SURAKARTA, Suara Muhammadiyah- Berpakaian batik rapi, lengkap dengan kopiah, dan tas panggung. Pria itu, bernama Selim, mengaku baru sampai dari Jepara. Ia segera duduk beristirahat sejenak di tepi selokan di dekat saya. Selim hanya bisa mendekati pertigaan terakhir sebelum stadion Manahan. Lautan manusia sudah tidak bisa ditembus.
Di usianya yang sudah 70 tahun, Selim bergabung bersama 50 orang penggembira lainnya yang berangkat dengan satu satu bis dari Jepara. “Berangkat jam 3 dini hari. Rencana nanti langsung pulang lagi.”
Bukan kali ini saja, Selim telah ikut dua kali muktamar Muhammadiyah. Pada 2010, dia ikut muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta dan punya kesan positif. “Pas di Jogja dulu bisa nonton,” katanya. Kegembiraan itu ingin diulang kembali.
Kali ini, Selim hanya sempat melihat pesawat pembawa umbul-umbul tulisan “Selamat Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48” yang berkeliling di langit Solo. Tampak kekaguman Selim pada pesawat itu. “Itu ada orangnya mas? Apa pesawat mainan?” Tanya Selim ke saya. (Ribas)