BANTUL, Suara Muhammadiyah- Dalam rangka mendukung program BANTUL BERSAMA “Bersih Sampah 2025”, KKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode Ke-96 Unit II.B.2 menggelar sosialisasi pengelolaan dan pemilahan sampah pada Sabtu (27/8) yang diikuti oleh masyarakat di Dusun Kweden, Bantul. Peserta diberikan pemahaman bagaimana memilah sampah jenis organik dan anorganik, serta mengelola sampah dengan cara mengembangbiakan telur magot dan membuat ember tumpuk dengan memanfaatkan perkakas bekas atau lodong sisa dapur (losida).
Ember tumpuk merupakan alat untuk mengolah sampah organik rumah tangga dengan menyatukan dua buah ember yang disusun bertingkat. Cara pengolahan sampah organik pada ember tumpuk yaitu dengan bantuan larva HI (Hermetia illucens) atau biasa dikenal dengan lalat BSF (Black Soldier Fly). Lalat BSF dapat membantu proses pengomposan aerob dan mempercepat proses penguraian sampah organik pada ember tumpuk. Dari proses pengolahan sampah tersebut akan menghasilkan pupuk organik cair yang ramah lingkungan.
“Ember tumpuk sendiri cocok digunakan untuk pengolahan sampah skala rumah tangga karena cara pembuatannya yang cukup mudah yaitu bisa dengan menggunakan dua ember bekas cat atau pengembang makanan ukuran 20 kg,” ungkap Ketua KKN UAD Periode Ke-96 Unit II.B.2 Satrio Pratama Putra.
Ember bagian bawah, jelasnya, berfungsi sebagai penampung lindi yang kemudian akan diolah menjadi pupuk organik cair. Untuk ember bagian bawah dipasang kran untuk nantinya dapat mengeluarkan lindi dengan mudah. Kemudian tutup ember dipotong dan diambil bagian tepinya saja sebagai penyangga ember atas. “Pada ember bagian atas, disiapkan dengan membuat lubang-lubang kecil berdiameter 5 mm sebanyak mungkin pada bagian bawahnya. Lubang-lubang kecil tersebut berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara dan tempat masuk telur atau larva muda (magot) yang baru saja menetas. Ember bagian atas ini berfungsi sebagai penampung sampah yang akan diolah,” lanjutnya.
Menurutnya, kerja ember tumpuk cukup mudah yaitu dengan memasukkan sampah-sampah organik seperti buah-buahan dan sayur-sayuran busuk secara berkala ke dalam ember, kemudian ember ditutup. Selama beberapa hari sampah akan menjadi lembab dan mengundang lalat BSF untuk bertelur. Telur tersebut akan menetas menjadi larva (magot) dan bergerak menuju material sampah. “Magot ditunggu sampai terlihat banyak dan aktif bekerja yang biasanya memakan waktu selama kurang lebih dua minggu. Lindi yang dihasilkan dibiarkan saja di dalam ember bagian bawah selama kurang lebih dua bulan lalu dilanjutkan dengan proses pematangan menjadi pupuk organik cair (POC), tandas Satrio.
Dimas Hardiyanto, S.Pd. selaku kepala dukuh mengatakan, “Harapan saya dengan diadakannya sosialisasi ini nantinya bisa menyadarkan warga tentang pentingnya mengolah dan memilah sampah, karena jujur saja masyarakat di Dusun Kweden ini masih mencampur berbagai macam sampah”.
Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, peserta memberikan respon yang positif terhadap keberlangsungan kegiatan ini dan antusias dalam membuat ember tumpuk di rumahnya masing-masing. Dengan diadakannya kegiatan sosialisasi ini, diharapkan warga di Dusun Kweden dapat memilah sampah organik maupun anorganik dan mengelola sampah dengan sebaik mungkin untuk berkontribusi dalam mewujudkan Bantul Bersih Sampah 2025. (Diva Marisa/Yuli Dwi)