YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sejarah Muktamar Muhammadiyah dapat dipandang sebagai tonggak yang menandai derap maju Persyarikatan di dalam sejarah. Muktamar merupakan istilah umum di kalangan Islam yang merujuk pada pertemuan besar para wakil organisasi atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan.
Perhelatan Muktamar Muhammadiyah dari masa ke masa selalu mengalami perubahan, begitupun dengan penyematan sebutan Muktamar dalam Muhammadiyah itu sendiri. Dalam periode Kiai Ibrahim (1924) Muhammadiyah mengubah nomenklatur perkumpulan tahunan menjadi kongres. Istilah itu diserap dari kata bahasa Inggris, congress. Pada 1936, Persyarikatan menggelar Congress Seperempat Abad di Jakarta.
Penyematan sebutan yang terbilang istimewa dilakukan dalam beberapa muktamar. Seperti Muktamar (Congress) Seperempat Abad (1936); Muktamar Setengah Abad (1962); dan Muktamar Satu Abad (2010). Perhelatan pada tahun 1962 tersebut dinamakan pula Muktamar Anugerah karena ketika itu Muhammadiyah tidak jadi dibubarkan oleh rezim penguasa.
Muhammadiyah bahkan pernah memakai istilah Congress Dharurot untuk pertemuan tertinggi yang diselenggarakan secara terbatas pada 1944 dan 1946. Sebab, ketika itu terjadi peperangan dan revolusi fisik bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Memasuki 1950, nama muktamar mulai digunakan Persyarikatan. Momen itu bertepatan dengan pertemuan tertinggi ke-31. Dan sampai sekarang istilah itu masih digunakan dalam perhelatan akbar ini.
Pada Muktamar ke-45 dengan mengusung tema “Jelang Satu Abad Muhammadiyah : Tajdid Gerakan untuk Pencerahan Peradaban”
Makna dari tema di atas menegaskan bahwa tekad dan usaha untuk terus menerus menjadikan gerakannya sebagai gerakan pencerahan dengan misi membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan. Tajdid (pembaruan) yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak sekadar dalam konteks pemikiran. Namun, selayaknya mewujud dalam sebuah laku (action) yang menjadi tanggung jawab semua.
Pada muktamar ke-45 yang dilaksanakan di Malang, menjelang satu abad akan banyak progress yang direncanakan di masa depan oleh karenanya, pada muktamar ke-45 banyak melakukan pembaharuan yang bisa mengantarkan ke peradaban yang cerah.
Pada perhelatan Muktamar ke-46 dengan tema “Gerak Melintasi Zaman, Dakwah dan Tajdid menuju Peradaban Utama”
Gerak melintasi zaman mengandung dua makna pertama melewati, menjalani, dan menghadapi masa atau keadaan sejak lahirnya hingga sekarang. Yang kedua bermakna menyeberangi atau melintasi batas yakni memasuki fase baru setelah usianya satu abad menuju abad selanjutnya. Sedangkan makna dari Dakwah dan Tajdid mengandung pengertian bahwa dalam melintasi zaman selama satu abad dan selanjutnya Muhammadiyah senantiasa hadir sebagai gerakan Islam yang senantiasa istiqamah mengemban misi dakwah dan tajdid untuk mewujudkan peradaban yang utama.
Muktamar Satu Abad ini berlangsung di Yogyakarta, merupakan muktamar yang monumental. Dikatakan monumental karena muktamar dilaksanakan dalam peralihan atau pergantian era dari abad pertama ke abad kedua perjalanan Muhammadiyah. Muktamar ini sebagai jembatan emas dalam perjuangan gerakan Muhammadiyah karena menghubungkan era masalalu, masa kini, dan masa depan.
Muktamar Satu Abad Muhammadiyah memang banyak kenangan dan juga kesan yang menarik dimana kita hanya dapat bertemu dengan Muktamar sekali seumur hidup dan menjadi Muktamar yang dinanti-nantikan oleh kader Persyarikatan.
Muktamar ke-47 yang mengusung tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”
Pencerahan ini dalam konsep dan pemikiran Muhammadiyah sepenuhnya bertumpu pada nilai ajaran islam, Muhammadiyah yang menjalankan dakwah dan tajdid untuk mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk “kegelapan” hidup menuju keadaan yang lebih cerah.
Memasuki abad kedua ini Muhammadiyah berkomitmen untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan ini hadir dengan tujuan memberikan jawaban atas problame-problame kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan problame lainnya.
Gerakan dakwah pencerahan ini dibangun dari kekhawatiran Muhammadiyah terhadap lunturnya nilai-nilai luhur yang ada di Indonesia. Perubahan sosial, perkembangan teknologi, perkembangan kapitalisme, jurang kesenjangan sosial dan kelas yang makin lebar, membuat Muhammadiyah ingin menggerakan masyarakat menjaga nilai-nilai luhur demi persatuan Indonesia.
Muktamar ke-48 tema “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta”
Muhammadiyah berusaha berkhidmat memberikan pelayanan dan melaksanakan program yang bermanfaat bagi masyarakat.
Muhammadiyah berusaha berperan lebih besar dalam memajukan Indonesia dan memperluas gerakan di ranah dunia. Tujuan diangkatnya tema memajukan Indonesia itu karena jiwa Muhammadiyah, alam pikiran Muhammadiyah, dan langkah-langkah Muhammadiyah berpijak kepada Islam berkemajuan.
Penundaan Muktamar terkait antisipasi penyebaran Virus Corona (Covid-19), yang kini menjadi pandemi global. Namun terlepas itu semua tentu tidak menghalangi semangat para muktamirin yang sedang menanti muktamar kali ini. (Risnila)