Khutbah Gerhana: Menjadi Insan Rabbaniy

Khutbah Gerhana: Menjadi Insan Rabbaniy

Diyan Faturahman*

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ . وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَمِنْهُ الْمُبْتَدَأُ وَإِلَيْهِ الْمُنْتَهَى وَالْمَآب . وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْحِسَاب . أَمَّا بَعْدُ . فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى : أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .

 

Segala pujian hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, mengatur dan memberinya petunjuk sehingga tercipta harmoni yang begitu indah. Shalawat dan salam tercurah limpah untuk baginda Rasulullah Saw. Semoga semakin hari semakin cantik ihsan kita kepada sesama, dan semakin mulia diri kita di sisi Allah SWT.

Maha Kuasa Allah SWT yang telah menjadikan matahari, bumi dan bulan berada pada satu garis lurus, dengan bumi berada di tengah. Sehingga terjadilah gerhana bulan. Dia-lah Allah, yang menciptakan, mengatur dan memelihara alam semesta ini, saat kita meyakini hal tersebut maka hakikatnya kita telah bertauhid dengan tauhid Rububiyah-Nya.

Meyakini bahwa Allah merupakan Rabb semesta alam saja tidaklah cukup, sebab orang-orang kafir sekalipun, manakala ditanya mengenai siapa yang telah menciptakan langit dan bumi, mengedarkan matahari dan rembulan, semua akan menjawab Allah (QS. Al-Ankabut: 61). Begitupun ketika mereka ditanya mengenai siapa yang menurunkan air dari langit (hujan), yang dengannya bumi yang mati, kering dan tandus menjadi hidup, tumbuh dan subur. Maka mereka juga akan menjawab Allah (QS. Al-Ankabut: 63). Maka, menjadi keniscayaan bagi kita untuk sadar diri akan kewajiban kita kepada-Nya, seperti salat wajib yang lima waktu, atau mengeluarkan hak dari harta kita yang barangkali lebih dari cukup dalam bentuk sedekah ataupun zakat.

Menjadi insan Rabbaniy merupakan sifat yang harus didambakan oleh setiap Muslim. Rabbaniy berasal dari kata Rabbun yang bisa diartikan Sang Pencipta, Pengatur, Yang Menghidupkan dan Mematikan makhluk, yakni Allah SWT. Dari sini dapat dipahami bahwa Rabbaniy merupakan sifat yang dinisbahkan kepada Allah SWT.

Seorang muslim yang Rabbaniy ini setidaknya harus memiliki dua kesadaran, yakni kesadaran dari mana dia berasal, dan kesadaran ke mana dia akan pergi atau akan kembali. Sudah barangtentu jawaban dari keduanya ialah Allah SWT. Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Jamaah Shalat Gerhana Bulan Rahimakumullah,

Sejak dahulu, orang menyikapi terjadinya gerhana setidaknya menjadi dua kelompok, yakni mereka yang menyikapinya sesuai dengan tuntunan Nabi dan mereka yang menyikapinya cenderung pada mitos dan tahayul. Sekalipun mungkin ada kelompok yang menyikapinya dengan acuh tak acuh serta mereka yang terlalu menuhankan ilmu pengetahuan, sehingga meyakini terjadinya gerhana hanya sebatas fenomena alam semata. Sebagai insan Rabbaniy, tentu kita akan berusaha menjadi golongan yang pertama.

Allah SWT berfirman dalam QS. Fushilat: 37,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu hendak sembah.

Kita teringat salah satu teladan yang dilakukan oleh KH. Bagus Hadikusumo juga Buya HAMKA saat menolak melakukan upacara seikerei. Sebuah ritual dalam budaya Jepang yaitu sikap menghormat dan membungkukkan badan atau melakukan gerakan ruku’ ke arah matahari terbit setiap pagi. Ditegaskan dalam ayat ini, وَاسْجُدُوا لِلهِ – dan hendaklah kita melakukan ruku’ dan sujud hanya kepada Allah SwT semata.

Dalam ayat lain, QS. Yunus: 5,

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَاءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْأيٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan matahari bersinar, bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Allah SwT menggunakan istilah Dhiyā untuk matahari, sementara Nūr untuk rembulan. Seolah menunjukkan bahwa cahaya yang dimiliki oleh keduanya tidaklah sama, sebagaimana kita tahu bahwa bulan tidak menghasilkan cahayanya sendiri. Berbeda dengan matahari yang menghasilkan cahayanya sendiri, bi-idznillāh. Makna (الضياء) yakni cahaya yang keluar dari sesuatu itu sendiri, seperti lampu. Makna (النور) yakni cahaya yang berasal dari pantulan benda lain, semisal cahaya pantulan dari cermin.

Melalui ayat ini pula, para cendekiawan muslim dan mereka yang memahami ilmu astronomi (falak) dapat mengetahui kapan terjadinya gerhana, kapan waktu salat, puasa Ramadhan, tanggal 1 Syawal, puasa arafah, dan sebagainya sehingga memiliki kemaslahatan secara luas.

Jamaah Shalat Gerhana Bulan Rahimakumullah,

Berkaitan dengan terjadinya gerhana, kita jumpai sabda Rasulullah SAW di antaranya dalam kitab hadis sahih Bukhari:

Diriwayatkan melalui Ummul Mukminin, ‘Aisyah ra. : “pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendirikan shalat bersama orang banyak… dan seterusnya Ummul Mukminin menjelaskan tata cara salat gerhana yang dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabat, kemudian di dalam riwayat tersebut terdapat juga pesan Baginda SAW:

… إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidaklah gerhana itu disebabkan karena meninggal atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.”

… ثُمَّ قالَ : يا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ واللَّهِ ما مِن أحَدٍ أغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أوْ تَزْنِيَ أمَتُهُ، يا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ واللَّهِ لو تَعْلَمُونَ ما أعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا ولبَكَيْتُمْ كَثِيرًا.

“Wahai umat Muhammad, demi Allah, Allah sangat benci dengan hamba-Nya yang melakukan zina, baik laki-laki maupun perempuan. Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku tahu, sungguh kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari).

Jamaah Shalat Gerhana Bulan Rahimakumullah,

Melalui sabda beliau, setidaknya ada beberapa point yang menjadi catatan kita:

  1. Dalam hadis ini terdapat perintah yang menjadi sunnah bagi umat Nabi SAW untuk mendirikan shalat, berdzikir, bertakbir, dan bersedekah kala terjadi gerhana, serta perintah untuk berdoa dan tunduk kepada Allah SwT.
  2. Kemudian penjelasan tentang shalat gerhana dan perbedaannya dengan shalat-shalat lainnya.
  3. Selain itu juga sebuah tanggapan terhadap mereka yang mengklaim bahwa planet-planet atau benda-benda langit memiliki pengaruh terhadap nasib baik atau buruk manusia.
  4. Juga dorongan untuk berbuat kebaikan, terutama sedekah, yang manfaatnya sangat banyak,
  5. Bahkan peringatan dan ancaman keras atas maksiat zina.

Demikianlah khutbah Gerhana pada malam hari ini. Akhirnya, sebagai penutup khutbah ini marilah bersama kita panjatkan doa ke hadirat Allah SWT dengan hati yang ikhlas dan tunduk, mudah-mudahan Allah SWT memperkenankan.

الحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، حمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكاَفِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ . اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ . اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ . رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Diyan Faturahman/Kepala Asrama Putra PERSADA UAD

Exit mobile version