YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 akan dilangsungkan pada 18-20 November 2022. Gelaran forum musyawarah tertinggi di Muhammadiyah ini akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo pada 19 November di Stadion Manahan, dan ditutup oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada 20 November di Edutorium.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa muktamar memiliki dua agenda persidangan. Pertama, sidang membahas materi-materi muktamar. Materi muktamar sudah dibahas dalam sidang pleno pertama pada. Kedua, sidang tanwir yang akan mengesahkan materi-materi muktamar, termasuk mengesahkan 39 calon Ketua PP Muhammadiyah. Para calon itu akan dipilih pada 19 November 2022 malam untuk memilih 13 anggota PP Muhammadiyah.
Haedar menyebutkan bahwa muktamar Muhammadiyah yang mengusung tema “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” ini memiliki empat materi. Pertama, program. Saat ini menjadi program tahun kelima yang sudah dimulai sejak 2005. Muhammadiyah menyusun program jangka panjang, 25 tahun. Periode ke depan, Muhammadiyah fokus dalam akselerasi pengembangan tonggak-tonggak peradaban atau pusat-pusat keunggulan.
Kedua, Muhammadiyah juga berupaya mengoptimalkan dakwah komunitas, termasuk di komunitas perkotaan. Di era yang semakin modern dengan kecanggihan teknologi, kata Haedar, telah mengubah pola hidup manusia, termasuk mengikis aspek batin.
Ketiga, dalam konteks Risalah Islam Berkemajuan, Muhammadiyah menyadari bahwa Indonesia diberi keunggulan dan kekhasan. Secara sosial agama, Indonesia sangat unik, multikultur, dan bhinneka. Namun di sisi lain, kita masih tertinggal. Maka Islam harus dihadirkan dan dibawa menjadi modal keadaban publik. “Kalau potensi agama ini kita kembangkan, kita tidak perlu cemas dengan politik identitas, dan sebagainya,”katanya (16/11/2022). Sebab ruang publik sudah diisi dengan nilai-nilai yang baik. Muhammadiyah ingin memberi sumbangan supaya pendidikan kita ini mampu mencerdaskan kehidupan bangsa yang dilandasi oleh nilai. Nilai-nilai itu menjadi pondasi.
Keempat, muktamar Muhammadiyah juga memberi masukan terkait dengan isu-isu kebangsaan. Kita perlu perhatian pada 2024, tidak hanya dalam kontestasi politik. Muhammadiyah meletakkan dalam konteks yang lebih luas. Terkait dengan visi kenegarawanan. “Siapapun presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD, perlu secara membuka kembali lembaran konstitusi kita,” tutur Haedar. Dalam rangka mengingatkan para elite dan warga bangsa, Muhammadiyah turut membahas isu-isu strategis keummatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal.
***
Sementara itu, Sekretaris Umum PP Aisyiyah Tri Hastuti Nur Rochimah, menyatakan bahwa muktamar Aisyiyah turut membahas tentang Risalah Perempuan Berkemajuan.
Adapun isu strategis Aisyiyah, pertama, literasi nasional. Aisyiyah memandang bahwa literasi menjadi isu penting karena Aisyiyah memandang bahwa kualitas sumber daya manusia masih rendah. Literasi menjadi penting untuk menghasilkan sumber daya manusia gang berkualitas, yang berkompeten Kedua, isu perempuan dan perdamaian. “Kita diharapkan pada narasi yang masih meminggirkan perempuan,” katanya. Perempuan diharapkan menjadi agen perdamaian. Ketiga, Aisyiyah mendorong supaya Pemilu 2024 tidak hanya Pemilu yang prosedural, tetapi menjadi Pemilu yang substansial, termasuk memberi kesempatan 30 persen bagi perempuan. (Ribas)