Salam dan Salim kakak beradik. Dulu orang tuanya memberi nama Salam agar anak ketika dewasa memiliki watak seperti pohon salam. Daunnya beraroma gurih dan bermanfaat untuk kesehatan jika direbus. Pohon salam bisa menjadi peneduh. Buahnya dicari anak anak karena lezat dikunyah. Banyak manfaatnya.
Akan tetapi ketika dewasa dan menjadi pengusaha mebel yang sukses watak Salam berbeda jauh dengan pohon salam. Dia pelit sekali sampai di kampung dijuluki Pak Bakhil Metakil. Julukan ini muncul ketika warga kampung yang menyelenggarakan kegiatan takjil selama sebulan di musholla yang hadirinnya kebanyakan anak anak. Ketika warga kampung paling sedikit menyumbang infaq untuk takjil seratus ribu rupiah, Salam menyumbang limapuluh ribu rupiah sampai petugas yang mengumpulkan infaq malu sendiri. Alasan Salam sederhana, kan tidak ada satupun anaknya yang ikut takjil. Jadi uang limapuluh ribu rupiah cukuplah untuk infaq.
Berbeda dengan Salam yang pelit, Salim adik Salam dikenal sebagai orang pemurah. Salim yang penjual bakso dan mie ayam di dekat pasar selalu menyumbang uang yang jumlahnya banyak jika dimintai sumbangan. Ketika panitia takjil meminta sumbangan, dia memberikan uang lima ratus ribu rupiah. Sepuluh kali lipat dari uang yang disumbangkan oleh kakaknya.
Ketika muncul musim pandemi Corona varian baru yang membuat banyak warga kampung jatuh sakit sehingga harus isolasi mandiri di rumah rumah, Bu RW menyelenggarakan dapur umum. Dapur umum ini diselenggarakan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan makan tiga kali sehari bagi warga yang isolasi mandiri di rumah. Dana dapur umum diambil dari kas RW ditambah sumbangan sukarela warga kampung.
Suatu hari keluarga Salam kena gejala demam dan kehilangan penciuman. Ketika dites di puskesmas, dinyatakan positif dan harus isolasi mandiri di rumah karena rumah sakit penuh, tidak ada kamar perawatan yang kosong.
Lewat grup WA di kampung, Saksm mendapat pemberitahuan kalau keluarga dia tidak boleh keluar rumah. Segala kebutuhan makan akan dicukupi dapur umum RW. Untuk kebutuhan lain diminta menghubungi adiknya, Salim. Salim yang akan membelikan sabun atau lainnya ke warung yang ada di dalam kampung atau ke tempat lain yang ada barangnya.
Salam juga dipersilakan secara sukarela memberikan sumbangan untuk keperluan dapur umum dan uang bisa dititipkan Salim.
Ketika Salim lewat WA diminta kakaknya untuk mengambil uang patungan suka rela dia terkejut karena dalam amplop dari kakaknya ada uang dua ratus ribu rupiah. Padahal anggota keluarga yang dicukupi kebutuhannya oleh dapur umum ada empat orang. Salam, isteri dan dua anaknya.
Salim membawa pulang amplop itu dan uangnya ditambah sehingga genap menjadi lima juta rupiah. Salim membawa amplop itu dan menemui Pak RW dan bilang kalau kakaknya telah sadar.
“Sakit kena virus Corona ini membuat kakak saya insaf. Dan mas Salam minta maaf karena selama ini pelit memberi sumbangan untuk keperluan kampung, ” kata Salim sambil menyerahkan amplop.
Pak RW terharu dan mengucapkan terimakasih kepada Salam.Bu RW kemudian menerima amplop berisi uang itu dari suaminya lalu pergi ke bendahara dapur umum sambil menyampaikan kabar gembira kalau Salam telah sembuh dari dari penyakit pelitnya.
Para tetangga menyambut gembira, bersyukur atas hal ini dan mereka ramai-ramai mendoakan kesembuhan keluarga Salam.
Salam dan keluarganya heran karena makanan yang dikirim dari dapur umum enak-enak dan bergizi. Sangat tidak seimbang dengan jumlah uang sumbangan yang dititipkan ke Salim.
Seminggu kemudian Salim diam-dism memberikan uang sumbangan sukarela sebanyak lima juta rupiah atas nama kakaknya ke pak RW. Pak RW, Bu RW gembira, bersyukur karena Salam telah betul betul insaf dan berubah menjadi pemurah. Warga kampung pun senang dan dengan sungguh sungguh berdoa bagi kesembuhan keluarga Salam.
Ketika kemudian keluarga salam dinyatakan sembuh dari sakit Corona warga kampung memberikan ucapan selamat. Melihat para tetangga yang ramah bukan main Salam dan keluarganya senang. Dalam hati Salam sebenarnya heran atas perubahan sikap tetangga. Dulu sebelum ada pandemi mereka seperti kurang senang terhadap keluarga Salam.
Ada apa ya? Salam dan keluarganya tetap tidak tahu sebabnya. Sebab Salim tidak membocorkan kegiatannya memberi uang sumbangan dari dompet sendiri dan diatasnamakan kakaknya. Salim juga berpesan kepada Pak RW, Bu RW dan tetangga untuk tujuan membicarakan hal itu selamanya agar Salam tidak malu.
“Kakak saya sudah ikhlas dalam memberikan sumbangan itu. Jadi mohon ini jangan disebut sebut lagi di depan kakak saya dan keluarganya. Terimakasih atas pengertiannya, ” kata Salim yang diiakan tetangga.
Yogyakarta, 2021
*Imamuzzaman S, Penulis tinggal di Yogyakarta.