Bertakwa Semampunya

Bertakwa Semampunya

Oleh: Sirajuddin Bariqi

إنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ الله وَخَيْرِ خَلْقِهِ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِهِ، أَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ: فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih dapat merasakan manisnya iman dan dapat menunaikan ibadah salat Jumat pada hari yang mulia ini. Salawat teriring salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah!

Limpahan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada manusia tidak terhitung banyaknya. Di antara bentuk kasih sayang itu adalah Allah memerintahkan kepada manusia untuk bertakwa semampunya. Takwa semampunya adalah mengerjakan amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah sesuai kadar kemampuan dan kekuatan seorang hamba (tidak memberatkan).

Allah menghendaki kemudahan bagi manusia. Sebaliknya, Dia tidak menghendaki kesukaran bagi manusia. Dalam Q.S. at-Taghabun ayat 16 Allah swt. berfirman,

فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Artinya, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Perintah untuk bertakwa semampunya ini dikuatkan oleh pernyataan Nabi saw. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw. bersabda,

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Artinya, “apa yang aku larang untukmu, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan untukmu, maka laksanakanlah semampu kalian” (HR. Muslim).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Dahulu, pada masa Nabi Muhammad saw., ada sebagian sahabat yang terlalu semangat dalam beribadah, hingga membuat mereka sakit. Mereka bangun di malam hari dan puasa di siang hari. Mengetahui hal itu, Nabi saw. lalu menyampaikan bahwa segala sesuatu punya hak yang mesti dipenuhi. Mata punya hak untuk dipenuhi. Demikian halnya dengan bagian tubuh yang lain, juga istri, keluarga, dan tetangga.

Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa perintah untuk bertakwa semampunya adalah bentuk keringanan, kemudahan, dan kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Sementara Imam At-Thabari menjelaskan bahwa bertakwa semampunya bukan berarti menyepelekan kewajiban dan larangan yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Agama Islam menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Oleh karenanya, umat Islam dilarang lebih mementingkan satu dari lainnya. Selain tidak boleh hanya berorientasi pada dunia, umat Islam juga dilarang hanya berorientasi pada akhirat. Keduanya harus seimbang: dunia iya, akhirat juga iya.

Keseimbangan itu bisa terwujud jika seorang hamba menyibukkan diri dengan tiga hal: pertama, membekali diri untuk kembali ke tempat asalnya (tazawwudu li ma’ādin), yakni dengan memperbanyak amal saleh. Amal yang baik adalah yang dikerjakan secara istikamah dan tidak membuat seseorang menjadi bosan.

Dari ‘Aisyah radliyallahu anha., Rasulullah saw. bersabda,

خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَسْأَمُ اللَّهُ حَتَّى تَسْأَمُوا

Artinya, Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan” (HR. Bukhari & Muslim).

Kedua, berjuang untuk membiayai kehidupannya di dunia (mu’natun li ma’āsyin), yakni dengan bekerja. Allah membenci hamba yang malas beraktivitas. Dalam banyak ayat al-Quran, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari rizki dan karunia-Nya. Pekerjaan yang baik adalah yang diniatkan dan diorientasikan untuk meraih keridhaan Allah swt.

Ketiga, mencari kesenangan dengan cara yang halal (thalabu ladzdzatin bi halalin). Islam tidak pernah membatasi umatnya untuk mencari kesenangan di dunia, selama kesenangan itu tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan Allah swt. Kesenangan itu bisa dicari di keluarga, hewan peliharaan, olahraga, dan sebagainya. Jangan sampai terbesit anggapan di pikiran kita  bahwa Islam adalah agama yang memutus mata rantai kebahagian dan kesenangan umatnya.

Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia!

Perlu khatib ingatkan kembali bahwa takwa semampunya bukan berarti kita menyepelekan amal ibadah dan sesuka hati melanggar larangan-larangan-Nya. Takwa semampunya adalah taat kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya. Takwa semampunya itu kita mencintai iman dan membenci kekufuran; bersyukur ketika diberi kenikmatan dan sabar ketika diberi cobaan.

Allah telah memberikan berbagai macam jalan ketaatan, seperti salat, puasa, dzikir, menyenangkan keluarga, berbuat baik kepada tetangga, dan sebagainya. Semua itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Sebab Dia tahu, manusia adalah makhluk yang mudah bosan dengan satu bentuk ketaatan.

Jangan sampai karena terlalu semangat dalam beribadah kita malah menyakiti diri sendiri dan melalaikan hak sesama manusia yang perlu dipenuhi. Sebaliknya, jangan sampai pula kita tergerak untuk beramal dan beribadah hanya karena takut pada siksa-Nya. Na’udzubillah!

Semoga kita senantiasa diberikan petunjuk kepada jalan kebenaran, keistikamahan dalam taat, dan dijauhkan dari segala macam dosa. Aamiin.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، ا فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا اِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا عَيْبًا اِلَّا سَتَرْتَهُ وَلَا هَمًّا اِلَّا فَرَجْتَهُ وَلَا ضَرًّا اِلَّا كَشَفْتَهُ وَلَا دَيْنًا اِلَّا أَدَيْتَهُ وَلَا حَجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ اِلَّا قَضَيْتَهَا وَلَا مَرِيْضًا اِلَّا شَفَيْتَهُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

عِبَادَ الله إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وِالْإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Alumnus Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Exit mobile version