KEDIRI, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kediri, Jawa Timur menyelenggarakan Tabligh Akbar, Minggu (14/8). Tema yang diusung pada kegiatan kali ini menyangkut Muhammadiyah dan Kebhinekaan.
Beberapa tamu undangan hadir langsung di Gedung Convention Hall Kediri ini antara lain Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, SH, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Dr KH M Saad Ibrahim, MA, Forkopimda, ormas Islam, serta beberapa tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua PDM Kabupaten Kediri, H Ahmad Fanani Sumali mengatakan rasa syukurnya bisa menyelenggarakan Tabligh Akbar. Yang istimewanya lagi, dihadiri langsung oleh Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana.
“Pada kesempatan ini, saya sampaikan ucapan jazakumullah khairan katsira, terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada Mas Bupati Kediri yang telah memfasilitasi acara ini, sehingga acara ini bisa berjalan dengan lancar,” katanya.
Ahmad Fanani turut menyampaikan terima kasih kepada Prof Haedar Nashir yang telah datang langsung menghadiri Tabligh Akbar di tengah kesibukannya memimpin kapal besar Muhammadiyah.
“Selamat datang kepada Bapak Prof Haedar Nashir yang beliau menyempatkan waktunya dengan kesibukannya yang tinggi beliau masih bisa menyempatkan waktu datang di Kabupaten Kediri. Alhmadulillah,” ujarnya.
Dan juga pada saat yang sama setidaknya ada enam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) baik swadaya dari Muhammadiyah sendiri maupun bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kediri yang akan diresmikan. AUM itu meliputi pendidikan, pondok pesantren, makam, dan lainnya. Semua ini merupakan wujud dari sinergi dan kerja sama yang baik antara Pemerintah dengan Muhammadiyah di Wilayah Kediri.
“Tentu dengan berkat kerja sama Muhammadiyah dengan Pemerintah Kabupaten Kediri yang senantiasa bersinergi dengan baik. Maka dengan itu, sekali lagi kami sampaikan jazakumullah khairan katsira,” terangnya.
Haedar Nashir dalam sambutannya mengungkapkan bahwa acara ini merupakan serangkaian agenda dalam menyambut Muktamar ke-48 di Surakarta. Selama ini Muhammadiyah dan Aisyiyah yang memiliki tradisi yang baik dalam bermuktamar. Ia berharap bahwa tradisi ini bisa terus dipertahankan.
Haedar menambahkan, Muhammadiyah dan Aisyiyah harus tampil menjadi komponen Khairul ummah. “Saya tidak akan berceramah tentang Muhammadiyah, karena Muhammadiyah telah berada di dalam jiwa kita semua. Tapi saya akan berbicara tentang bagaimana Muhammadiyah menghadapi tantangan ke depan,” ujarnya.
Manusia diciptakan ke dunia untuk hidup saling mengenal. Maka keberagaman tidak boleh kita ingkari. Sehingga seluruh elemen yang berbeda ini harus bersatu. Untuk bersatu, semua orang atau pihak harus mau berkorban.
“Saya kira jika kita semua memiliki semangat untuk berkorban, tentu setiap permasalahan yang ada akan mudah untuk diatasi. Demokrasi tanpa kearifan, akan menghalalkan segala cara untuk mencapai sesuatu,” ungkapnya.
Maka diperlukan semangat kebijaksanaan, permusyawaratan, dan semangat perwakilan. Serta memandang dunia dan kehidupan harus dengan cara pandang wasathiyah. Juga dalam kehidupan, kita harus menyumbangkan kebajikan. Karena nilai Islam yang wasathiyah dan berkemajuan harus menjadi ciri Muhammadiyah sekarang dan yang akan datang. (diko)