Oleh : Diyan Faturahman
اَلْحَمْدُلِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ بِنِعْمَتِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ وَنَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد . أَمَّا بَعْد :
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Alhamdulillah, mari kita tingkatkan rasa syukur kehadirat Allah SwT atas hidayah Iman dan Islam, atas nikmat sehat dan waktu luang yang sering kita lalaikan. Semoga dengan kesyukuran kita, Allah SwT menambah nikmat-Nya dan mengokohkan akidah kita. Shalawat dan salam kita sanjungkan ke atas baginda Rasulullah Muhamamd saw. Semoga kita bisa berjumpa dengan beliau dalam keadaan penuh rasa syukur.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Salah satu esensi dan mendasar dalam hidup ialah tentang agama atau ad-Din. Menurut salah satu qarar Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah,
اَلدِّيْنُ هُوَ مَا شَرَعَهُ اللهُ عَلَى لِسَانِ أَنْبِيَائِهِ مِنَ الأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِى وَالاِرْشَاداتِ لِصَلاَحِ الْعِبَادِ دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ
agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan para Nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
Dalam Qs. Al-Baqarah 256 Allah berfirman :
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ketika membaca dengan seksama, kemudian bertadabbur dengannya, maka terdapat beberapa hikmah yang dapat kita petik berdasarkan ayat tersebut:
Pertama, bahwa sesungguhnya tauhid/ keimanan setiap insan telah ada, jauh sebelum dilahirkan ke alam dunia, Allah SwT berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS. Al-A’raf: 172).
Namun karena pengaruh keluarga, lingkungan, atau bahkan pergaulan, bacaan hingga medsos, sehingga mereka menjadi majusi atau penyembah api, menjadi nasrani, yahudi, agnostik maupun ateis sekalipun.
Kedua, hikmah berikutnya, bahwa tidak adanya paksaan dalam beragama atau menjadi seorang muslim, tidak lain ialah agar manusia menggunakan potensi akal fikirannya, sehingga ketika melaksanakan wujud keimanannya atau saat mengamalkan Islam, ia tidak melakukannya kecuali dengan tulus, ikhlas, penuh rasa cinta dan kesadaran.
Ketiga, beragama atau menjadi muslim merupakan kebutuhan manusia itu sendiri. Bahwa seseorang menjadi taat maupun kafir, hal itu tidak ada pengaruhnya bagi Kemuliaan dan Keagungan Tuhan.
Sekiranya semua orang, baik yang terdahulu hingga yang terakhir, baik dari kalangan manusia dan jin, mereka semua menjadi bertakwa, hal itu tidak akan menambah kekuasaan-Allah SwT sedikit pun. Begitu pula, jika semua orang, baik yang terdahulu hingga yang terakhir, baik dari kalangan manusia dan jin, mereka semua menjadi berhati jahat, hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan-Nya sedikit pun jua.
Selain itu, dalam QS. Al-Kahfi: 29, Allah SwT juga memaklumkan:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir“. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Manakala hendak beriman, maka itu menjadi kebaikan dan keselamatan untuknya, dan ia telah memilih satu pilihan yang benar. Namun jika ia memilih kafir, maka ia telah memilih satu pilihan yang mendzalimi dirinya sendiri. Allah SwT kemudian memberikan ancaman atau peringatan serta petunjuk agar jangan sampai salah memilih. Sebab jika salah memilih, maka yang akan ia dapati ialah api neraka, dan siksaan yang pedih, serta seburuk-buruk tempat kembali.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (QS. ‘Ali Imran: 85).
Bahkan dalam sirah Nabi, kita belajar bahwa Nabi Muhammad saw bukanlah orang yang memaksakan agama pada orang lain. Baginda Nabi rela menerima perjanjian dengan kaum kafir Quraisy setelah beliau hijrah ke Madinah, bahwa manakala ada di antara penduduk Mekkah (yang saat itu masih dikuasai oleh kafir Quraisy) datang ke Madinah untuk menyatakan keimanannya, maka Nabi harus mengembalikannya ke Mekkah. Namun jika ada di antara penduduk Madinah yang pergi ke Mekkah (murtad) maka ia tidak wajib dikembalikan ke Madinah.
Nabi tidak memaksa, iman lahir dan tumbuh dari dalam jiwa setelah Allah SwT memberikan hidayah, kemudian dirawatnya hidayah itu dengan ilmu dan membersihkan diri dari segala pengaruh thaghut (pelanggaran-pelanggaran besar).
Keempat, hikmah berikutnya yakni, bahwa Islam diturunkan oleh Allah SwT untuk menjadi rahmat, bentuk kasih sayang-Nya untuk mengatur, mengarahkan, membimbing, dan menunjukkan kita agar selamat dunia kahirat.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Allah SwT Maha Mendengar bagi siapa yang meminta petunjuk ke jalan yang benar, serta Maha Mengetahui siapa yang berjalan menuju petunjuk itu. Sebagai orang yang telah diberi hidayah Iman dan Islam, kita jadikan tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup. Kita jauhi dan kita tolak segala perbuatan yang dapat menodai iman dan tauhid kepada Allah SwT. Marilah kita cukupkan khutbah ini dengan berdoa,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ , يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ . يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إنَّك قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ . اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ نَبِيِّك وَرَسُولِك . رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Diyan Faturahman, S.Ag., M.Pd Anggota MTT PDM Kota Yogyakarta