SURABAYA. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir memenuhi undangan untuk menghadiri Sidang Universitas dengan acara Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya, (31/8/2022). Haedar menyampaikan tahniah atas kehadiran guru besar baru yang diharapkan berkonstribusi lebih besar di bidangnya masing-masing.
Haedar Nashir memberi pesan kepada civitas akademika perguruan tinggi supaya menghayati peran sebagai ilmuwan yang memahami situasi dan dinamika masyarakat. Belakangan, perguruan tinggi disorot karena para guru besarnya dinilai berumah di menara tinggi hingga kasus moral yang menjerat para oknumnya. Haedar mengapresiasi Unair yang punya motto: excellence with morality.
Menurutnya, institusi pendidikan tinggi harus menjadi tonggak moral dan keadaban publik. Sebab banyak persoalan di masyarakat dalam kehidupan berbangsa, termasuk di bidang politik, bermula karena luhurnya nilai-nilai moral. “Jika diperhatikan akar masalah di negeri ini lebih disebabkan hilangnya moral,” tutur Haedar.
Haedar juga berpesan supaya pendidikan tinggi menjadi pusat tradisi keilmuan di masyarakat. Menurutnya, kampus semestinya menjadi penopang dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Saat ini, indeks pembangunan manusia Indonesia masih berada di peringkat enam dalam regional ASEAN.
Pada akhirnya, jika lembaga pendidikan tinggi sudah mampu menempatkan diri sebagai pusat moral, dan pusat tradisi pengetahuan di masyarakat, maka besar kemungkinan lembaga pendidikan tinggi tersebut akan mampu menjadi kekuatan penggerak ke arah yang lebih unggul.
Dalam kesempatan itu, Unair mengukuhkan empat guru besar: Prof Dr Muhammad Madyan SE MSi MFin; Prof M Miftahussurur, dr MKes SpPD-KGEH PhD FINASIM; Prof Dr Rudi Purwono SE MSE; dan Prof Dr Anang Endaryanto, dr SpAK. “Saya berharap guru besar bisa berkontribusi pada pemecahan masalah, tidak hanya secara fundamental. Tapi juga dari akar persoalan,” tutur Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak. (Ribas)