LAMONGAN, Suara Muhammadiyah – Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 4 Blimbing, Paciran Lamongan mengadakan acara pawai dan sunatan masal dalam rangka semarak muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah serta memperingati Maulid Nabi Muhammadiyah. Acara ini merupakan agenda tahunan sekolah. Sehingga untuk menyemarakkan acara ini, panitia melibatkan keluarga besar MI Muhammadiyah 4 Blimbing.
Iring-iringan pawai yang terdiri dari peseta khitanan, Pasukan pengawalan Tapak Suci Putra Muhammadiyah, Wali murid dan group drumband yang dimainkan oleh para guru sekolah tersebut.
Peseta pawai melakukan long march mengitari desa Blimbing dimulai dari halaman sekolah dan berakhir pada titik awal. Para warga setempatpun tumpah ruah menyaksikan pawai itu. Mereka juga mengabadikan momen ini dengan menggunakan ponsel yang dimiliki.
Gemuruh tepuk tangan penonton menyaksikan aksi drumband yang dimainkan oleh para guru. Ada beberapa lagu yang dibawakan, di antaranya, sepohon kayu dan Gambang suling.
Farihul Anam menuturkan, kegiatan ini menjadi agenda sekolah yang digelar dua tahun sekali dan pada saat ini bertepatan dengan akan diadakannya muktamar yang digelar di Solo pada bulan Desember mendatang. “Ada beberapa rangkaian kegiatan yang kita gelar dalam rangka menyemarakkan muktamar dan peringatan Maulid Nabi. Hari ini pawai dilanjutkan dengan khitanan masal,” tuturnya.
Dirinya menambahkan, MIM 4 Blimbing terus berupaya untuk memberi yang terbaik bagi warga masyarakat setempat, khususunya warga Muhammadiyah. “Target utama khitanan ini adalah murid kita sendiri, mamun karena yang daftar sedikit, sehingga kami libatkan warga sekitar sini,”tandasnya.
Dirinya berharap dengan kegiatan ini, dapat menarik simpati orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang dipimpinnya itu. Sementara itu, peserta sunatan masal satu persatu namanya dipanggil menghadap meja operasi. Teriakan histeris memecah ruang saat peserta sunatan yang merupakan anak-anak ini melihat jarum suntik.
Anak-anak yang mengikuti sunatan selain gratis, juga mendapatkan hadiah dari pihak sekolah maupun orang tuanya masing-masing. Peserta yang ikut sunatan massal ini tak hanya siswa madrasah itu saja tetapi juga dari warga setempat.
Hal Ini merupakan wujud dari harmoni yang dibangun sekolah ini, yang tidak mengenal golongan. Di balik perbedaan ada titik yang dapat menyatukan. (Iwan Abdul Gani)