Oleh: Amalia Irfani
Tiada hari tanpa menebar manfaat adalah salah satu cita-cita Pergerakan Muhammadiyah pada ummat dan bangsa. Inovasi, kerjasama dan komitmen menjadi kunci kesuksesan Muhammadiyah yang beberapa bulan kedepan merayakan milad ke 110 tahun. Sebuah usia tidak biasa untuk sebuah pergerakan non profit, bersistem kolektif kolegial.
Pergerakan Muhammadiyah melalui kader handal selalu bergerak dan berkontribusi berkemajuan bagi masyarakat, Selain berdakwah melalui jalur pendidikan dengan semakin meningkatnya jumlah perguruan pendidikan Islam Muhammadiyah. Muhammadiyah juga ikut merawat kerukunan bersama komunitas lintas agama melalui kegiatan atau aksi-aksi pelestarian lingkungan, bernama Eco-Bhinneka. Kegiatan yang berafiliasi pada keamanan, kenyamanan dengan tujuan akhir merawat dan menjaga kerukunan.
Mengenal Eco Bhinneka Muhammadiyah
Dalam http://ecobhinnekamuhammadiyah.org/id/, dijelaskan tentang Eco Bhinneka sebagai bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh Joint Intiative for Strategis Religious Action (JISRA), konsorsium yang terdiri atas organisasi berbasis iman, antar agama maupun organisasi, dengan tujuan mendorong terwujudnya kebebasan beragama (berkeyakinan). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, JISRA menggandeng berbagai aktor iman (religious actor) untuk melaksanakan program diantaranya : Memperkuat dan mendukung aktor-aktor agama dalam menantang norma dan praktik intra-agama (denominasi) yang membahayakan, dan mengarah pada radikalisasi dan ekstremisme, mengatasi keluhan antar agama dan mempromosikan interaksi antar agama, dengan fokus pelaksana kegiatan adalah perempuan dan pemuda.
Dari tujuh negara, Indonesia adalah salah satunya dan Muhammadiyah sebagai satu dari sepuluh lembaga yang tergabung pada konsorsium Faith to Action Network (F2A), yang dalam pelaksanaan kegiatan bermitra dengan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) dan Fatayat Nahdlatul Ulama. Sesuai program JISRA, pergerakan Muhammadiyah akan melakukan berbagai kegiatan bersama komunitas lintas iman selama lima tahun untuk di beberapa provinsi terpilih. Kalimantan Barat (Pontianak) menjadi daerah dari empat daerah di Indonesia dan berkesempatan melakukan rutinitas menjaga kerukunan, menjaga alam agar tetap lestari. Pemilihan Kalimantan Barat menurut penulis merupakan pilihan tepat, dengan beberapa indikator, multikultural masyarakat dari etnis, agama, dan rentannya gesekan konflik (kerusuhan).
SEKA Kalimantan Barat
Toleransi tidak sesimple teori, tidak cukup hanya dengan dialog tetapi harus dengan aksi lapangan, aksi sosial menjaga lingkungan. Pendekatan ekologis dipercaya mampu membangun sikap toleran, dan harus dilakukan oleh generasi muda calon pemimpin bangsa. Pemimpin masa depan tidak saja harus cerdas berteori, tetapi memiliki kepekaan sosial tinggi dengan tidak acuh pada keadaan sekitar. Misalnya keberadaan rumah ibadah yang disebut pula rumah “Tuhan”, penting dijaga, dikunjungi pemuda tidak saja untuk beribadah, tetapi untuk melakukan kegiatan positif seperti kegiatan remaja untuk masyarakat dan lingkungan sekitar. Rumah ibadah dapat berfungsi sebagai laboratorium pembinaan karakter yang nantinya akan melahirkan generasi berakhlak baik (mulia).
Sahabat Eco Bhinneka (SEKA) Kalimantan Barat melihat hal tersebut penting dilakukan, dan dilestarikan. Mengajak pemuda mencintai rumah ibadah, bermakna juga untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dan dekat kepada Tuhan akan melahirkan pikiran positif dan menghargai perbedaan. Sebab menghargai perbedaan, maka kerukunan akan terjalin baik sehingga konflik (kerusuhan) tidak akan terjadi.
Aksi SEKA tersebut, dipimpin langsung oleh regional manager yang juga Ketua Umum Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah, Octavia Shinta Aryani. Geliat dengan melakukan kerjasama dengan beberapa majelis agama, kunjungan sosialiasi ke beberapa rumah ibadah dengan tujuan membangun persamaan visi-misi menjaga toleransi. Kegiatan perdana yang bertajuk “Cycling To Religious Sites” dilakukan bertepatan dengan hari jantung sedunia di bulan Juli 2022, dan akan dilanjutkan di bulan September 2022. Pemilihan bersepeda selain menyehatkan, juga upaya pengurangan emisi dan polusi udara, sebab tanpa kita sadari aktivitas kendaraan sebagai penyumbang utama emisi gas kaca dan polusi udara.
Semangat yang harus selalu dikawal agar tidak mundur ke belakang. Memulai dari hal yang sederhana akan melahirkan hal-hal yang luar biasa. Muhammadiyah Kalimantan Barat telah membuktikan hal tersebut, dimana telah banyak kader yang secara aktif memberikan kontribusi merawat kerukunan umat beragama dengan ikut aktif di Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB).
Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)