YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada semester genap tahun ajaran 2021-2022 mahasiswa Magister Pendidikan Matematika angkatan XI melaksanakan magang guna memenuhi tugas mata kuliah Magang Pembelajaran Matematika yang diampu oleh dua dosen Magister Pendidikan Matematika UAD yaitu Anggit Prabowo M.Pd dan Nur Robiah Nofikusumawati Peni Ph.D in Ed.
Magang tersebut diikuti oleh 10 mahasiswa yang terbagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompoknya didampingi oleh satu dosen Prodi Pendidikan Matematika. Salah satunya adalah kelompok yang didampngi oleh Dr. Andriyani, M.Si yang mengampu mata kuliah pembelajaran inklusi untuk mahasiswa S1 Pendidikan Matematika UAD. Kelompok mahasiswa magang S2 yang beranggotakan 2 orang mahasiswa S2 tersebut, yaitu Doni Susanto dan Fatimah Dwi Cahya berkesempatan memberikan pendampingan kepada mahasiswa S1 yang mengambil mata kuliah Pembelajaran Inklusi bagi anak berkebutuhan khusus.
Pendampingan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi mahasiswa MPMat UAD melihat serta belajar secara langsung terkait dengan tugas seorang dosen kepada para mahasiswanya. Ada pun tugas yang diberikan adalah melakukan pendampingan kepada 5 mahasiswa yaitu Vradica Cornera, Nartaya, Lisna Mutia, Rizka Faqrunnisa, dan Nur Rahma Soraya.
Kelompok yang beranggotakan 5 orang tersebut diberikan tugas untuk membuat alat bantu belajar matematika bagi anak berkebutuhan khusus atau yang mengalami kendala dalam belajar matematika. Dari pengembangan ini nantinya akan didaftarkan dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai modal bagi mahasiswa untuk bersaing di ranah global.
Andriyani mengatakan bahwa pendidikan merupakan hak dari semua putra-putri Indonesia. Bagaimana pun kondisi siswa, mereka berhak memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Tak terkecuali bagi siswa lamban belajar (Slow learner). Menurutnya meski secara fisik mereka tidak berbeda dengan siswa pada umumnya, namun mereka mengalami keterlambatan dalam berpikir, merespon, serta memiliki hambatan tersendiri dalam beradaptasi.
Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Siswa lamban belajar (Slow learner) memerlukan waktu yang lebih lama dalam mencerna suatu konsep baru maupun dalam menyelesaikan tugas jika dibandingkan dengan teman sebayanya.
“Dengan dikembangkannya alat bantu belajar matematika bagi siswa yang mengalami kendala tersebut diharapkan mereka tetap dapat bersekolah di sekolah umum atau reguler namun membutuhkan bantuan yang intensif,” ungkapnya.
Vradica Cornera selaku Ketua Kelompok mengungkapkan bahwa pelajaran matematika sangat penting untuk dipelajari oleh semua siswa, tidak terkecuali siswa lamban belajar. Siswa lamban belajar secara umum menunjukkan kesulitan dalam belajar matematika. Untuk membantu anak slow learner dalam belajar khususnya mata pelajaran matematika, maka kami membuat APM (Alat Peraga Matematika) yang bernama TANEKS.
TANEKS merupakan singkatan dari Tangga Eksponen Berdekomposisi. TANEKS ini merupakan alat peraga yang dibuat khusus untuk mempermudah anak slow learner dalam belajar matematika mengenai materi eksponen kelas X. Pada TANEKS ini terdapat anak tangga yang dapat memudahkan siswa dalam menentukan operasi bilangan eksponen.
“TANEKS sendiri berbentuk persegi panjang, memilik 15 anak tangga yang digunakan untuk menghitung jumlah pangkat , dan balok persegi yang bertuliskan angka,” ujarnya. (dr)