Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Syeikh Yusuf al-Qaradhawi, Presiden Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) meninggal dunia pada Senin, 26 September 2022 dalam usia 96 tahun. Ulama kelahiran Mesir pada 9 September 1926 yang kini menetap di Doha Qatar itu cukup mempengaruhi pemikiran wasathiyah Islam dunia. Ia dikenal sebagai salah satu mufti yang berwawasan moderat dan mendalam.
Ia menjalani banyak masa di penjara, tetapi ia terus berkarya. “Transformasi pemikirannya yang semula lebih puritan menjadi maju menunjukkan perkembangan pemikiran Islam yang selalu dinamis dan tidak statis,” tutur Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (27/9/2022).
Yusuf al-Qaradhawi ketika berkunjung ke PP Muhammadiyah di Jakarta tiga dekade lalu turut mengomentari tentang situasi penanggalan awal bulan hijriyah. Beliau menyatakan bahwa hisab itu qathiy (pasti) sedangkan rukyat itu dhanny (meragukan, banyak kemungkinan). Pandangan ini dinilai oleh Haedar sebagai pandangan yang mencerdaskan dan mencerahkan umat.
Menurut Haedar, umat Islam sedunia memang ketika berhadapan dengan hukum alam yang pasti, lebih-lebih menyangkut hari dan tanggal atau bulan dan tahun meniscayakan ilmu yang pasti dan kepastian, agar segala transaksi dan regulasi hidup sehari-hari itu memiliki kepastian.
“Kecuali untuk hal-hal yang abstrak, sosial, dan ranah hidup yang metafisika. Jika ingin merebut masa depan lebih-lebih pebgetahuan alam semesta perlu ilmu pengetahuan yang pasti dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara lebih objektif,” jelas Haedar.
Syekh Yusuf al-Qaradhawi juga melalui karya-karyanya terbaru banyak mempromosikan pandangan keislaman yang wasathiyyah. Diajak umat Islam agar maju dan tengahan dalam beragama, serta tidak fanatik dan ekstrem. Termasuk dalam ideologi dan politik, beliau memiliki pandangan yang tengahan dengan dasar argumentasi nash yang kuat.
Di antara karyanya adalah tentang wawasan jihad dalam Islam. “Karyanya tentang jihad yang sangat tebal juga memahamkan tentang jihad multiaspek yang memerlukan pemahaman dan konteks yang luas,” jelas Haedar.
Bersama dengan itu, tambah Haedar, Syekh Yusuf al-Qaradhawi juga mengajak umat Islam untuk hadir dan mampu menjawab tantangan zaman yang kompleks saat ini. Beliau ulama klasik yang mampu membaca dan berwawsan maju di tengah kehidupan modern dengan pandangan inklusif dan kosmopolitan.
“Ulama dan kader Islam muda di manapun saat ini penting belajar dan mengikuti jejak hidup dan pemikiran ulama besar ini. Bila ulama sepuh berpikir keislaman yang maju dan tengahan, maka terasa jumud manakala ulama-ulama muda Islam saat ini masih ada yang berpikiran konservatif dan ekslusif,” tukas Haedar Nashir. (ribas/ppmuh)