Banyumas, Selasa (15/11/2022) – Hari kedua pelaksanaan Madrasah As Siyasah Nasional oleh PC IMM Banyumas bertempat di Wisma Patria Muda Banyumas menghadirkan Ilmwuan Desa, adalah Achmad Zani yang juga asli Godean, Yogyakarta ini dimintai berbicara tentang “Politik Identitas Bangsa”
Mengusung tema “Korelasi Ideopolitor dengan IMM guna Mewujudkan Kader Ikatan yang Kritis dan Kreatif” ini dikhidmati oleh seluruh kader IMM Banyumas. Pembicaraan diawali dengan memahami konsep politik identitas yang umumnya mengacu pada subset politik di mana kelompok orang dengan identitas ras, agama, etnis, sosial atau budaya yang sama berusaha untuk mempromosikan kepentingan atau kepentingan khusus mereka sendiri.
Walaupun demikian, menurut Achmad zani yang juga sejak mahasiswa aktif di dunia pers dan Muhammadiyah kemudian memilih menjadi aktivis desa menyampaikan bahwa, “politik identitas secara politik itu sah, namun tidak baik bagi pembelajaran politik karena akan memunculkan perselisihan, adu domba, dan akan mengarah pada perpecahan”
Pada dasarnya politik identitas adalah usaha untuk memenangkan dan menjatuhkan lawan politik yang lainnya. Di Indonesia politik Identitas tidak bisa terlepas dari sejarah partai politik di negara yang memiliki keberagaman suku, ras dan agama.
Achmad Zani bercerita bahwa pada pemilu tahun 1955 yang peserta pemilunya terbanyak dalam sejarah dan menjadi pemilu yang demokratis kala itu pun tidak terlepas dari penunjukkan identitas dari partai-partai peserta pemilu, pada pemilu berikutnya pun demikian mengalami dinamika-dinamika tersebut.
Meminjam wawancara Mahfud MD pada forum G20, beliau menyampaikan bahwa “Jangan melakukan politik identitas, tapi identitas politik itu boleh, tidak terhindarkan”, tidak bisa dipungkiri politik identitas itu berbahaya bagi kesatuan masyarakat sebagai bangsa, bahkan juga bagi kemanusiaan. Akan tetapi, di sisi lain, setiap organisasi politik memiliki identitas diri. Yang terpenting adalah organisasi politik tersebut tetap inklusif dan tidak melakukan politik identitas.
Achmad Zani juga menyampaikan bahwa trend partai politik mengalami perubahan sehingga organisasi partai politik di Indonesia pada saat ini sangat dinamis, partai politik bahkan ada mengusung calon independen untuk dijadikan calon presiden dari partai tersebut, sebagai suatu kemajuan bagi perkembangan politik di Indonesia.
Di sisi lain trend partai politik yang mengalami perubahan dampak dari adanya buzzer-buzzer dengan senang menjadi “bensin” yang siap sedia untuk membakar amarah. “Kemudian perilaku-perilaku buzzer ini pula menjadi salah satu penyebab konstelasi” perpolitikan di Indonesia, bahkan dinamika pemilu 2019 masih terasa sampai sekarang. Tambahnya
Dari berbagai persoalan yang dibangun terhadap politik identitas, bahwa besar harapan kesempatan membendung politik identitas, bangsa ini perlu menguatkan integritas politik melalui partai-partai politik di tanah air
Menurut Achmad Zani, Integritas politik merupakan proses yang di dalamnya terdapat bobot-bobot politik, sehingga di dalam proses tersebut bersifat politik, mengubah mindset bawah partai politik hanya sebagai sarana untuk mendapatkan kekuasaan belaka melainkan untuk mengabdi kemasyarakat, terutama anggota-anggota partai politik yang telah terpilih atau menduduki sebuah jabatan.
Namun yang terpenting oleh Achmad Zani adalah “partai politik mampu untuk menjadi garda terdepan sebagai penyalur aspirasi, dan sebagai kader IMM jangan pernah berhenti atau sampai menyerah untuk terlibat dalam dinamika politik di Indonesia.
Dengan demikian pembelajaran politik positif yang mengarah pada persatuanlah yang mampu menghadapi gelombang persoalan dinamika perpolitikan di Indonesia terutama politik identitas. (Amiril Mu’minin)