Pandemi Datangkan Berkah, Mahasiswa UM Bandung Dirikan Usaha Kreatif

Pandemi Datangkan Berkah, Mahasiswa UM Bandung Dirikan Usaha Kreatif

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pandemi covid-19 seakan-akan menjadi berkah bagi mahasiswa UM Bandung yang satu ini. Situasi tidak menentu saat pandemi Covid-19 menjadi langkah awal baginya untuk merintis dan membangun usaha dalam bidang digital.

Itulah yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UM Bandung Tharisa Putri Shafa. Bersama dengan partnernya, pada akhir Februari 2020 Tharisa mendirikan usaha kreatif yang mereka beri nama Serasa Studio. Pandemi Covid-19 nyatanya tidak menjadi penghalang bagi Tharisa untuk membangun Serasa Studio.

Namun, situasi tak menentu tersebut menjadi pelecut untuk melahirkan ide-ide kreatif yang berhubungan dengan bidang komunikasi. “Peralihan orang dari offline ke online saat ini begitu terasa, karena itu membutuhkan orang yang membuat desain, foto, dan video untuk suatu produk,” ucap mahasiswa yang akrab disapa Acha ini, Senin 12 September 2022.

Produk seperti fotografi, videografi, digital marketing, hingga desain grafis menjadi andalan Serasa Studio dalam menghasilkan konten untuk kebutuhan komersial. Selain itu Tharisa menuturkan bahwa dirinya dan tim dalam sehari bisa mendapatkan dua hingga tiga order pekerjaan.

Harga sesuai kesepakatan

Adapun soal harga, kata Tharisa, hal itu berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. “Alhamdulillah, semua orderan dan harganya pun sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak,” tutur anak tunggal itu.

Tharisa mengakui bahwa usaha yang ia geluti saat ini menjamur di mana-mana. Namun, sambung mahasiswa yang bercita-cita menjadi dosen ini, dirinya yakin jika terus bekerja keras, berikhtiar, dan berdoa, semuanya akan menemukan jalannya.

“Awalnya susah mengenalkan brand sendiri karena masih belum seterkenal brand lain yang punya portofolio bagus. Namun, semua hal itu bisa diatasi berkat kerja keras,” jelas Tharisa.

Menjaga kepercayaan klien

Selain memasarkan dan memproduksi konten-konten itu, Tharisa pun tidak lupa menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan para klien. Bagi Tharisa, menjaga dua hal tersebut sangat penting. Sebab, dari sanalah silaturahmi terus berlanjut.

Bahkan, ungkap mahasiswa yang sedang sibuk menulis skripsi ini, dari menjalin hubungan baik itu, membuat perusahaannya dengan klien tersebut kian dekat dan saling percaya.

Tak heran, hal itu membuat orderan pekerjaan selalu datang. “Karena dari percaya itu banyak klien kita merekomendasikan usaha kita ke kerabat-kerabatnya, dari mulut ke mulut,” katanya.

Tak hanya itu, dalam menjaga kepercayaan dengan klien, Serasa Studio juga selalu memberikan bingkisan terhadap klien.

“Segala macam corporate identity Serasa Studio kita kasih ke mereka, itu juga sebagai bentuk promosi usaha kita,” terang Acha, yang baru merampungkan membaca buku berjudul “Komunikasi Sebening Kristal,” karya Kris Cole.

Memanfaatkan media sosial

Awal memulai usaha, Tharisa hanya mengandalkan promosi lewat Instagram. Hal itu dilakukan karena modal usaha dialihkan untuk hal lain sehingga mengoptimalkan Instagram untuk media promosi kepada calon klien.

Tharisa selalu mempromosikan produk-produk usahanya setiap hari dengan foto dan disemati dengan tagar semenarik mungkin agar bisa menggaet calon klien.

Ia juga berpesan kepada siapa pun untuk selalu siap saat bertemu dengan kesempatan dan memanfaatkannya untuk menjadi peluang usaha. “Kita harus selalu siap dalam mengambil kesempatan, meskipun belum siap. Saran saya, ambil saja dulu (kesempatan),” tandas Co-Owner Serasa Studio itu.

Hinaan calon klien

Selain gembira saat mendapat orderan, tetapi di sini lain Acha pun pernah mengalami hal yang tak menyenangkan dari calon klien.

Apa itu? “Si calon klien ingin order ke kita dengan dana yang minim, tetapi mau hasil yang premium. Ya, itu tentu tidak bisa. Kita akan bikin produk sesuai dengan bajet,” cerita Acha.

Setelah diberi penjelasan panjang lebar, si calon klien ternyata tidak paham dan malah menghina. “Kita malah dibilang perusahaan tidak profesional,” ucapnya.

Untungnya, tambah Acha, pada saat itu dirinya tak terpancing emosi menghadapi orang yang seperti itu. “Bagaimana pun, saya harus tetap ramah dan senyum,” tutup Acha. (FK/CH)

Exit mobile version