tidak menyinggung sisi berita yang dianggap multi tafsir dan berpotensi menimbulkan perpecahan antar umat.
Dengan pelatihan ini diharapkan muncul generasi jurnalis hebat yang dapat menghasilkan berita yang berkualitas dan memegang teguh kebenaran, sehingga apapun media yang digunakan nantinya, kebaikanlah yang akan menjadi umpan balik dari setiap informasi yang diberitakan. (Ardhi Alfath)
Baca juga: